FITNESS & HEALTH

Klaustrofobia, Ketika Kamu Takut Berada di Tempat Sempit

Mia Vale
Minggu 31 Maret 2024 / 21:05
Jakarta: Fobia merupakan ketakutan yang intens dan tidak rasional terhadap satu atau lebih hal atau situasi. Selain itu, pada fobia, tingkat ketakutan tidak sesuai dengan bahaya sebenarnya yang ditimbulkan oleh objek atau situasi yang ditakuti. 

Fobia dapat membatasi kemampuan kamu untuk bekerja secara efisien, membebani hubungan, dan menurunkan harga diri kamu.

Fobia yang dimiliki seseorang pun ada berbagai jenis. Mulai dari takut ketinggian, takut kegelapan, takut naik pesawat terbang, sampai takut akan tempat yang sempit. Dan semuanya masuk akal. 

Bila memiliki fobia, tentunya sebisa mungkin akan menghindari hal-hal yang membuat kita merasa tidak nyaman. Seperti misalnya claustrophobia di mana ketakutan yang intens terhadap ruang terbatas atau tertutup. Nah, kamu punya klaustrofobia, yuk cari tahu selengkapnya!
 

Yang dirasakan klaustrofobia


Penderita klaustrofobia, mengutip laman Cleveland Clinic, akan merasa cemas berada di ruang tertutup atau sempit. Kamu mungkin sulit berkonsentrasi dan diliputi pikiran tentang berada di ruang terbatas. 

Pemicu umumnya meliputi, terowongam, lift, gua, kamar kecil tanpa jendela, lift, bahkan pikiran tentang berada di ruang terbatas. Satu lagi, klaustrofobia lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Dan sebagian besar berkembang pada masa kanak-kanak dan remaja.
 

Gejala klaustrofobia



(Segera ke dokter jika gejala yang dialami menyebabkan kamu menarik diri dari lingkungan sosial. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)

Gejala claustrophobia mirip dengan gejala kecemasan dan serangan panik. Gejala yang mungkin kamu alami:
 
  • - Berkeringat atau gemetar
  • - Sesak di dada atau detak jantung cepat
  • - Menangis
  • - Kesulitan bernapas atau bernapas cepat
  • - Menggigil atau muka memerah (wajah merah dan panas)
  • - Perasaan tersedak
  • - Sakit perut
  • - Pusing dan merasa lemas
  • - Mulut kering
  • - Merasa bingung atau disorientasi
  • - Mati rasa atau kesemutan
  • - Telinga berdenging
 

Penyebab klaustrofobia


Sebenarnya, penyebab klaustrofobia belum sepenuhnya dipahami. Para peneliti yakin penyebabnya mungkin termasuk:
 
  1. - Peristiwa traumatis saat masa kanak-kanak, seperti mereka pernah terjebak atau terkurung di ruang sempit saat masih kecil
  2. - Peristiwa pemicu setelah masa kanak-kanak, seperti terjebak di dalam lift atau mengalami turbulensi parah di pesawat
  3. - Paparan klaustrofobia orang tua pada masa kanak-kanak, di mana kamu merasakan kecemasan akibat salah satu reaksi orang tua terhadap ruang terbatas
 

Terapi paparan


Disebut juga terapi desensitisasi. Terapi pemaparan juga mencakup relaksasi dan latihan pernapasan. Dalam psikoterapi jenis ini, kamu secara bertahap dihadapkan pada situasi yang ditakuti. Ini bertujuan agar kamu merasa nyaman dengan situasi spesifik yang ditakuti. Terapi pemaparan mungkin melibatkan:
 
  • - Menghadapi fobia kamu secara langsung, secara real-time
  • - Mengingat dan menggambarkan pengalaman ketakutan kamu
  • - Melihat gambar atau menggunakan realitas virtual untuk mendekati pengalaman nyata yang ditakuti namun tetap berada di lingkungan yang aman
 

Terapi perilaku kognitif (CBT)


Jenis psikoterapi (terapi bicara) ini berfokus pada penanganan fobia kamu dengan mengubah cara berpikir, merasakan, dan berperilaku. Selama CBT, kamu akan:
 
  1. - Diskusikan gejala dan jelaskan perasaan kamu
  2. - Jelajahi fobia kamu lebih dalam untuk mendapatkan pemahaman tentang cara meresponsnya
  3. - Pelajari cara mengenali, mengevaluasi kembali, dan mengubah pemikiran kamu
  4. - Gunakan keterampilan pemecahan masalah untuk mempelajari cara mengatasinya
  5. - Hadapi fobia kamu alih-alih menghindarinya
  6. - Pelajari cara menjaga pikiran dan tubuh kamu tetap tenang

Ingat, bicaralah dengan seseorang yang kamu percayai untuk mendengarkan ketakutan klaustrofobia kamu. Penyedia layanan kesehatan pun siap membantu. Dan pastinya, klaustrofobia bisa diobati. 

Dengan pengobatan dan komitmen untuk mempraktikkan teknik yang dipelajari dalam terapi, kamu bisa belajar mengatasi pemicunya, mengelola ketakutanmu terhadap ruang terbatas, dan menikmati hidup.


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH