Solo: Tanpa disadari, makanan lokal yang telah melegenda sejatinya punya banyak manfaat. Salah satunya pemenuhan gizi yang seimbang, yang berfungsi memenuhi asupan di tubuhmu seperti makronutrien dan mikronutrien.
Sayangnya, serangan dari kehadiran makanan cepat saji dan minim gizi membuat pangan lokal ditinggalkan. Banyak generasi muda berburu makanan luar yang sedang trending atau hits, sampai rela mengantre.
Memang tak ada salahnya selagi ada batasan untuk mengonsumsi. Hanya saja apa yang diasup ke tubuh, belum tentu bisa memenuhi gizi, alih-alih seimbang.
Pakar Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor, Prof. Ir. Ahmad Sulaeman, MS, PhD mengatakan, kondisi atas merupakan tantangan kita untuk pemenuhan gizi seimbang. Kebiasaan konsumsi masyarakat Indonesia yang kurang sehat. Sebut saja konsumsi makanan minim gizi atau hanya tinggi kalori saja seperti fast food.
Padahal, Indonesia memiliki kekayaan pangan yang dapat diolah menjadi sebuah kuliner sesuai dengan karakter suatu daerah. Yang nyatanya, punya beragam cita rasa lokal yang dibuat unik dan tak kalah saing dengan makanan internasional.
"Seperti halnya pangan di kota Solo yang juga bergizi seperti Tengkleng, Nasi Liwet, Timlo, dan sebagainya," ujar Prof Ahmad pada acara Danone Indonesia berkolaborasi dengan Citilink dalam menggelar program Jelajah Gizi 2023 di Solo.
Kemudian Prof Ahmad juga menyampaikan kalau pola makan bergizi seimbang akan memberikan tubuhmu asupan makronutrien dan mikronutrien yang lengkap. Ini merupakan kunci dalam menjaga kesehatan dan menghindari permasalahan gizi keluarga.
"Konsumsi makanan harían, konsumen juga harus memastikan pangan yang dikonsumsi aman dan baik bagi tubuh dengan memperhatikan asal usul makanan yang dikonsumsi serta dampak pilihan makanannya terhadap kesehatan," terang Prof. Ahmad.
Berikut tiga dari berbagai pangan lokal Solo yang melegenda dan memiliki nilai gizi:
Merupakan kue basah yang berbahan dasar tepung beras. Selain tepung beras, serabi ini juga mengandung gula dan santan. Untuk topping atasnya memakai santan dan cokelat.
Penggunaan beras sebagai bahan dasar serabi karena pada zaman dahulu hanya beras yang gampang ditemukan. Seperti diketahui, Serabi Notosuman sudah ada sejak hampir seabad yang lalu, dan hingga kini eksistensinya tetap terjaga.

"Sejak zaman awal ditemukan, Serabi konsisten hanya menggunakan dua topping, yaitu santan atau original dan cokelat. Kami sempat mencoba untuk menggunakan rasa lain, yaitu dari buah. Sayang, buah itu lebih mudah berair karena kena santannya. Jadi kelemahannya itu, sehingga kami konsisten menggunakan dua rasa saja," ujar pemilik sekaligus generasi keempat Serabi Notosuman, Yohanes Krismanto.
"Banyak pelanggan yang lama itu bawa buah sendiri, seperti durian. Lalu mereka request ke kami untuk diolah. Tujuannya, biar bisa dimakan langsung karena buah juga tidak tahan lama," sambungnya.
Sementara itu Prof. Ahmad mengatakan, serabi merupakan makanan yang cocok untuk disajikan sebagai camilan. Kamu bisa menambahkan susu untuk menambah protein dan tempe. Untuk serabi yang asin, kamu bisa didampingi dengan telor.
"Serabi karena dari tepung beras, maka ada karbohidrat untuk menambah energi. Satu piece serabi terdapat 250 sampai 300 kilo kalori per 100 gram. Sementara proteinnya sekitar 5 gram, lemak 4 persen," ucap Prof. Ahmad.
Kerupuk khas Solo yang biasa dikonsumsi warganya untuk disandingkan dengan nasi. Proses pembuatan Karak ini sangat sederhana. Bahannya berupa nasi yang dikukus dengan sejumlah bumbu seperti bawang dan garam.
Semua bahan itu ditumbuk hingga halus kemudian diiris tipis-tipis. Selanjutnya, bahan tersebut dijemur hingga benar-benar kering, kemudian baru digoreng. Maka jadilah karak yang gurih dan renyah.
"Seperti halnya Srabi, Karak berbahan dasar beras, ketan, dan garam. Jadi ada kandungan karbohidrat dan protein juga. Kalau beras mentah itu per 100 gram itu mengandung 6 sampai 8 gram protein," ujar Prof. Ahmad.

"Karak ini juga mengandung MSG terasa dari rasanya yang gurih, tapi jangan khawatir. Justru dengan MSG, ini bisa mempercepat keluarnya air liur untuk membantu pencernaan," sambungnya.
Kuliner berbasis keluarga ini telah berdiri di Solo sejak 1990. Di warung sate kambing Pak Manto, Tengkleng disajikan dengan bumbu rica-rica yang kental dan pedas. Ada juga tengkleng seger dan sate buntel.

