FITNESS & HEALTH

Intoleransi Laktosa pada Anak, Bagaimana Gejala dan Menanganinya?

Aulia Putriningtias
Jumat 02 Februari 2024 / 12:11
Jakarta: Sebagai nutrisi untuk tumbuh kembang anak, susu hewani merupakan salah satu sumber yang baik. Namun, kehadiran intoleransi laktosa kerap menjadi gangguan pada anak-anak ketika butuh memenuhi nutrisi.

Menurut dr. Radhian Amandito, Sp. A., Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak RS Pondok Indah, orang tua perlu mengetahui terlebih dahulu tentang kondisi anak. Tidak serta merta ketika suatu hal muncul sehabis minum susu hewani, langsung dicap intoleransi laktosa.

Gejala intoleransi laktosa biasanya muncul 30 menit hingga 2 jam setelah mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung laktosa. Gejala tersebut meliputi:
- Sering buang angin.
- Perut kembung.
- Nyeri perut.
- Diare.
- Perut berbunyi “krucuk-krucuk” (borborygmi).
- Mual dan muntah.

Tiap penderita intoleransi laktosa dapat mengalami gejala yang berbeda-beda. Tingkat keparahan gejalanya juga tergantung pada seberapa banyak laktosa yang dikonsumsi.

Salah satu cara untuk menangani anak-anak dalam memperoleh nutrisi susu hewani ketika diduga intoleransi laktosa adalah melakukan eliminasi. Produk susu akan dicoba kepada Si Kecil, seraya memerhatikan dampaknya.

Baca juga: Jangan Anggap Remeh Intoleransi Laktosa pada Anak

"Intoleransi laktosa itu tidak selalu susu nabati solusinya. Jadi, yang paling utama memang melakukan eliminasi. Dicoba dulu berikan susu hewani, dikasih jarak dua bulan kemudian eliminasi lagi. Jadi, bisa tahu dikasih susu yang seperti apa," ucap dr. Radhian dalam acara Ngopi Susu #3 Greenfields di Jakarta, Kamis, 1 Februari 2024.
 

Menangani intoleransi laktosa terhadap anak


Hadirnya intoleransi laktosa pada anak bukan menjadi jalan akhir untuk tidak memberikan susu. Orang tua harus memastikan bahwa Si Kecil benar-benar ditangani oleh profesional ketika ada gejala intoleransi laktosa saat mengonsumsi makanan dan minuman dengan kandungan tersebut.

Pun, dr. Radhian tak menyarankan anak langsung diberikan susu nabati. Susu nabati memang kerap diberikan oleh orang tua ketika diketahui anak memiliki intoleransi laktosa.

Menurutnya, pemberian susu nabati secara langsung tanpa pemeriksaan lebih lanjut bisa menambah risiko alergi lainnya. Anak-anak juga berisiko memiliki alergi seperti kacang-kacangan.

"Dengan pemberian susu soya (nabati) sejak awal, bisa saja anak itu malah nambah alerginya. Jadi, yang paling utama memang sebaiknya diperiksa dulu, dilakukan eliminasi untuk dapat tahu harus minum susu apa," jelasnya.

Fiona Anjani Foebe selaku Chief Marketing Officer Greenfields Indonesia mengatakan susu penting untuk membantu pertumbuhan anak, serta membantu menekan angka stunting. WHO sendiri mengarahkan pemberian susu jenis fresh milk pasteurisasi untuk melengkapi menu hidangan anak usia 12 bulan ke atas.

"Kali ini Greenfields ingin mendorong keluarga Indonesia lebih cermat memahami asupan nutrisi terbaik bagi anak-anak mereka, khususnya protein hewani yang di antaranya adalah susu. Pastikan hanya memilih yang bersumber dari 100% susu segar, berkualitas dan terjaga kesegarannya," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)

MOST SEARCH