Jakarta: Menurut IAPB, Country Map & Estimates of Vision Loss - Indonesia hingga 2020, sekitar 35 juta orang di Indonesia mengalami gangguan penglihatan. Dari jumlah tersebut, 3,7 juta orang menderita kebutaan, termasuk akibat kelainan kornea.
Sementara itu, data WHO menyebut, kelainan kornea sebagai penyebab kebutaan terbesar keempat di dunia, setelah katarak, glaukoma, dan degenerasi makula.
Di Indonesia sendiri, menurut Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI), diperkirakan 1 per 1.000 orang penduduk Indonesia menderita kebutaan akibat kelainan kornea.
Dengan kata lain, sebanyak 270 ribu dari 270 juta jiwa masyarakat Indonesia mengalami kebutaan karena hilangnya transparansi yang merupakan sifat dasar dari kornea.
Jumlah penderita kebutaan kornea di Indonesia tidak sebanding dengan jaringan kornea yang tersedia. Sangat disayangkan kita masih harus bergantung kepada negara lain untuk penyediaan kornea yang dibutuhkan untuk cangkok.
"Walaupun target 100 jaringan kornea lokal telah tercapai pada 2019 lalu, tetapi jumlah tersebut belum bisa menyelesaikan angka kebutaan kornea yang tinggi di Indonesia,” jelas Dr. Sharita Siregar, SpM(K), Kepala/Direktur Medis Lions Eye Bank Jakarta.

Dr. Sharita Siregar Kepala/Direktur Medis Lions Eye Bank Jakarta. (JEC Webinar World Sight Day)
Masalahnya, banyaknya pasien kornea tapi tak diimbangi dengan jumlah corneal tissue yang tersedia itu sangat jauh. Alasannya, kurangnya edukasi tentang public awareness donasi kornea, dan mitos yang salah terkait apa yang dimaksud dengan 'donor mata'.
"Calon pendonor menjadi urung mendonorkan korneanya, karena takut kelak satu bola mata mereka diambil. Nah itu yang harus kita luruskan," ujar Dr. Sharita saat Konferensi Pers World Sight Day.
"Itu tidak benar, calon pendonor hanya akan diambil korneanya, dan dalam keadaan sudah meninggal," jelas Dr. Sharita.
Untuk itu, Dr. Sharita juga mengajak agar masyarakat bisa mendonorkan kornea mereka, sekaligus menepis stigma negatif yang didapat oleh pendonor. Salah satu caranya adalah, menggaet model sekaligus aktris, Adinia Wirasti sebagai calon pendonor kornea dan menjadi bagian dari Lions Eye Bank Jakarta (LEBJ) Family.
"Saya mengajak Adinia sehingga ia bisa menyuarakan tentang donor kornea ini. Hasilnya, banyak yang ingin mendonorkan, yaitu sekitar 5000an, hingga Januari 2021," terang Dr. Sharita.
"Selain itu LEBJ juga melakukan obrolan terkait donor kornea, agar ada edukasi kepada masyarakat," sambungnya.
Partisipasi aktif masyarakat luas menjadi kunci. Karenanya, dengan kehadiran jaringan 12 titik EDC yang tersebar di 9 kota dan 6 provinsi, Dr. Sharita berharap masyarakat Indonesia semakin mudah menjangkau layanan LEBJ untuk mendonorkan mata mereka.
"Dengan semakin banyak donor kornea yang terfasilitasi, maka semakin cepat pula penanganan para pasien yang membutuhkan tindakan transplantasi kornea. Lebih jauh, semoga jaringan Eye Donation Center (EDC) dari LEBJ bersama JEC ini dapat berkontribusi menekan tingkat kebutaan di Indonesia,” tegas Dr. Sharita Siregar.
Setiap EDC terafiliasi dengan bank mata induknya, yaitu LEBJ sehingga menerapkan standardisasi pengambilan, pengelolaan serta distribusi jaringan kornea yang berkualitas.
Teknisi LEBJ yang telah tersertifikasi akan memastikan pengambilan kornea, serta proses transportasi kornea donor secara aman menuju rumah sakit mata yang membutuhkan.
