FEATURE

Dari Capoeira ke Jiu Jitsu: Perjalanan Andrew Stevens Wilson bangun Legacy Bela Diri di Indonesia

Yatin Suleha
Senin 10 November 2025 / 20:03
Jakarta: Berbaju biru dan celana hitam, sore itu (Jumat, 31 Oktober 2025) di Djournal, Cilandak Town Square, sosok tinggi dan bebadan tegap menyapa kami. Sambil melempar senyum, ia bilang "Andrew". "Oh, ini narasumber kami," sahut saya dalam hati.

‎Kebetulan hari itu saya dengan editor bertemu dengan narasumber editor yang ternyata pernah bertemu sekitar lebih dari 10 tahun yang lalu. 

‎Dalam momen itu dulu, sekitar 2009/2010-ya kurang lebih 15 tahun yang lalu, editor kami pernah juga mewawancarai Andrew dan kala itu olahraga Capoeira sedang naik-naiknya.

‎Andrew Stevens Wilson atau yang akrab disapa Andrew ini adalah seorang pengusaha dan kepala pelatih bela diri.‎

Sebagai Pionir Capoeira di Indonesia yang berkurikulum dari Brasil langsung, ia telah membangun pelatihan Capoeira yang kini organisasi dikelola oleh para murid-muridnya karena ia hanya mengajar sewaktu-waktu saja dan lebih fokus pada proyek-proyek bisnis yang sedang ia geluti.
 

‎Bagaimana mengawali diri dalam Capoeira?



(Andrew Stevens Wilson merupakan pionir Capoeira di Indonesia yang berkurikulum dari Brasil langsung. Foto: Dok. Andrew Stevens Wilson)

‎Saya sudah enggak sabar, langsung menanyakan pertanyaan perdana. "Sejak kapan belajar Capoeira dan mengapa?" tanya saya. Ternyata Andrew mulai tertarik dengan Capoeira saat tinggal di Brasil pada tahun 1993 di Kota ‎Salvador Bahia.

‎Ia melihat praktik Capoeira secara iseng dan mulai berlatih selama hampir dua tahun di sana. Dari kecil, ia sudah memiliki pelatihan bela diri lainnya, yang kemudian beberapa tahun kemudian berkembang menjadi komitmen serius saat sekolah SMA di Sydney Australia.

‎Pria kelahiran 9 September 1985 ini memulai karier sebagai Pionir dan kepala instruktur Capoeira di Indonesia sekitar awal tahun 2003. 

‎Ia menghabiskan waktu lebih dari empat tahun untuk beradaptasi dengan budaya lokal yang berbeda dari pengalamannya di negara maju.

‎Tantangan utama adalah komunikasi dan budaya basa-basi yang kuat di Indonesia, yang sangat tidak terbiasa olehnya serta kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang Capoeira pada saat itu.

‎Saya sedikit mengulik, bagaimana caranya mempromosikan olahraga Capoeira saat awal tahun 2000-an itu? Karena saat dulu belum ada media sosial.

‎Ternyata sederhana, ia mempromosikan Capoeira melalui flyer yang ditempel di tembok-tembok Jakarta dan di majalah dinding supermarket, universitas dan lainnya.

‎“Promosinya kan dulu belum ada sosial media, terus aku sempat bikin fotokopian-fotokopian itu semacam flyer-flyer zaman dulu. Aku setiap malam muterin Jakarta nempelin itu di tembok-tembok dulu waktu awal-awal,” kenang Andrew sambil tersenyum.

‎Dalam 3 bulan pertama, ia berhasil mendapatkan 25 murid. 

Ia juga memperluas ke sekolah-sekolah internasional, seperti British School, Jakarta Intercultural School, dan lainnya, serta kampus-kampus, seperti Atmajaya, Trisakti, UPH, dan lainnya.

‎Pada puncaknya, ia mengajar hingga 4-5 kelas per hari, total 8 - 10 jam, dengan biaya awal Rp125.000 per bulan untuk 4 kali pertemuan. Bisa dibilang, antusiasme orang pada olahraga Capoeira ini luar biasa. 

