WISATA
Survey: Perjalanan Keluarga Berkualitas, Motivasi Utama Wisatawan Lokal Bepergian
Medcom
Rabu 24 Desember 2025 / 06:09
Jakarta: Jika ditelaah lebih dalam, 2025 bukanlah tahun pelemahan, melainkan tahun rekalibrasi, sebuah fase ketika masyarakat Indonesia tidak berhenti bepergian, tetapi mulai menetapkan pola perjalanan yang lebih matang dan terdefinisi dengan jelas.
Menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS) perjalanan domestik tetap tumbuh, naik 17,9 persen secara tahunan hingga Oktober 2025.
Masyarakat Indonesia masih aktif menjelajah, tapi motivasi bepergian mereka telah berevolusi. Perubahan ini tercermin jelas dalam perilaku konsumen.
Berdasarkan survei tiket.com yang dianalisis oleh Lokadata, 73 persen wisatawan domestik menyatakan tujuan utama mereka adalah alasan personal, yaitu liburan keluarga, waktu berkualitas bersama orang terdekat, atau jeda singkat dari rutinitas harian.
Perjalanan semakin dipandang sebagai sarana emotional recharge; cara untuk beristirahat, kembali terhubung, dan menciptakan kenangan bersama.
"Era revenge travel sudah berakhir. Masyarakat Indonesia tetap bepergian, tapi kini dengan tujuan yang lebih dalam dan keputusan yang lebih cerdas," ujar Gaery Undarsa, Co-Founder & Chief Marketing Officer tiket.com.
Salah satu tanda paling jelas dari transisi ini bukanlah keraguan, melainkan realokasi. Sepanjang 2025, transaksi perjalanan di tiket.com terus tumbuh.
Pemesanan akomodasi naik 20 persen secara tahunan, transaksi transportasi meningkat 23 persen, dan lonjakan terbesar datang dari kategori atraksi wisata yang tumbuh 38 persen, terutama didorong oleh destinasi keluarga seperti taman bermain dan atraksi hiburan.
Data ini menunjukkan bahwa permintaan perjalanan tetap ada, tapi semakin selektif. Pengeluaran diarahkan pada pengalaman yang menekankan kebersamaan dan jarak praktis, bukan sekadar frekuensi atau perjalanan jarak jauh.
Pergeseran ini juga terlihat pada pilihan transportasi. Pertumbuhan dipimpin bukan oleh penerbangan, melainkan kereta dan bus. Harga tiket pesawat yang tinggi mendorong wisatawan mencari alternatif yang lebih terjangkau dan fleksibel.
Peningkatan kenyamanan kereta, konektivitas darat yang semakin luas, serta kemudahan akses menjadikan perjalanan darat semakin ekonomis sekaligus menyenangkan, khususnya untuk jarak pendek hingga menengah.
Pola serupa muncul pada akomodasi. Hunian non-hotel seperti vila tumbuh lebih cepat dibanding hotel tradisional, mencerminkan preferensi yang meningkat terhadap privasi, ruang, dan pengalaman personal, terutama bagi keluarga dan rombongan.
"Kami melihat wisatawan kini semakin memprioritaskan kenyamanan, ruang pribadi, dan fleksibilitas, terutama saat bepergian bersama keluarga atau teman," jelas Gaery.

(Perjalanan semakin dipandang sebagai sarana emotional recharge; cara untuk beristirahat, kembali terhubung, dan menciptakan kenangan bersama. Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com)
Dengan banyaknya akhir pekan panjang dan hari libur nasional yang sudah tercatat dalam kalender, pola perjalanan singkat diperkirakan akan semakin intensif. Perjalanan domestik akan terus meningkat, dengan perjalanan keluarga muncul sebagai salah satu pendorong terkuat pergerakan pariwisata.
Alih-alih sekadar menawarkan pilihan tanpa batas, OTA seperti tiket.com akan semakin mampu mengantisipasi kebutuhan wisatawan. Seorang pengguna yang mencari tiket kereta ke Yogyakarta, misalnya, bisa jadi sedang merencanakan akhir pekan keluarga, jelajah budaya, atau liburan singkat.
Platform akan mengkurasi opsi transportasi, akomodasi, dan atraksi yang relevan untuk menyederhanakan pengambilan keputusan.
Perjalanan luar negeri juga diperkirakan bangkit kembali. Seiring kapasitas penerbangan di kawasan Asia-Pasifik yang normal kembali dan proses visa yang semakin mudah, destinasi seperti Jepang, Singapura, dan Thailand diproyeksikan kembali mendapatkan momentum.
Pada saat yang sama, batas antara pembelian tiket pesawat, hotel, dan atraksi semakin kabur. Minat pencarian atraksi di tiket.com tumbuh 146 persen pada 2025, menandakan pergeseran kuat menuju perjalanan yang lengkap dan berorientasi pada pengalaman.
Evolusi ini mengarah pada masa depan pariwisata sebagai “Travel as a Service”, sebuah pengalaman terpadu yang bernilai, dibeli sebagai satu perjalanan terintegrasi alih-alih transaksi terpisah.
Yang berhasil terungkap pada tahun 2025 adalah masyarakat Indonesia tidak pernah kehilangan minat untuk bepergian. Mereka hanya menjadi lebih bijak dalam cara mereka melakukan perjalanan, apa yang menjadi prioritas, dan bagaimana mereka menggunakan anggaran.