Selama 4 tahun terakhir, LEBJ sebagai institusi bank mata terkemuka telah memiliki 6.733 calon donor kornea dan melakukan 345 operasi transplantasi pada pasien kebutaan kornea. Saat ini, daftar tunggu pasien yang menanti ketersediaan jaringan kornea telah mencapai 160 orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Sementara itu, data WHO menyebut, kelainan kornea sebagai penyebab kebutaan terbesar keempat di dunia, setelah katarak, glaukoma, dan degenerasi makula.
Di Indonesia sendiri, menurut Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI), diperkirakan 1 per 1.000 orang penduduk Indonesia menderita kebutaan akibat kelainan kornea.
Dengan kata lain, sebanyak 270 ribu dari 270 juta jiwa masyarakat Indonesia mengalami kebutaan karena hilangnya transparansi yang merupakan sifat dasar dari kornea.
Jumlah penderita kebutaan kornea di Indonesia tidak sebanding dengan jaringan kornea yang tersedia. Sangat disayangkan kita masih harus bergantung kepada negara lain untuk penyediaan kornea yang dibutuhkan untuk cangkok.
"Walaupun target 100 jaringan kornea lokal telah tercapai pada 2019 lalu, tetapi jumlah tersebut belum bisa menyelesaikan angka kebutaan kornea yang tinggi di Indonesia,” jelas Dr. Sharita Siregar, SpM(K), Kepala/Direktur Medis Lions Eye Bank Jakarta.

Dr. Sharita Siregar Kepala/Direktur Medis Lions Eye Bank Jakarta. (JEC Webinar World Sight Day)
Masalahnya, banyaknya pasien kornea tapi tak diimbangi dengan jumlah corneal tissue yang tersedia itu sangat jauh. Alasannya, kurangnya edukasi tentang public awareness donasi kornea, dan mitos yang salah terkait apa yang dimaksud dengan 'donor mata'.
"Calon pendonor menjadi urung mendonorkan korneanya, karena takut kelak satu bola mata mereka diambil. Nah itu yang harus kita luruskan," ujar Dr. Sharita saat Konferensi Pers World Sight Day.
"Itu tidak benar, calon pendonor hanya akan diambil korneanya, dan dalam keadaan sudah meninggal," jelas Dr. Sharita.
Untuk itu, Dr. Sharita juga mengajak agar masyarakat bisa mendonorkan kornea mereka, sekaligus menepis stigma negatif yang didapat oleh pendonor. Salah satu caranya adalah, menggaet model sekaligus aktris, Adinia Wirasti sebagai calon pendonor kornea dan menjadi bagian dari Lions Eye Bank Jakarta (LEBJ) Family.
"Saya mengajak Adinia sehingga ia bisa menyuarakan tentang donor kornea ini. Hasilnya, banyak yang ingin mendonorkan, yaitu sekitar 5000an, hingga Januari 2021," terang Dr. Sharita.
"Selain itu LEBJ juga melakukan obrolan terkait donor kornea, agar ada edukasi kepada masyarakat," sambungnya.
Partisipasi aktif masyarakat luas menjadi kunci. Karenanya, dengan kehadiran jaringan 12 titik EDC yang tersebar di 9 kota dan 6 provinsi, Dr. Sharita berharap masyarakat Indonesia semakin mudah menjangkau layanan LEBJ untuk mendonorkan mata mereka.
"Dengan semakin banyak donor kornea yang terfasilitasi, maka semakin cepat pula penanganan para pasien yang membutuhkan tindakan transplantasi kornea. Lebih jauh, semoga jaringan Eye Donation Center (EDC) dari LEBJ bersama JEC ini dapat berkontribusi menekan tingkat kebutaan di Indonesia,” tegas Dr. Sharita Siregar.
Setiap EDC terafiliasi dengan bank mata induknya, yaitu LEBJ sehingga menerapkan standardisasi pengambilan, pengelolaan serta distribusi jaringan kornea yang berkualitas.
Teknisi LEBJ yang telah tersertifikasi akan memastikan pengambilan kornea, serta proses transportasi kornea donor secara aman menuju rumah sakit mata yang membutuhkan.
Selama 4 tahun terakhir, LEBJ sebagai institusi bank mata terkemuka telah memiliki 6.733 calon donor kornea dan melakukan 345 operasi transplantasi pada pasien kebutaan kornea. Saat ini, daftar tunggu pasien yang menanti ketersediaan jaringan kornea telah mencapai 160 orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)