Menurut Prof. Ahmad, di rumah makan ini karena mengandalkan daging kambing, maka kaya akan sumber protein hewani yang sangat baik karena daya cernanya lebih bagus.
"Menariknya di rumah makan ini tersedia juga buah-buahan yang sudah dipotong. Ini jadi strategi agar bisa menetralisir kandungan lemak. Baiknya, buah-buahan tersebut dikonsumsi sebelum menyantap aneka tengkleng," tutup Prof. Ahmad.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Sayangnya, serangan dari kehadiran makanan cepat saji dan minim gizi membuat pangan lokal ditinggalkan. Banyak generasi muda berburu makanan luar yang sedang trending atau hits, sampai rela mengantre.
Memang tak ada salahnya selagi ada batasan untuk mengonsumsi. Hanya saja apa yang diasup ke tubuh, belum tentu bisa memenuhi gizi, alih-alih seimbang.
Pakar Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor, Prof. Ir. Ahmad Sulaeman, MS, PhD mengatakan, kondisi atas merupakan tantangan kita untuk pemenuhan gizi seimbang. Kebiasaan konsumsi masyarakat Indonesia yang kurang sehat. Sebut saja konsumsi makanan minim gizi atau hanya tinggi kalori saja seperti fast food.
Padahal, Indonesia memiliki kekayaan pangan yang dapat diolah menjadi sebuah kuliner sesuai dengan karakter suatu daerah. Yang nyatanya, punya beragam cita rasa lokal yang dibuat unik dan tak kalah saing dengan makanan internasional.
"Seperti halnya pangan di kota Solo yang juga bergizi seperti Tengkleng, Nasi Liwet, Timlo, dan sebagainya," ujar Prof Ahmad pada acara Danone Indonesia berkolaborasi dengan Citilink dalam menggelar program Jelajah Gizi 2023 di Solo.
Kemudian Prof Ahmad juga menyampaikan kalau pola makan bergizi seimbang akan memberikan tubuhmu asupan makronutrien dan mikronutrien yang lengkap. Ini merupakan kunci dalam menjaga kesehatan dan menghindari permasalahan gizi keluarga.
"Konsumsi makanan harían, konsumen juga harus memastikan pangan yang dikonsumsi aman dan baik bagi tubuh dengan memperhatikan asal usul makanan yang dikonsumsi serta dampak pilihan makanannya terhadap kesehatan," terang Prof. Ahmad.
Berikut tiga dari berbagai pangan lokal Solo yang melegenda dan memiliki nilai gizi:
1. Serabi Notosuman Ny. Lidia
Merupakan kue basah yang berbahan dasar tepung beras. Selain tepung beras, serabi ini juga mengandung gula dan santan. Untuk topping atasnya memakai santan dan cokelat.
Penggunaan beras sebagai bahan dasar serabi karena pada zaman dahulu hanya beras yang gampang ditemukan. Seperti diketahui, Serabi Notosuman sudah ada sejak hampir seabad yang lalu, dan hingga kini eksistensinya tetap terjaga.
"Sejak zaman awal ditemukan, Serabi konsisten hanya menggunakan dua topping, yaitu santan atau original dan cokelat. Kami sempat mencoba untuk menggunakan rasa lain, yaitu dari buah. Sayang, buah itu lebih mudah berair karena kena santannya. Jadi kelemahannya itu, sehingga kami konsisten menggunakan dua rasa saja," ujar pemilik sekaligus generasi keempat Serabi Notosuman, Yohanes Krismanto.
"Banyak pelanggan yang lama itu bawa buah sendiri, seperti durian. Lalu mereka request ke kami untuk diolah. Tujuannya, biar bisa dimakan langsung karena buah juga tidak tahan lama," sambungnya.
Sementara itu Prof. Ahmad mengatakan, serabi merupakan makanan yang cocok untuk disajikan sebagai camilan. Kamu bisa menambahkan susu untuk menambah protein dan tempe. Untuk serabi yang asin, kamu bisa didampingi dengan telor.
"Serabi karena dari tepung beras, maka ada karbohidrat untuk menambah energi. Satu piece serabi terdapat 250 sampai 300 kilo kalori per 100 gram. Sementara proteinnya sekitar 5 gram, lemak 4 persen," ucap Prof. Ahmad.
2. Karak Bratan Mbah Sastro
Kerupuk khas Solo yang biasa dikonsumsi warganya untuk disandingkan dengan nasi. Proses pembuatan Karak ini sangat sederhana. Bahannya berupa nasi yang dikukus dengan sejumlah bumbu seperti bawang dan garam.
Semua bahan itu ditumbuk hingga halus kemudian diiris tipis-tipis. Selanjutnya, bahan tersebut dijemur hingga benar-benar kering, kemudian baru digoreng. Maka jadilah karak yang gurih dan renyah.
"Seperti halnya Srabi, Karak berbahan dasar beras, ketan, dan garam. Jadi ada kandungan karbohidrat dan protein juga. Kalau beras mentah itu per 100 gram itu mengandung 6 sampai 8 gram protein," ujar Prof. Ahmad.
"Karak ini juga mengandung MSG terasa dari rasanya yang gurih, tapi jangan khawatir. Justru dengan MSG, ini bisa mempercepat keluarnya air liur untuk membantu pencernaan," sambungnya.
3. Tengkleng Pak Manto
Kuliner berbasis keluarga ini telah berdiri di Solo sejak 1990. Di warung sate kambing Pak Manto, Tengkleng disajikan dengan bumbu rica-rica yang kental dan pedas. Ada juga tengkleng seger dan sate buntel.
Menurut Prof. Ahmad, di rumah makan ini karena mengandalkan daging kambing, maka kaya akan sumber protein hewani yang sangat baik karena daya cernanya lebih bagus.
"Menariknya di rumah makan ini tersedia juga buah-buahan yang sudah dipotong. Ini jadi strategi agar bisa menetralisir kandungan lemak. Baiknya, buah-buahan tersebut dikonsumsi sebelum menyantap aneka tengkleng," tutup Prof. Ahmad.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)