Jakarta: Diageo merilis produk terbaru mereka berupa edisi yang diberi nama Elusive Expressions di Indonesia. Terdiri dari delapan minuman yang telah melalui proses penyulingan matang sehingga setiap koleksi menghadirkan cita rasa khas Skotlandia yang unik.
Koleksi spesial ini coba menghadirkan terobosan rasa. Sehingga setiap koleksi memiliki karakteristik rasa yang autentik. Rasa ini tercipta hasil dari teknik distilasi yang khas dari masing-masing lokasi penyulingan.
"Melibatkan sejumlah penyulingan tertua dari Diageo, tiap koleksi menawarkan rasa yang sangat kaya hingga rasa yang sangat langka untuk menciptakan pengalaman yang tak terduga untuk menghidupkan berbagai momen," kata Astrida Pohan selaku Whisky Portfolio & Luxury Spirit Manager Diageo Indonesia.
Salah satu koleksi spesial The Singleton yang memang menjadi produk unggulan dari Diageo. Demi memastikan kualitasnya, setiap koleksi ini diseleksi secara langsung oleh Master Blender Dr. Craig Wilson.
"Dr. Craig Wilson bersama timnya total mengunjungi lebih dari 30 tempat penyulingan dan dapat memeriksa lebih dari 10 juta tong yang disimpan di dalam fasilitas kelas dunia Diageo," paparnya.
Adapun rilisan spesial ini terdiri dari Mortlach (non-age statement) yang kaya hasil perpaduan sensasi dark, manis, hingga sentuhan jahe yang menjadi keunikan. Ada Oban (10 years old) yang terasa lembut dan creamy dengan rasa buah yang manis serta sedikit sentuhan smoky dan aroma garam.
Sedangkan Talisker (11 years old) memiiki rasa fundamental dengan karakter klasik, lengkap dengan sentuhan maritime malty smokiness. Lagavulin (12 years old) yang memberikan ekspresi rasa autentik hasil dari teknik pematangan kombinasi.
Lalu ada Clynelish (12 years old), The Singleton of Glen Ord (15 years old) yang manis karena hasil dari penyimpanan di dalam kayu oak Amerika dan Eropa, yang kemudian dimatangkan dua kali di dalam wine-seasoned cask.
Sementara Cardhu (16 years old) memberikan ekspresi rasa yang langka hasil dari finishing di dalam tong rum Jamaika untuk mendapatkan rasa manis khas tropis yang vibrant. Terakhir ada Cameron Bridge (26 ysears old) yang menawarkan kekayaan rasa yang berbeda dari lainnya.
"Rilisan spesial ini semakin istimewa berkat desain khusus di setiap botol yang dibuat oleh Ken Taylor (illustrator) dan Kevin Tong (seniman visualisasi digital). Karya seni yang menampilkan berbagai makhluk mitologi tersebut terinspirasi oleh karakter, semangat, dan cerita-cerita unik di baliknya," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(ELG)
Koleksi spesial ini coba menghadirkan terobosan rasa. Sehingga setiap koleksi memiliki karakteristik rasa yang autentik. Rasa ini tercipta hasil dari teknik distilasi yang khas dari masing-masing lokasi penyulingan.
"Melibatkan sejumlah penyulingan tertua dari Diageo, tiap koleksi menawarkan rasa yang sangat kaya hingga rasa yang sangat langka untuk menciptakan pengalaman yang tak terduga untuk menghidupkan berbagai momen," kata Astrida Pohan selaku Whisky Portfolio & Luxury Spirit Manager Diageo Indonesia.
Salah satu koleksi spesial The Singleton yang memang menjadi produk unggulan dari Diageo. Demi memastikan kualitasnya, setiap koleksi ini diseleksi secara langsung oleh Master Blender Dr. Craig Wilson.
"Dr. Craig Wilson bersama timnya total mengunjungi lebih dari 30 tempat penyulingan dan dapat memeriksa lebih dari 10 juta tong yang disimpan di dalam fasilitas kelas dunia Diageo," paparnya.
Adapun rilisan spesial ini terdiri dari Mortlach (non-age statement) yang kaya hasil perpaduan sensasi dark, manis, hingga sentuhan jahe yang menjadi keunikan. Ada Oban (10 years old) yang terasa lembut dan creamy dengan rasa buah yang manis serta sedikit sentuhan smoky dan aroma garam.
Sedangkan Talisker (11 years old) memiiki rasa fundamental dengan karakter klasik, lengkap dengan sentuhan maritime malty smokiness. Lagavulin (12 years old) yang memberikan ekspresi rasa autentik hasil dari teknik pematangan kombinasi.
Lalu ada Clynelish (12 years old), The Singleton of Glen Ord (15 years old) yang manis karena hasil dari penyimpanan di dalam kayu oak Amerika dan Eropa, yang kemudian dimatangkan dua kali di dalam wine-seasoned cask.
Sementara Cardhu (16 years old) memberikan ekspresi rasa yang langka hasil dari finishing di dalam tong rum Jamaika untuk mendapatkan rasa manis khas tropis yang vibrant. Terakhir ada Cameron Bridge (26 ysears old) yang menawarkan kekayaan rasa yang berbeda dari lainnya.
"Rilisan spesial ini semakin istimewa berkat desain khusus di setiap botol yang dibuat oleh Ken Taylor (illustrator) dan Kevin Tong (seniman visualisasi digital). Karya seni yang menampilkan berbagai makhluk mitologi tersebut terinspirasi oleh karakter, semangat, dan cerita-cerita unik di baliknya," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ELG)