WISATA

Kaleidoskop Wisata: 5 Tren Pariwisata sepanjang 2025

A. Firdaus
Kamis 11 Desember 2025 / 12:10
Jakarta: Sepanjang 2025, cara para pelancong menikmati liburan mengalami pergeseran besar. Jika dulu perjalanan identik dengan mengunjungi destinasi populer dan menjejalkan banyak aktivitas dalam satu waktu, kini wisatawan semakin mencari pengalaman yang lebih bermakna, personal, dan sesuai dengan kebutuhan hidup mereka. 

Perkembangan teknologi, meningkatnya kesadaran terhadap kesehatan mental, hingga isu keberlanjutan membuat industri pariwisata beradaptasi dengan cepat.

Mulai dari penggunaan kecerdasan buatan Artificial Intelligence (AI) untuk merancang perjalanan, meningkatnya minat terhadap wisata ramah lingkungan, sampai kebutuhan untuk melakukan perjalanan singkat guna melepas penat, semuanya membentuk wajah baru pariwisata global.
Tahun 2025 menjadi momentum ketika tren-tren ini tidak lagi sekadar pilihan, tetapi menjadi gaya hidup baru bagi para pelancong modern.
 

1. Wisata Berbasis AI dan Personalisasi Tingkat Tinggi



Kehadiran AI semakin memudahkan kita dalam perjalanan. Ilustrasi Freepik

Teknologi menjadi motor utama tren wisata tahun ini. Traveler kini semakin mengandalkan kecerdasan buatan untuk menentukan itinerary, rekomendasi kuliner, hingga mencari destinasi yang sesuai preferensi mereka.

Aplikasi perjalanan mulai mampu membaca pola kebiasaan pengguna, mulai dari tipe akomodasi favorit, anggaran, hingga gaya liburan, untuk menghasilkan paket perjalanan yang benar-benar personal. Bahkan beberapa hotel telah memanfaatkan AI untuk layanan kamar otomatis dan rekomendasi aktivitas di sekitar lokasi menginap.
 

2. Eco-Tourism dan Slow Travel Makin Menguat


Kesadaran akan keberlanjutan membuat wisata ramah lingkungan terus naik daun. Traveler 2025 lebih selektif memilih destinasi yang menerapkan konservasi alam, mengurangi jejak karbon, atau memberdayakan masyarakat lokal.


Tak perlu terburu-buru, jadi ciri khas beriwisata tanpa ada kepanikan di slow traveling. Ilustrasi Freepik

Konsep slow travel, yang menekankan perjalanan lebih lama, santai, dan mendalam, juga menjadi pilihan. Wisatawan tak lagi mengejar banyak destinasi dalam satu waktu, melainkan pengalaman autentik: bertemu masyarakat lokal, belajar budaya, dan menikmati alam tanpa terburu-buru.
 

3. Wisata Anti Populer Semakin Dicari


Pada 2024, semakin banyak tempat wisata populer yang sudah terlalu ramai pengunjung. Akibatnya, banyak pelancong mencari tempat-tempat yang kurang terkenal untuk berlibur.

Perusahaan perjalanan Byway menyebut: orang-orang ingin bepergian ke tempat yang menyambut mereka dengan tulus.

Byway memprediksi tren 'destinasi duplikat' yaitu lokasi liburan mirip dengan tempat wisata yang lebih populer. Dalam konteks Inggris, mereka mencontohkan wisatawan mungkin akan beralih dari Cornwall ke Norfolk.
 

4. Lonjakan Wellness Travel



Berwisata untuk mencari ketenangan dan kesehatan jiwa. Ilustrasi Freepik

Setelah beberapa tahun penuh tekanan global, wisata kesehatan semakin dicari. Tahun 2025 melihat meningkatnya permintaan untuk:

- Retreat detoks dan meditasi.

- Spa dan pelatihan mindfulness.

- Wisata alam terpencil untuk rehat digital (digital detox).

Bali, Thailand, Jepang, hingga Swiss menjadi destinasi favorit berkat fasilitas wellness yang lengkap dan alam yang mendukung.
 

5. Wisata Kuliner Berbasis Tradisi Lokal



Mencicipi makanan tradisional jadi pengalaman berkesan saat wisata kuliner. Ilustrasi Freepik

Kuliner tetap menjadi daya tarik terbesar wisata. Pada 2025, tren bergeser pada kuliner tradisional yang dipadukan inovasi modern. Wisatawan mencari pengalaman autentik seperti:

- Memasak bersama warga lokal.

- Tur pasar tradisional.

- Eksplorasi makanan khas daerah.

- Farm-to-table experience.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)

MOST SEARCH