FITNESS & HEALTH

Penyebab Kelahiran Bayi Prematur Beserta Cara Penanganannya

Raka Lestari
Jumat 19 November 2021 / 08:18
Jakarta: Menurut riset dari organisasi kesehatan dunia (WHO), 1 dari 10 anak lahir prematur. Setiap tahun diperkirakan 15 juta anak di seluruh dunia lahir sebelum waktunya.

Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2019 menunjukkan bahwa 84 persen kematian pada anak yang baru lahir di Indonesia disebabkan oleh kelahiran prematur.

Semakin pendek masa kehamilan, semakin besar risiko kematian dan morbiditas. Anak yang lahir secara prematur memiliki risiko lebih tinggi lahir dengan masalah kesehatan serius dan jangka panjang.
 

Penyebab kelahiran prematur


“Mekanisme terjadinya prematur salah satunya infeksi, tapi juga ada yang lain,” ujar Dr. dr. Rima Irwinda, Sp.OG(K),  Dokter SPOG Konsultan Fetomaternal, dalam webinar Bicara Gizi dengan tema "Tantangan dan Penanganan Kesehatan bagi Ibu dan Anak Kelahiran Prematur" oleh Danone Specialized Nutrition Indonesia untuk memperingati hari Prematuritas Sedunia, pada Kamis, 17 November 2021.

Misalnya ada perdarahan yang disebabkan plasenta previa atau plasenta menutupi jalan lahir, ibunya mengalami stres, atau rahimnya sangat distensi seperti pada kasus-kasus kehamilan kembar. Atau cairan ketubannya terlalu banyak.

“Pada ibu dengan kasus diabetes mellitus atau kasus janin dengan kelainan, ada sumbatan di saluran cerna. Sehingga janin di dalam itu yang seharusnya menelan cairan ketuban supaya cairan ketubannya tidak terlalu banyak, hal ini tidak bisa terjadi. Dan menyebabkan cairan ketubannya lebih dari normal,” tambah dr. Rima.
 

Gejala dan faktor risiko


“Sebenarnya gejala-gejalanya sama seperti gejala seorang ibu yang akan melahirkan cukup bulan. Ada kontraksi, sudah mulai ada pembukaan mulut rahim yang ditandai dengan ada flek, atau disertai dengan ketuban pecah. Namun onset waktu timbulnya gejala tersebut yang berbeda. Kalau prematur kurang dari 37 minggu, sedangkan cukup bulan lebih dari 37 minggu,” jelas dr. Rima.

Menurut dr. Rima, faktor risiko yang berpotensi menyebabkan kelahiran prematur dapat dikategorikan dalam 3 karakteristik, yaitu karakteristik ibu, karakteristik nutrisi, dan karakteristik kehamilan.

“Karakteristik ibu terkait usia, kebiasaan merokok, dan kondisi psikologis ibu. Karakteristik nutrisi terkait indeks massa tubuh, kenaikan berat badan selama kehamilan, kebiasaan makan, kebiasaan minum kopi, dan konsumsi suplementasi. Sedangkan karakteristik kehamilan meliputi riwayat persalinan, riwayat memiliki anak kembar, masalah kesehatan selama kehamilan, dan riwayat pemeriksaan USG,” tutur dr. Rima.

Menurutnya, salah satu upaya untuk menurunkan risiko kelahiran prematur dapat dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan nutrisi melalui suplementasi Omega 3, Zinc, Vitamin D3, atau multi-mikronutrien.
 

Perawatan pada kasus bayi prematur


Dokter Spesialis Anak Konsultan Neonatologi Dr. dr. Putri Maharani TM, Sp.A(K) menjelaskan, kesulitan utama dalam kasus prematur ialah perawatan anak lahir prematur.

Anak lahir prematur mempunyai kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim akibat ketidakmatangan sistem organ tubuhnya seperti paru-paru, jantung, ginjal, hati, dan sistem pencernaannya.

“Upaya untuk meminimalkan dampak negatif selama perawatan adalah menjaga agar Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) berada dalam kondisi yang optimal untuk tumbuh dan berkembang, salah satunya dengan menerapkan developmental care,” kata dr. Putri.

Prinsip developmental care meliputi keterlibatan keluarga, meminimalkan stres, dan mengoptimalkan pemberian ASI, sebagai nutrisi yang terbaik bagi bayi. Pemantauan berkala, perawatan, dan penanganan khusus menjadi faktor penting bagi tumbuh kembang anak kelahiran prematur.

Stimulasi sejak dini merupakan salah satu faktor yang memengaruhi tumbuh kembang anak baru lahir. Stimulasi dapat merangsang hubungan antar sel otak (sinaps).

"Sering memberikan rangsangan dapat menguatkan hubungan sinaps. Variasi rangsangan akan membentuk hubungan yang semakin luas dan kompleks sehingga menstimulasi terbentuknya multiple intelligent,” kata dr. Putri.

Menurutnya pemberian stimulasi harus diimbangi dengan pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang oleh tenaga medis dan orang tua. Hal ini dapat membantu menemukan penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga intervensi atau rencana tindakan akan lebih mudah dilakukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH