FITNESS & HEALTH
Psikolog Ungkap Bahaya Kebiasaan Curhat ke AI
Fatha Annisa
Selasa 14 Oktober 2025 / 17:55
Jakarta: Keberadaan kecerdasan buatan atau AI merupakan bukti kemajuan teknologi yang tidak dapat dihindari lagi. Namun, masyarakat harus tetap hati-hati dalam penggunaannya terutama untuk mencari dukungan emosional atau curhat.
Psikologis klinis Phoebe Ramadina, M.Psi menjelaskan bahwa bercerita di AI memang bisa memberikan rasa tenang. Kendati begitu, kebiasaan ini juga menyimpan dampak buruk seperti ketergantungan dan membuat kamu sulit berinteraksi dengan manusia.
“Ketika menganggap AI sebagai sosok pengganti orang terdekat seperti pasangan atau teman, lalu merasa gelisah dan cemas ketika tidak bisa berinteraksi dengan AI,” ujar Phoebe, dikutip dari Antara, Selasa, 14 Oktober 2025.
Dampak lainnya adalah kurang terlatihnya kemampuan emosional untuk berinteraksi dengan orang lain. Menurut Phoebe, orang ketergantungan AI cenderung tidak puas dengan respons yang didapat saat berinteraksi dengan orang lain.
“(mereka) punya ekspektasi yang tidak realistis ketika berinteraksi karena terbiasa mendapat respons yang sesuai harapan dari AI,” jelasnya.
Selain itu, orang yang lebih sering curhat kepada AI justru lebih mudah merasa kesepian. Hal ini lantaran mereka teralienasi dari interaksi sosial di dunia nyata.
Menurut Phoebe, salah satu caranya bisa dimulai dari orang terdekat yang memberikan rasa aman dan nyaman. Mulai lah dengan membuka obrolan ringan, lalu secara bertahap membicarakan hal yang lebih serius dan dalam.
Cara lainnya adalah bergabung dengan komunitas yang memiliki minat sama, serta mencari dukungan profesional dari psikolog. Para profesional ini akan memberikan ruang aman untuk kamu mengekspresikan emosi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(PRI)
Psikologis klinis Phoebe Ramadina, M.Psi menjelaskan bahwa bercerita di AI memang bisa memberikan rasa tenang. Kendati begitu, kebiasaan ini juga menyimpan dampak buruk seperti ketergantungan dan membuat kamu sulit berinteraksi dengan manusia.
“Ketika menganggap AI sebagai sosok pengganti orang terdekat seperti pasangan atau teman, lalu merasa gelisah dan cemas ketika tidak bisa berinteraksi dengan AI,” ujar Phoebe, dikutip dari Antara, Selasa, 14 Oktober 2025.
Baca juga: Ekonom Peraih Nobel Peter Howitt Memperingatkan Bahaya AI |
Dampak lainnya adalah kurang terlatihnya kemampuan emosional untuk berinteraksi dengan orang lain. Menurut Phoebe, orang ketergantungan AI cenderung tidak puas dengan respons yang didapat saat berinteraksi dengan orang lain.
“(mereka) punya ekspektasi yang tidak realistis ketika berinteraksi karena terbiasa mendapat respons yang sesuai harapan dari AI,” jelasnya.
Selain itu, orang yang lebih sering curhat kepada AI justru lebih mudah merasa kesepian. Hal ini lantaran mereka teralienasi dari interaksi sosial di dunia nyata.
Baca juga: ChatGPT Capai 800 Juta Pengguna Mingguan, OpenAI Kian Dominan |
Tips Membuka Diri pada Orang Lain
Meskipun curhat dengan AI terasa sangat nyaman, tetap lah berinteraksi dengan orang lain. Jika itu merupakan hal yang sulit, ada banyak cara yang bisa dilakukan supaya kamu bisa lebih terbuka dengan orang lain.Menurut Phoebe, salah satu caranya bisa dimulai dari orang terdekat yang memberikan rasa aman dan nyaman. Mulai lah dengan membuka obrolan ringan, lalu secara bertahap membicarakan hal yang lebih serius dan dalam.
Cara lainnya adalah bergabung dengan komunitas yang memiliki minat sama, serta mencari dukungan profesional dari psikolog. Para profesional ini akan memberikan ruang aman untuk kamu mengekspresikan emosi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(PRI)