Pembimbing haji Multazam Ubaidillah Al Hasaniy mengatakan menjadi haji mabrur tidak bisa disematkan secara fisik kepada jemaah layaknya seseorang mendapat penghargaan.
Sebaliknya, tanda haji seseorang mabrur dan diterima oleh Allah diwujudkan dalam perilaku setelah jemaah haji pulang ke Tanah Air dan kembali bermasyarakat.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Setelah ibadah haji apakah ada perubahan sikap lebih baik atau justru sebaliknya," ujarnya melalui sambungan satelit dalam Metro Pagi Primetime, Senin, 27 Agustus 2018.
Ubaidillah menuturkan ciri haji mabrur pernah ditanyakan sahabat Rasulullah. Dengan singkat dan sederhana Rasul menjawab ciri haji mabrur adalah memberi makan dan berbicara yang baik.
Dua ungkapan tersebut menyimpan makna mendalam. Memberi makan dapat disimbolkan dengan memperbanyak sedekah, menyantuni anak yatim, fakir miskin, dan lebih dermawan dari sebelumnya.
"Seseorang setelah melaksanakan ibadah haji dan mendapat predikat mabrur tidak bakhil. Artinya lebih dermawan, lebih peduli, dan suka membantu orang lain yang membutuhkan," kata dia.
Sementara ungkapan berbicara yang baik diwujudkan dalam perilaku. Membenahi perilaku buruk sebelumnya baik dengan Allah maupun manusia.
Dia menambahkan di Tanah Haram jemaah diperkenankan memanjatkan doa demi kelancaran rezeki dan urusan duniawi namun diharapkan lebih mengutamakan bagaimana mencapai keberhasilan di akhirat.
"Dengan kata lain ibadah lebih ditingkatkan dan lebih mengutamakan urusan akhirat ketimbang duniawi. Memohon kepada Allah dijauhkan dari perbuatan yang menyebabkan dosa, siksa, dan yang menjerumuskan ke neraka itu yang harus diutamakan," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(MEL)