Dengan infrastruktur digital yang semakin kuat, konektivitas yang lebih baik, dan
ekspektasi konsumen yang terus berkembang. 2026 bukan diposisikan sebagai kelanjutan, tapi sebagai akselerasi, menandakan pergeseran kuat dari kuantitas menuju kualitas dalam perjalanan pariwisata Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(yyy)
Menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS) perjalanan domestik tetap tumbuh, naik 17,9 persen secara tahunan hingga Oktober 2025.
Masyarakat Indonesia masih aktif menjelajah, tapi motivasi bepergian mereka telah berevolusi. Perubahan ini tercermin jelas dalam perilaku konsumen.
Berdasarkan survei tiket.com yang dianalisis oleh Lokadata, 73 persen wisatawan domestik menyatakan tujuan utama mereka adalah alasan personal, yaitu liburan keluarga, waktu berkualitas bersama orang terdekat, atau jeda singkat dari rutinitas harian.
Perjalanan semakin dipandang sebagai sarana emotional recharge; cara untuk beristirahat, kembali terhubung, dan menciptakan kenangan bersama.
"Era revenge travel sudah berakhir. Masyarakat Indonesia tetap bepergian, tapi kini dengan tujuan yang lebih dalam dan keputusan yang lebih cerdas," ujar Gaery Undarsa, Co-Founder & Chief Marketing Officer tiket.com.
Salah satu tanda paling jelas dari transisi ini bukanlah keraguan, melainkan realokasi. Sepanjang 2025, transaksi perjalanan di tiket.com terus tumbuh.
Pemesanan akomodasi naik 20 persen secara tahunan, transaksi transportasi meningkat 23 persen, dan lonjakan terbesar datang dari kategori atraksi wisata yang tumbuh 38 persen, terutama didorong oleh destinasi keluarga seperti taman bermain dan atraksi hiburan.
Data ini menunjukkan bahwa permintaan perjalanan tetap ada, tapi semakin selektif. Pengeluaran diarahkan pada pengalaman yang menekankan kebersamaan dan jarak praktis, bukan sekadar frekuensi atau perjalanan jarak jauh.
Pergeseran ini juga terlihat pada pilihan transportasi. Pertumbuhan dipimpin bukan oleh penerbangan, melainkan kereta dan bus. Harga tiket pesawat yang tinggi mendorong wisatawan mencari alternatif yang lebih terjangkau dan fleksibel.
Peningkatan kenyamanan kereta, konektivitas darat yang semakin luas, serta kemudahan akses menjadikan perjalanan darat semakin ekonomis sekaligus menyenangkan, khususnya untuk jarak pendek hingga menengah.
Pola serupa muncul pada akomodasi. Hunian non-hotel seperti vila tumbuh lebih cepat dibanding hotel tradisional, mencerminkan preferensi yang meningkat terhadap privasi, ruang, dan pengalaman personal, terutama bagi keluarga dan rombongan.
"Kami melihat wisatawan kini semakin memprioritaskan kenyamanan, ruang pribadi, dan fleksibilitas, terutama saat bepergian bersama keluarga atau teman," jelas Gaery.

(Perjalanan semakin dipandang sebagai sarana emotional recharge; cara untuk beristirahat, kembali terhubung, dan menciptakan kenangan bersama. Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com)
Outlook Pariwisata 2026
Jika 2025 menjadi tahun ketika masyarakat Indonesia merekalibrasi cara mereka bepergian, maka 2026 diproyeksikan sebagai tahun akselerasi industri untuk memenuhi ekspektasi tersebut.Dengan banyaknya akhir pekan panjang dan hari libur nasional yang sudah tercatat dalam kalender, pola perjalanan singkat diperkirakan akan semakin intensif. Perjalanan domestik akan terus meningkat, dengan perjalanan keluarga muncul sebagai salah satu pendorong terkuat pergerakan pariwisata.
Alih-alih sekadar menawarkan pilihan tanpa batas, OTA seperti tiket.com akan semakin mampu mengantisipasi kebutuhan wisatawan. Seorang pengguna yang mencari tiket kereta ke Yogyakarta, misalnya, bisa jadi sedang merencanakan akhir pekan keluarga, jelajah budaya, atau liburan singkat.
Platform akan mengkurasi opsi transportasi, akomodasi, dan atraksi yang relevan untuk menyederhanakan pengambilan keputusan.
Perjalanan luar negeri juga diperkirakan bangkit kembali. Seiring kapasitas penerbangan di kawasan Asia-Pasifik yang normal kembali dan proses visa yang semakin mudah, destinasi seperti Jepang, Singapura, dan Thailand diproyeksikan kembali mendapatkan momentum.
Pada saat yang sama, batas antara pembelian tiket pesawat, hotel, dan atraksi semakin kabur. Minat pencarian atraksi di tiket.com tumbuh 146 persen pada 2025, menandakan pergeseran kuat menuju perjalanan yang lengkap dan berorientasi pada pengalaman.
Evolusi ini mengarah pada masa depan pariwisata sebagai “Travel as a Service”, sebuah pengalaman terpadu yang bernilai, dibeli sebagai satu perjalanan terintegrasi alih-alih transaksi terpisah.
Yang berhasil terungkap pada tahun 2025 adalah masyarakat Indonesia tidak pernah kehilangan minat untuk bepergian. Mereka hanya menjadi lebih bijak dalam cara mereka melakukan perjalanan, apa yang menjadi prioritas, dan bagaimana mereka menggunakan anggaran.
Dengan infrastruktur digital yang semakin kuat, konektivitas yang lebih baik, dan
ekspektasi konsumen yang terus berkembang. 2026 bukan diposisikan sebagai kelanjutan, tapi sebagai akselerasi, menandakan pergeseran kuat dari kuantitas menuju kualitas dalam perjalanan pariwisata Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(yyy)