YOUR FASHION

Survei: Masyarakat Banyak Beralih ke Produk Lokal, Imbas Boikot

Aulia Putriningtias
Kamis 28 Maret 2024 / 22:17
Jakarta: Adanya konflik Israel dan Palestina membuat seruan boikot produk Israel diperkuat, salah satunya di Indonesia. Efek dari boikot ini, masyarakat mulai beralih ke produk lokal untuk menjadi pengganti.

Aksi ini ditujukkan pada produk-produk dari perusahaan yang dicurigai mendukung atau berafiliasi dengan Israel. Jakpat melakukan survei untuk mengetahui perubahan perilaku konsumen setelah isu boikot berkembang. 

Survei yang melibatkan 1.285 responden ini menjelaskan pilihan produk alternatif apa saja yang dipilih. Selain itu, kemungkinan penggunaan atau konsumsi kembali pada merek fast food, food and beverage, juga merek fashion, make up dan personal care yang diboikot.

Survei menunjukkan mayoritas dari responden telah mengetahui dan mengikuti informasi tentang isu boikot. Terdapat 70 persen yang berada di status sosial ekonomi menengah. Selain itu, dari hasil survei yang mengikuti boikot, ada 73 persen di antaranya Gen Z.

Bagi yang tidak melakukan boikot produk, mereka mengaku jika mendoakan dan berdonasi menjadi cara lain dalam mendukung Palestina. Donasi dilakukan oleh setiap generasi, khususnya Gen X (46 persen) dan orang-orang yang berada di status sosial ekonomi rendah (55 persen).


(Pada penggunaan fashion, lokal brand menjadi pilihan merek fashion teratas sebagai alternatif untuk menggantikan merek yang diboikot seperti Eiger (43 persen) dan Erigo (43 persen). Foto: Dok. Instagram Erigo Apparel/@erigostore)
 

Beralihnya pemakaian produk lokal setelah isu boikot naik


Survei menyoroti produk-produk alternatif yang dipilih pada setiap kategori. Jika dilihat berdasarkan generasi, Richeese Factory menjadi pilihan teratas Gen Z (22 persen), sedangkan Milenial lebih memilih Sabana Fried Chicken (16 persen), dan Gen X memilih Hokben (16 persen) setelah kedua merek sebelumnya.

Pada penggunaan fashion, lokal brand menjadi pilihan merek fashion teratas sebagai alternatif untuk menggantikan merek yang diboikot. Seperti Eiger (43 persen) dan Erigo (43 persen) yang menempati posisi pertama dan kedua, lalu Second (33 persen), dan Berrybenka (16 persen). 

Meskipun bukan produk yang berasal dari Indonesia, merek Uniqlo masih menjadi pilihan kesukaan masyarakat dalam memilih pakaian. Ada sekitar 37 persen beralih kepada produk tersebut, menggantikan yang diboikot.

"Hal tersebut dapat menjadi peluang besar bagi para pengusaha lokal dan UMKM untuk menyediakan produk-produk substitusi dengan harga dan kualitas yang sesuai dengan preferensi konsumen,” jelas Research Lead Jakpat, Septiana Widi Sugiastuti.

Mayoritas responden mengaku jika mereka tidak berencana untuk mengonsumsi atau menggunakan kembali produk yang sudah diboikot, khususnya Milenial di setiap kategori. 

Namun, ada responden juga menyatakan bahwa jika perusahaan yang bersangkutan tidak lagi mendukung Israel, mereka akan mempertimbangkan kembali untuk mengonsumsi atau menggunakannya kembali.


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH