Seorang warganet Malaysia menyoroti perbedaan kualitas industri perfilman antarnegara tetangga tersebut. Beberapa hal yang menjadi perbandingan adalah visual panggung, permainan kamera, hingga gaya berpakaian tamu yang mengangkat budaya lokal.
Melansir dari unggahan Thread akun @iqluqes (20/11), ia menyoroti bagaimana seni Malaysia yang dia anggap tertinggal dari Indonesia dari sisi produksi film, musik, dan pertunjukan. Pemilik unggahan mengambil contoh dari penyelenggaraan FFI 2025 beberapa hari lalu.
“Seni Indonesia benar-benar jauh meninggalkan Malaysia. Mereka tampaknya memiliki selera yang semakin luar biasa, terutama dalam produksi film, musik, dan pertunjukan. Saya terpesona menonton FFI 2025 dengan visual yang apik, set yang memikat, kerja kamera berkualitas tinggi, dan gaya busana para tamu yang elegan,” tulis akun tersebut.
Akun tersebut menyanjung penyelenggaraan FFI 2025 yang mengangkat budaya lokal lewat tema besar acara hingga busana-busana yang dikenakan para tamu. Ia mempertanyakan apakah kualitas seperti bisa dicapai oleh negaranya. Akun @iqluqes juga menyindir acara FFM ke-34.
Baca Juga :
Daftar Pemenang FFI 2025
“Jelas, mereka sangat menghargai budayanya. Bisakah kita menghasilkan kualitas seperti ini? Atau apakah ini hanya omong kosong dan mimpi belaka (ini mengingatkan saya pada FFM34 yang baru saja berakhir. Anda tahu bagaimana situasinya),” ketiknya.
Kontroversi Acara Festival Filem Malaysia 2025
Melansir dari situs Malaysia Bangkit, sejumlah warganet Malaysia di platform Thread menyayangkan kualitas dari poster FFM ke-34. Seseorang pun membandingkannya dengan Oscar, VMA, bahkan FFI 2025. Ia menyindir bagaimana poster ajang penghargaan film Malaysia ini terkesan kurang kreatif dan ‘kuno’.
“Bandingkan poster promosi FFM dengan Oscar dan VMAs. Beberapa poster dari 20 tahun yang lalu masih terlihat megah. Tidak perlu mencari jauh-jauh, cukup lihat poster untuk Festival Film Indonesia. Apakah menurutmu itu memalukan?” tulis warganet tersebut, dikutip dari Malaysia Bangkit.

“Bahkan prompt ChatGPT lebih canggih daripada poster sampah itu. Kamu buat poster sampah, lalu marah-marah karena orang-orang tidak mendukung acara film nasional? Kamu bodoh atau apa?” lanjutnya.
Selain isu poster, seorang penulis di situs Astro Awani juga menyoroti keterbelakangan industri film negaranya dalam penilaian sinema. Ia melihat bagaimana dewan juri FFM ke-34 belum berani memilih film yang menyuarakan isu-isu keadilan.
Ia juga berpendapat bagaimana ajang ini terus menghargai karya film dengan standar penilaian konvensional: teknis rapi, narasi mudah dicerna, dan tema yang aman. Akibatnya, film-film yang lebih berani, eksperimental, dan relevan secara sosial sering dianggap lemah alih-alih dihargai sebagai inovasi.
“Namun, dalam kerangka penjurian FFM, keberanian semacam ini sering dilihat sebagai kelemahan, bukan kekuatan,” tulisnya.
Pemilik unggahan itu juga memuji negara-negara dengan kemajuan sinematik yang mau menganugerahi film “berani”, salah satunya Indonesia dengan film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (2017) dan Autobiography (2022).
“Indonesia mengalami lonjakan serupa ketika film-film seperti Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (Mouly Surya, 2017) dan Autobiography (Makbul Mubarak, 2022) diberi ruang oleh festival internasional karena berani menggali identitas nasional dari sudut yang kompleks dan jujur,” lanjutnya.
Menurutnya, selama festival film bergengsi Malaysia masih menolak keberanian estetik sebagai kriteria penilaian utama, mereka akan jarang memproduksi film yang “penting”. Ia juga menilai bahwa FFM seharusnya direformasi, bukan hanya fokus memberi penilaian, tetapi juga ikut membangun wacana sinema nasional yang lebih terbuka dan progresif.
“FFM34 telah membuktikan bahwa kita masih mampu menghasilkan film yang rapi. Tetapi persoalan sebenarnya bukan lagi siapa paling rapi, melainkan siapa paling jujur dan berani,” tutupnya.
(Nyimas Ratu Intan Harleysha)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id