Jaiz yang tergabung dalam kloter 20 Kabupaten Malang itu terpaksa dipulangkan oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Surabaya setelah menjalani pemeriksaan kesehatan di Asrama Haji Surabaya.
Saat ditemui Medcom.id, putra Jaiz, Imamuddin menceritakan bahwa sang ayah berangkat ke Asrama Haji Surabaya pada Jumat 12 Juli 2019 lalu. Namun, keesokan harinya, Jaiz dipulangkan ke Malang.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Di Surabaya, bapak tiba-tiba minta pulang, mau ambil sarung. Pihak PPIH bingung dan langsung telepon keluarga," kata Jaiz saat ditemui di kediamannya di Desa Ganjaran RT13/RW02, Gondanglegi, Kabupaten Malang, Selasa, 16 Juli 2019.
Ketika diketahui bermasalah, tim kesehatan langsung melakukan pemeriksaan terhadap Jaiz. Setelah pemeriksaan akhir, Jaiz kemudian dirujuk ke RS Jiwa Menur Surabaya untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
Setelah dikonsultasikan dengan dokter psikiater di RSJ Menur, diketahui Jaiz mengalami gangguan memori atau demensia berat. Sehingga keberangkatannya ke Tanah Suci pun terpaksa ditunda tahun depan.
Sebenarnya pihak keluarga telah menginformasikan kepada Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) sebelumnya bila Jaiz menderita penyakit pikun. Bahkan pihak KBIH telah menyanggupi kondisi Jaiz.
"Tapi sampai Surabaya tidak sesuai harapan. KBIH bilang bahwa bapak sudah tidak wajib lagi solat (karena pikun), apalagi haji," ungkap anak ke 10 dari 11 bersaudara itu.
Mengetahui hal itu, pihak keluarga pun langsung berangkat ke Surabaya. Disana, pihak keluarga melakukan musyawarah dan diputuskan apabila keberangkatan Jaiz ditunda tahun depan agar tidak merepotkan panitia di Tanah Suci.
Keluarga Pasrah
Sebelum berangkat ke Asrama Haji Surabaya, pihak keluarga telah mengadakan acara selamatan untuk mendoakan Jaiz saat beribadah haji. Namun, Jaiz ternyata tidak jadi berangkat lantaran kondisinya yang tidak memungkinkan.
Meski begitu, Imam, putra Jaiz, menyatakan bahwa pihak keluarga telah menerima keputusan tersebut. Sebab, berdasarkan informasi KBIH, Jaiz bisa mengajukan untuk berangkat ke Tanah Suci tahun depan.
"Padahal fisik bapak masih sehat. Tapi mungkin ini jalan terbaik," tutur Imam.
Jaiz sendiri mendaftar haji sejak 2011 silam. Bila dihitung dengan masa tunggu, Jaiz seharusnya baru bisa berangkat sekitar tahun 2021. Namun, karena usianya di atas 75 tahun, Jaiz dapat berangkat lebih awal.
Imam menceritakan Jaiz telah mengelurkan total uang untuk biaya haji sekitar Rp 41 juta. Uang tersebut didapat dari hasil panen tebu Jaiz selama setahun. Keluarga Jaiz sendiri dikenal sebagai petani tebu di desa nya.
"Tahun 2011 hasil panen setahun untuk melunasi biaya haji. Tapi hasil panen itu kan juga untuk biaya hidup keluarga. Jadi kami ngirit saat itu," terang pria 27 tahun itu.
Jaiz sebenarnya sudah pernah menapakkan kaki di Tanah Suci, yakni saat ibadah umroh tahun lalu. Saat itu dia berangkat dengan didampingi istrinya dan kondisi kesehatannya pun masih prima.
"Semoga bapak bisa berangkat haji tahun depan dalam keadaan sehat. Bapak akan berobat dan terapi kesehatan setahun ini," tukasnya.
Sebelumnya diberitakan, keberangkatan dua calom haji (calhaj) dari Embarkasi Surabaya, Jawa Timur, ditunda hingga tahun depan (2020). Penundaan terjadi lantaran kedua calhaj tersebut mengalami demensia alias pikun.
Kedua calhaj itu tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 14 asal Kabupaten Probolinggo, serta jemaah yang tergabung dalam kloter 20 asal Kabupaten Malang. Keduanya berusia sekitar 76 tahun.
Selain itu, juga ada dua calhaj perempuan yang juga batal berangkat ke Tanah Suci tahun ini. Karena kedua perempuan itu dinyatakan hamil dengan usia kehamilan di bawah 14 minggu.
Dua wanita hamil tersebut adalah Herlina Faisal Enek, kloter 7 asal Kabupaten Sumenep yang dinyatakan hamil 2 minggu, serta Pipit Handayani Lastro, kloter 18 asal Kabupaten Malang dengan usia kehamilan 6 minggu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(DEN)