‎Tantangan dan krisis dalam capoeira



(Andrew mulai latihan Jiu Jitsu sangat intensif sejak akhir 2009, naik hingga level 3 (sabuk ungu) pada Desember 2024. Foto: Dok. Andrew Stevens Wilson)

‎Namun semua perjuangan pastinya menghadapi tantangannya tersendiri. Andrew menghadapi tantangan besar dalam membangun Capoeira di Indonesia, termasuk masalah internal seperti politik organisasi dan kudeta yang menyebabkan jumlah murid turun sangat drastis.

‎Hal ini membuatnya stres, kecewa sehingga ia sempat meninggalkan Capoeira selama beberapa tahun di tahun 2010-2014 sekaligus menjadi drop efek domino ke masyarakat dan komunitasnya yang cukup signifikan. Dikarenakan setop aktif dalam pemasaran, sales, networking dan public relations yang biasanya ia lakukan setiap hari dari pagi sampai malam.

Dari pengalaman itu, ia belajar bagaimana seharusnya menjadi pemimpin, pentingnya menangani komunitas dan politik dalam organisasi.

‎Andrew bangga dengan kemampuan skill praktisi Capoeira di Indonesia yang pernah menjadi nomor 2 terbaik di Asia di bawah Jepang. 

‎Di Indonesia, kurang dan menurunnya kesadaran edukasi mental sportifitas (mental tempe) membuat Capoeira sulit berkembang tidak seperti dulu. Sekarang Ia enggan berinvestasikan waktunya seperti dulu, tetapi kini lebih fokus pada Jiu Jitsu.

‎Transisi ke Jiu Jitsu



(Andrew melihat Jiu Jitsu sebagai masa depan yang lebih menjanjikan, meskipun masih mencintai Capoeira. Foto: Dok. Andrew Stevens Wilson)

‎Pada tahun 2010, Andrew bertemu dengan seorang master Jiu Jitsu di Indonesia yang menawarinya menjadi partner latihan sekaligus menjadi murid. 

Ini menjadi titik balik yang memberikan Ia "lembaran hidup baru" setelah kekecewaan dengan di dunia Capoeira.

‎“Aku menemukan lembaran hidup baru yang di mana sebelumnya sudah mengalami asam garam pahit politiknya di komunitas Capoeira terus aku hilangkan semua. (Move on) aku tuh kayak newborn baby gitu. Jadi, kalau ngurusin Capoeira kadang masih ada luka yang dalem banget gitu,” jelasnya.
 

Di Jiu Jitsu 


‎Ia mulai latihan sangat intensif sejak akhir 2009, naik hingga level 3 (sabuk ungu) pada Desember 2024, proses yang cukup lama di banding sekolah-sekolah Jiu Jitsu pada umumnya dikarenakan gurunya idealis dan perfeksionis dalam segala aspeknya, dan kini dalam transisi ke professional.

‎Kalau di Capoeira Andrew sudah professor dengan warna biru. Secara ideal, mencapai minimal level professor membutuhkan 19-20 tahun. Pada akhir 2019, ia diizinkan mengajar Jiu Jitsu secara resmi.
 

Sistem kelas dan pengelolaan waktu



(Sejak Andrew masih kecil, ia sudah memiliki pelatihan bela diri selain Capoeira. Foto: Dok. Andrew Stevens Wilson)

Andrew mengelola berbagai jenis kelas, yaitu umum (bayar per bulan, 4 kali pertemuan), private (berbasis appointment), dan corporate (event-based dengan SOP ketat). Biaya saat ini Rp500.000 per bulan untuk 4-8 kali pertemuan, tergantung jenis kelas.

Andrew telah membangun sistem yang dikelola oleh murid murid seniornya, sehingga ia tidak perlu terlalu terlibat. 

Ia memberikan template dan arahan untuk menangani berbagai masalah seperti pembatalan, keterlambatan, handling pelanggan, murid-murid terutama yang berpotensi sangat rewel, manajemen show performance dan memastikan semuanya tetap proaktif dan profesional. 

Jika pelatih ada yang melanggar kompensasi diberikan ke murid, tetapi jika murid yang melanggar mereka harus menerima konsekuensinya juga.

Begitu pula dengan kesiapan dan berurusan dengan pihak yang mau penyewa Capoeira, Samba untuk show performance.

