FITNESS & HEALTH
Covid-19 Ganggu Pencegahan dan Pelayanan Pengobatan Penyakit Tidak Menular
A. Firdaus
Senin 19 Oktober 2020 / 14:35
Jakarta: Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti kardiovaskular, kanker, pernapasan kronis, dan gangguan mental telah mengakibatkan lebih dari 70% kematian di dunia. Akibatnya, menimbulkan beban finansial dan sosial yang sangat besar di berbagai negara.
Di Indonesia, angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah, bahkan meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2016 misalnya, angka kematian di Indonesia sebesar 1,8 juta jiwa, di mana 35 % dari angka tersebut disebabkan penyakit kardiovaskular.
Dengan terjadinya pandemi covid-19 ini, bukan tidak mungkin kondisi ini dapat semakin parah. Untuk itu, selain menjalankan protokol kesehatan covid-19, penting pula untuk tetap memerhatikan upaya optimalisasi pencegahan dan pelayanan pengobatan PTM.
"Meskipun tersedia banyak pengobatan yang efektif, PTM seperti penyakit kardiovaskular terus menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia. Hal ini diperparah dengan adanya pandemi covid-19 yang telah mengganggu upaya pencegahan dan pelayanan pengobatan PTM di berbagai negara, termasuk Indonesia," ujar Dr. dr. Anwar Santoso, SpJP(K), FIHA.
Dr. Anwar yang juga Dewan Penasihat & Dewan Etik Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) ini, memaparkan perlu adanya upaya untuk terus melanjutkan penyediaan layanan kesehatan esensial. Dan juga meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pencegahan PTM. Khususnya penyakit kardiovaskular.
Menurut Dr. Anwar yang merupakan salah satu penulis dalam jurnal Risk Management and Healthcare Policy, merekomendasikan masyarakat untuk melakukan penerapan metode skrining. Selain itu juga pengintegrasian pelayanan kesehatan secara komprehensif dalam mencegah PTM.
"Untuk itu penerapan kebijakan, penanganan kesenjangan dalam praktik klinis, dan pemberdayaan masyarakat harus diprioritaskan. Selain itu, keterlibatan pasien, keluarga, dan masyarakat sekitar juga berperan penting dalam mencapai kesinambungan dan keberhasilan perawatan PTM," tegas Dr. Anwar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Di Indonesia, angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah, bahkan meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2016 misalnya, angka kematian di Indonesia sebesar 1,8 juta jiwa, di mana 35 % dari angka tersebut disebabkan penyakit kardiovaskular.
Dengan terjadinya pandemi covid-19 ini, bukan tidak mungkin kondisi ini dapat semakin parah. Untuk itu, selain menjalankan protokol kesehatan covid-19, penting pula untuk tetap memerhatikan upaya optimalisasi pencegahan dan pelayanan pengobatan PTM.
"Meskipun tersedia banyak pengobatan yang efektif, PTM seperti penyakit kardiovaskular terus menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia. Hal ini diperparah dengan adanya pandemi covid-19 yang telah mengganggu upaya pencegahan dan pelayanan pengobatan PTM di berbagai negara, termasuk Indonesia," ujar Dr. dr. Anwar Santoso, SpJP(K), FIHA.
Dr. Anwar yang juga Dewan Penasihat & Dewan Etik Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) ini, memaparkan perlu adanya upaya untuk terus melanjutkan penyediaan layanan kesehatan esensial. Dan juga meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pencegahan PTM. Khususnya penyakit kardiovaskular.
Menurut Dr. Anwar yang merupakan salah satu penulis dalam jurnal Risk Management and Healthcare Policy, merekomendasikan masyarakat untuk melakukan penerapan metode skrining. Selain itu juga pengintegrasian pelayanan kesehatan secara komprehensif dalam mencegah PTM.
"Untuk itu penerapan kebijakan, penanganan kesenjangan dalam praktik klinis, dan pemberdayaan masyarakat harus diprioritaskan. Selain itu, keterlibatan pasien, keluarga, dan masyarakat sekitar juga berperan penting dalam mencapai kesinambungan dan keberhasilan perawatan PTM," tegas Dr. Anwar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)