Permasalahan demensia juga kerap diidap calon haji (calhaj) Indonesia. Kejadian ini sudah banyak dialami jemaah dari waktu ke waktu.
Wakil Ketua Bidang Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Surabaya, Jawa Timur Acub Zaenal mengatakan, dua orang calon haji tertunda keberangkatannya ke Tanah Suci pada pekan lalu juga karena dinyatakan mengalami demensia.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Ada dua orang berusia lanjut yang mengalami gangguan memori setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan akhir," katanya di Surabaya, Jumat, 19 Juli 2019.
Baca: Kisah Jaiz yang Gagal ke Tanah Suci karena Pikun
Calon haji lansia itu tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 14 asal Kabupaten Probolinggo dan kloter 20 asal Kabupaten Malang.
Keduanya dirujuk oleh dokter ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut serta menentukan gradasi dari demensia yang dialami. Setelah dilakukan pemeriksaan, Acub mengungkapkan bahwa kedua calon haji tersebut termasuk pada pengidap demensia berat.
Selain mengalami demensia berat, kedua calon haji tersebut berangkat seorang diri tanpa pendamping sehingga dianggap tidak layak terbang dan keluarga terpaksa membawanya kembali pulang ke daerah masing-masing.
Kasus lainnya terjadi tahun lalu. Seorang haji asal Provinsi Jambi yang tergabung pada kelompok terbang (kloter) 21 atas nama Jenati (77) dipulangkan lebih awal ke Tanah Air karena mengalami gangguan demensia.
Deteksi
Khusus demensia yang mengancam jemaah haji, dokter ahli saraf Indonesia Andreas Harry menyarankan, perlu dilakukan minimental test yang berguna untuk mengetahui tingkatan penyakit demensia pada seseorang.
"Sehingga akan diketahui apakah tingkatannya masih dalam stadium normal, demensia ringan, sedang, ataupun berat," kata dia.
Baca:Beda Demensia dan Pikun pada Lansia
Minimental test adalah sebuah pemeriksaan mengggunakan sejumlah komponen kognitif dengan nilai normal 30. Pasien akan dites dengan pertanyaan-pertanyaan bernilai seperti siapa nama Presiden RI dan lainnya.
"Ada daftar bakunya. Nilainya ditotal dan kemudian bisa diketahui seseorang itu demensia ringan, sedang atau berat," kata Andreas.
Penyakit demensia terjadi akibat adanya faktor risiko, seperti proses penuaan dengan didorong adanya tanda stroke, diabetes, jantung, jarang berolahraga, melakukan diet daging berlebihan, tidak makan sayur, merokok, dan hipertensi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SBH)