WISATA
Bukan Hanya soal Makanan, Sertifikasi Halal Jadi Daya Tarik Wisatawan
Aulia Putriningtias
Jumat 26 September 2025 / 17:11
Tangerang: Pariwisata halal kini semakin menjadi pertimbangan untuk kenyamanan dalam mengunjungi suatu negeri. Bukan hanya soal makanan yang termasuk halal, tetapi juga penting sertifikasinya.
Survei terbaru dari Vero dan GMO-Z.com Research mengungkapkan bahwa sertifikasi halal, terutama dalam aspek makanan dan minuman merupakan salah satu daya tarik dalam mendukung pariwisata halal di dunia, termasuk Indonesia.
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Hariyanto, mengatakan bahwa jumlah wisatawan Muslim di global diperkirakan mencapai 230 juta pada 2025. Didukung dengan potensi belanja hingga 226 miliar dolar AS pada 2028.
"Menjadi halal-friendly bukan sekadar soal label melainkan pengalaman yang dirasakan wisatawan. Di Indonesia, kebijakan sertifikasi halal dan infrastruktur ramah muslim sudah menjadi standar,” ungkapnya dalam diskusi pariwisata halal di Tangerang Selatan, Kamis, 25 September 2025.
Baca juga: Kemenpar: IIE 2025 Perkuat Posisi Indonesia di Peta Wisata Halal Global
Kemenpar turut memiliki program Indonesia Muslim Travel Index (IMTI). IMTI adalah indeks pengukuran kesiapan provinsi yang berkorelasi langsung dengan standar Global Muslim Travel Index (GMTI), sebuah acuan peringkat pariwisata ramah Muslim global.
IMTI tahun ini diselenggarakan dengan kolaborasi antara Kemenpar, Bank Indonesia, Crescenrating, dan Tim Enhaii Halal Tourism Center (EHTC). Indonesia mengalami penurunan peringkat yang semula GMTI 2023 di posisi satu, menjadi tiga pada GMTI 2025.
Mengacu kepada hal di atas, Executive Director Vero Indonesia, Diah Andrini Dewi menyebut bahwa sekitar 89 persen Muslim di Indonesia menempatkan ketersediaan makanan halal sebagai prioritas utama saat bepergian.
"Ketika negara dengan mayoritas non-muslim turut menyediakannya, pengalaman itu terasa berbeda," ungkap Diah.
"Kehadiran fasilitas halal dipandang sebagai bentuk kepedulian budaya dan rasa menghargai, yang membuat wisatawan muslim merasa lebih diterima," lanjutnya.
Research ini juga melakukan analisis terhadap percakapan daring di kalangan komunitas Muslim Indonesia. Tercatat, antara Agustus 2024 hingga 2025, akomodasi dan hotel halal telah dicari hingga 7.456.100 kali.
"Muslim Indonesia tidak hanya membutuhkan makanan halal dan fasilitas ibadah, tetapi juga pengalaman yang autentik, lancar, menyenangkan, sekaligus menghargai keyakinan dan nilai budaya mereka," jelas Diah.
Zakky Hirza Aulia selaku content creator sekaligus traveler juga mengatakan bahwa tren orang-orang dalam mencari informasi pariwisata halal salah satunya melalui peran content creator. Jadi, ia menekankan pentingnya kejujuran dalam memberikan konten.
"Orang-orang suka cari informasi melalui medsos, kita sebagai penyebar konten, memang harusnya jujur apa ini halal, apa ini cocok untuk Muslim," papar Zakky.
Dalam menarik wisatawan halal dari luar, Kemenpar memiliki strategi untuk mengadakan IMTI 2025 dengan digelar di 15 provinsi. Hal ini demi mengembalikan predikat Indonesia sebagai wisata ramah Muslim nomor satu di dunia.
Adapun provinsi-provinsi yang turut adalah Aceh, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Bengkulu, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan D.I. Yogyakarta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Survei terbaru dari Vero dan GMO-Z.com Research mengungkapkan bahwa sertifikasi halal, terutama dalam aspek makanan dan minuman merupakan salah satu daya tarik dalam mendukung pariwisata halal di dunia, termasuk Indonesia.
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Hariyanto, mengatakan bahwa jumlah wisatawan Muslim di global diperkirakan mencapai 230 juta pada 2025. Didukung dengan potensi belanja hingga 226 miliar dolar AS pada 2028.
"Menjadi halal-friendly bukan sekadar soal label melainkan pengalaman yang dirasakan wisatawan. Di Indonesia, kebijakan sertifikasi halal dan infrastruktur ramah muslim sudah menjadi standar,” ungkapnya dalam diskusi pariwisata halal di Tangerang Selatan, Kamis, 25 September 2025.
Baca juga: Kemenpar: IIE 2025 Perkuat Posisi Indonesia di Peta Wisata Halal Global
Kemenpar turut memiliki program Indonesia Muslim Travel Index (IMTI). IMTI adalah indeks pengukuran kesiapan provinsi yang berkorelasi langsung dengan standar Global Muslim Travel Index (GMTI), sebuah acuan peringkat pariwisata ramah Muslim global.
IMTI tahun ini diselenggarakan dengan kolaborasi antara Kemenpar, Bank Indonesia, Crescenrating, dan Tim Enhaii Halal Tourism Center (EHTC). Indonesia mengalami penurunan peringkat yang semula GMTI 2023 di posisi satu, menjadi tiga pada GMTI 2025.
Mengacu kepada hal di atas, Executive Director Vero Indonesia, Diah Andrini Dewi menyebut bahwa sekitar 89 persen Muslim di Indonesia menempatkan ketersediaan makanan halal sebagai prioritas utama saat bepergian.
"Ketika negara dengan mayoritas non-muslim turut menyediakannya, pengalaman itu terasa berbeda," ungkap Diah.
"Kehadiran fasilitas halal dipandang sebagai bentuk kepedulian budaya dan rasa menghargai, yang membuat wisatawan muslim merasa lebih diterima," lanjutnya.
Research ini juga melakukan analisis terhadap percakapan daring di kalangan komunitas Muslim Indonesia. Tercatat, antara Agustus 2024 hingga 2025, akomodasi dan hotel halal telah dicari hingga 7.456.100 kali.
"Muslim Indonesia tidak hanya membutuhkan makanan halal dan fasilitas ibadah, tetapi juga pengalaman yang autentik, lancar, menyenangkan, sekaligus menghargai keyakinan dan nilai budaya mereka," jelas Diah.
Zakky Hirza Aulia selaku content creator sekaligus traveler juga mengatakan bahwa tren orang-orang dalam mencari informasi pariwisata halal salah satunya melalui peran content creator. Jadi, ia menekankan pentingnya kejujuran dalam memberikan konten.
"Orang-orang suka cari informasi melalui medsos, kita sebagai penyebar konten, memang harusnya jujur apa ini halal, apa ini cocok untuk Muslim," papar Zakky.
Dalam menarik wisatawan halal dari luar, Kemenpar memiliki strategi untuk mengadakan IMTI 2025 dengan digelar di 15 provinsi. Hal ini demi mengembalikan predikat Indonesia sebagai wisata ramah Muslim nomor satu di dunia.
Adapun provinsi-provinsi yang turut adalah Aceh, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Bengkulu, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan D.I. Yogyakarta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)