WISATA
20 Tahun Tsunami Aceh, Kenali Museum Tsunami Aceh
Riza Aslam Khaeron
Selasa 03 Desember 2024 / 17:47
Jakarta: Pada 26 Desember 2004, bencana tsunami dahsyat menghantam Aceh dan sejumlah negara di kawasan Samudra Hindia. Tragedi ini menelan lebih dari 230.000 jiwa, menghancurkan infrastruktur, dan mengubah wajah Banda Aceh selamanya.
Untuk mengenang tragedi tersebut dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana, didirikanlah Museum Tsunami Aceh pada Februari 2008, namun baru dibuka untuk umum pada 8 Mei 2011.
Desain museum ini dibuat oleh Ridwan Kamil dengan tema 'Rumoh Aceh as Escape Hill', yang mengadaptasi konsep rumah panggung khas Aceh dan berhasil memenangkan sayembara tingkat internasional pada tahun 2007.
Museum ini juga berfungsi sebagai pusat evakuasi dan simbol ketahanan masyarakat Aceh. Desainnya yang menyerupai gelombang tsunami menghadirkan pengalaman mendalam bagi para pengunjung, membawa mereka mengenang kejadian tragis tersebut namun juga memberi harapan untuk masa depan yang lebih baik.

Foro: Koleksi Museum Tsunami Aceh. (Dok. Pemerintah Daerah Aceh)
Museum Tsunami Aceh memiliki empat lantai yang menawarkan berbagai fasilitas dan koleksi yang menarik.
Museum ini memiliki sekitar 6.038 koleksi, termasuk etnografika, arkeologika, biologika, teknologika, seni rupa, numismatika, heraldika, dan koleksi lainnya.
Koleksi ini tidak dipamerkan secara serentak, tetapi dirotasi setiap enam bulan untuk memberikan pengalaman yang beragam bagi pengunjung. Setiap lantai memiliki tema dan fungsi khusus yang berbeda:
Lantai 1: Memiliki barang-barang koleksi bekas tsunami seperti helikopter, kepala bus, truk PMI, dan spot-spot foto. Ada juga lorong tsunami, lorong kebingungan, serta sumur doa yang memberikan pengalaman emosional dan refleksi bagi pengunjung.
Lantai 2: Menampilkan pameran temporer dan galeri visual tentang kebudayaan Aceh serta miniatur museum. Ada juga pameran tentang negara-negara yang membantu Aceh selama tragedi tersebut.
Lantai 3: Ruang ini lebih fokus pada perdamaian dan pendidikan, dengan ruang yang didedikasikan untuk MoU Helsinki, replika Gua Ek Leuntie, serta perpustakaan.
Lantai 4: Dilengkapi dengan kafe di rooftop dan tempat evakuasi untuk kondisi darurat.
Museum Inspiratif, serta penghargaan Museum Komunikatif dalam ajang Indonesia Museum Awards 2024.
Penghargaan ini menunjukkan bahwa museum ini tidak hanya dikenal luas, tetapi juga mampu memberikan informasi yang edukatif dan inspiratif bagi para pengunjungnya.
Dengan memanfaatkan teknologi digital, museum ini terus berbenah untuk meningkatkan kualitas layanannya.
Bangunannya yang unik menyerupai gelombang tsunami, dengan lorong sempit dan gelap yang mendramatisir perasaan saat bencana terjadi.
Pengunjung juga dapat melihat Hope Bridge yang dihiasi dengan 52 bendera negara-negara yang membantu Aceh selama proses rehabilitasi.
Museum ini buka pada hari-hari tertentu. Senin-Kamis buka pukul 09.00-12.00 WIB dan 14.00-16.00 WIB, sedangkan Sabtu-Minggu buka pada jam yang sama. Hari Jumat museum tutup.
Harga tiket masuk adalah Rp3.000 untuk anak-anak/pelajar, Rp5.000 untuk mahasiswa/dewasa, dan Rp15.000 untuk wisatawan asing.
Museum Tsunami Aceh adalah pengingat akan kerentanan manusia terhadap kekuatan alam, sekaligus simbol ketahanan dan harapan masyarakat Aceh.
Di dalamnya, kita diajak untuk merenung dan belajar dari tragedi masa lalu, serta mempersiapkan diri untuk masa depan.
Dengan berbagai fasilitas dan program edukatifnya, museum ini tidak hanya menyimpan kenangan, tetapi juga menanamkan semangat kebersamaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana di masa mendatang.
Baca Juga:
Museum Tsunami Aceh Raih Penghargaan Museum Komunikatif
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(SUR)
Untuk mengenang tragedi tersebut dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana, didirikanlah Museum Tsunami Aceh pada Februari 2008, namun baru dibuka untuk umum pada 8 Mei 2011.
Desain museum ini dibuat oleh Ridwan Kamil dengan tema 'Rumoh Aceh as Escape Hill', yang mengadaptasi konsep rumah panggung khas Aceh dan berhasil memenangkan sayembara tingkat internasional pada tahun 2007.
Mengapa Museum Tsunami Aceh Penting?
Museum Tsunami Aceh bukan sekadar monumen peringatan. Dengan visi untuk menjadi pusat riset, edukasi, evakuasi, dan rekreasi terkait kebencanaan di Asia Tenggara, museum ini memiliki peran penting dalam mengingatkan kita akan kekuatan alam dan pentingnya mitigasi bencana.Museum ini juga berfungsi sebagai pusat evakuasi dan simbol ketahanan masyarakat Aceh. Desainnya yang menyerupai gelombang tsunami menghadirkan pengalaman mendalam bagi para pengunjung, membawa mereka mengenang kejadian tragis tersebut namun juga memberi harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Fasilitas dan Koleksi yang Menarik

Foro: Koleksi Museum Tsunami Aceh. (Dok. Pemerintah Daerah Aceh)
Museum Tsunami Aceh memiliki empat lantai yang menawarkan berbagai fasilitas dan koleksi yang menarik.
Museum ini memiliki sekitar 6.038 koleksi, termasuk etnografika, arkeologika, biologika, teknologika, seni rupa, numismatika, heraldika, dan koleksi lainnya.
Koleksi ini tidak dipamerkan secara serentak, tetapi dirotasi setiap enam bulan untuk memberikan pengalaman yang beragam bagi pengunjung. Setiap lantai memiliki tema dan fungsi khusus yang berbeda:
Lantai 1: Memiliki barang-barang koleksi bekas tsunami seperti helikopter, kepala bus, truk PMI, dan spot-spot foto. Ada juga lorong tsunami, lorong kebingungan, serta sumur doa yang memberikan pengalaman emosional dan refleksi bagi pengunjung.
Lantai 2: Menampilkan pameran temporer dan galeri visual tentang kebudayaan Aceh serta miniatur museum. Ada juga pameran tentang negara-negara yang membantu Aceh selama tragedi tersebut.
Lantai 3: Ruang ini lebih fokus pada perdamaian dan pendidikan, dengan ruang yang didedikasikan untuk MoU Helsinki, replika Gua Ek Leuntie, serta perpustakaan.
Lantai 4: Dilengkapi dengan kafe di rooftop dan tempat evakuasi untuk kondisi darurat.
Penghargaan dan Prestasi
Museum Tsunami Aceh telah meraih beberapa penghargaan, termasuk Museum Populer pada 2018 dan nominasi Anugerah Purwakalagrha Indonesia Museum Awards 2022 untuk kategoriMuseum Inspiratif, serta penghargaan Museum Komunikatif dalam ajang Indonesia Museum Awards 2024.
Penghargaan ini menunjukkan bahwa museum ini tidak hanya dikenal luas, tetapi juga mampu memberikan informasi yang edukatif dan inspiratif bagi para pengunjungnya.
Dengan memanfaatkan teknologi digital, museum ini terus berbenah untuk meningkatkan kualitas layanannya.
Mengunjungi Museum Tsunami Aceh
Terletak di Jalan Sultan Iskandar Muda, dekat Lapangan Blang Padang dan tidak jauh dari Masjid Raya Baiturrahman, museum ini mudah dijangkau.Bangunannya yang unik menyerupai gelombang tsunami, dengan lorong sempit dan gelap yang mendramatisir perasaan saat bencana terjadi.
Pengunjung juga dapat melihat Hope Bridge yang dihiasi dengan 52 bendera negara-negara yang membantu Aceh selama proses rehabilitasi.
Museum ini buka pada hari-hari tertentu. Senin-Kamis buka pukul 09.00-12.00 WIB dan 14.00-16.00 WIB, sedangkan Sabtu-Minggu buka pada jam yang sama. Hari Jumat museum tutup.
Harga tiket masuk adalah Rp3.000 untuk anak-anak/pelajar, Rp5.000 untuk mahasiswa/dewasa, dan Rp15.000 untuk wisatawan asing.
Museum Tsunami Aceh adalah pengingat akan kerentanan manusia terhadap kekuatan alam, sekaligus simbol ketahanan dan harapan masyarakat Aceh.
Di dalamnya, kita diajak untuk merenung dan belajar dari tragedi masa lalu, serta mempersiapkan diri untuk masa depan.
Dengan berbagai fasilitas dan program edukatifnya, museum ini tidak hanya menyimpan kenangan, tetapi juga menanamkan semangat kebersamaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana di masa mendatang.
Baca Juga:
Museum Tsunami Aceh Raih Penghargaan Museum Komunikatif
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)