"Ibadah haji itu sebuah tahapan eksistensial bahwa hidup ini pada akhirnya kembali kepada Allah dan perjalanan itu tidak mudah karena perlu penghayatan secara sungguh-sungguh," ujarnya dalam Metro Pagi Primetime, Senin, 20 Agustus 2018.
Komarudin mengungkapkan inti dari pelaksanaan ibadah haji adalah wukuf di Arafah. Namun di era serba modern saat ini masyarakat dinilai lebih sulit melakukan wukuf.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Analis psikologi sosial, kata dia, menemukan fakta bahwa masyarakat modern terlalu sibuk terhubung dengan gawai sehingga meskipun tubuh berada di satu tempat, tidak dengan pikiran.
"Padahal pesan wukuf itu diam, merenung, menghayati, dan memaknai hidup dari masuknya nafas dan terhubung dengan kesadaran akan ketuhanan terhadap Allah," ungkapnya.
Komarudin menyebut wukuf pada dasarnya merupakan pesan kehidupan yang bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Wukuf, berdiam diri, atau merenung bertujuan menenangkan hati, tubuh, dan pikiran agar tidak hanyut dalam rutinitas kehidupan.
Menurut dia urusan duniawi membuat manusia tak ubahnya seperti mesin yang hanya fokus pada angka-angka sehingga kehilangan subjektivitas diri sebagai subordinat dari rutinitas itu sendiri.
"Wukuf itu menghubungkan diri kita terhadap suatu gravitasi keilahian agar kita tidak kehilangan peta kehidupan, makna hidup. Bagi orang yang terbiasa tidak perlu menyendiri kapan pun hati kita bisa meditasi, bisa wukuf," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(MEL)