Tidak ada persiapan di awal saat memulai latihan karena menurut Andrew stretching harusnya ada di tengah latihan saat jantung sudah berdegup. Banyak pelatih di Indonesia tidak paham anatomi, sehingga metode mereka suboptimal.

“Stretching itu paling bagusnya sebenarnya pas lagi di pertengahan dan akhir latihan, saat detak jantung udah mulai naik berarti ada sirkulasi darah, nah baru tembak di situ, pendinginan sesi tutup,”  jelasnya.

Ia menyarankan stretching setelah badan panas untuk menghindari berbagai risiko. Ia adalah instruktur dengan latar belakang anatomi dengan berbagai pengalamannya di luar negeri membuatnya tahu standar dunia.
 

Refleksi tentang karier dan kehidupan



(“Have fun and enjoy the process” adalah pesan Andrew kepada yang ingin ikut Capoeira dan Jiu Jitsu. Foto: Dok. Andrew Stevens Wilson)

Andrew melakukan introspeksi mendalam tentang arah hidupnya, mempertimbangkan apakah ingin fokus sebagai pelatih bela diri atau kembali ke ambisi awalnya sebagai entrepreneur.

Gurunya yang merupakan pengusaha sukses, memberikan nasihat penting.

"What do you want to do? You want to be a master?" 

Ia menekankan bahwa tidak ada salahnya ingin menjadi keduanya, tetapi mustahil melakukannya secara bersamaan.

Andrew kini lebih fokus pada bisnis dan kesehatan daripada mengajar penuh waktu. 

Dengan bertambahnya usia, ia menjadi lebih selektif dengan waktu, memprioritaskan kesehatan, keuangan dan hidup itu sendiri.

Ia mengakui bahwa sukses membutuhkan fokus penuh pada satu bidang, seperti yang gurunya katakan -untuk sukses di bidang apa pun seseorang harus "all out" seperti Steve Jobs atau Michael Schumacher.

Saat ini, ia lebih menyukai Jiu Jitsu karena pasarnya yang sedang naik dengan peningkatan sangat signifikan secara global, termasuk di Indonesia. 

Ia melihat Jiu Jitsu sebagai masa depan yang lebih menjanjikan, meskipun masih mencintai Capoeira.

Andrew merefleksikan bahwa pengalaman pahit di Capoeira mengajarkannya tentang ketahanan, mental resiliensi dan adaptasi. 

Ia menyadari pentingnya membaca perilaku pasar, perilaku masyarakat dan menghindari ambisi berlebihan.  

Tantangan terbesar saat ini adalah menangani generasi muda yang mudah menyerah dan kurang investasi waktu. 

Seiring waktu, Andrew menjadi lebih selektif dengan waktu dan energi. Ia menekankan bahwa hidup adalah tentang memaksimalkan apa yang terjadi selanjutnya, bukan memaksakan diri.
 
“Enjoy whatever i've been building my legacy every time early. Hidup kita cuma satu kali what happen next kan bukan urusan kita. Kita harus memaksimalkan effectiveness dan efficiency yang kita punya sekarang,” jelasnya. 

Andrew menyadari bahwa ia harus membuat keputusan fokus, dan akhirnya memilih untuk lebih rileks serta memprioritaskan bisnis, sambil tetap mengajar sebagai part-time.

“Have fun and enjoy the process” adalah pesan Andrew kepada yang ingin ikut Capoeira dan Jiu Jitsu. 

Menurutnya, menikmati dan bersabar dengan proses yang sedang dijalani.

Buat kamu yang belum pernah mencoba Capoeira dan Jiu Jitsu enggak ada salahnya buat mencoba. Kamu bisa mencobanya di tempatnya langsung, Viva Brazil Capoeira Indonesia dan Smash Jiu jitsu Indonesia, Jl. Gunung Balong Raya No.10. RT.007/RW.004, Lebak Bulus 3, Cilandak, Jakarta. 

Karena, siapa tahu kamu malah enjoy banget dengan olahraga yang satu ini. Selain dapat sehat kamu juga dapat ilmu untuk pertahanan diri.



(Andrew juga pernah menjadi narasumber yang membahas beberapa teknik Jiu Jitsu di SEA Today. Video: Dok. SEA Today/Instagram smash Jiujitsu Indonesia/@smashjiujitsuindonesia)


Secillia Nur Hafifah

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)

MOST SEARCH