FITNESS & HEALTH
Terlalu Stres? Siap-siap Penyakit Menyerang, Berikut 5 Diantaranya!
Mia Vale
Rabu 10 Juli 2024 / 10:14
Jakarta: Sayangnya, stres adalah fakta kehidupan yang tidak dapat dihindari. Dan penyakit stres dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan, termasuk, kecemasan, sulit tidur, cepat marah, Tidak bisa konsentrasi, sampai masalah penyalahgunaan zat.
"Stres dalam jumlah tertentu dapat membantu kamu tetap waspada. Mengalami kecemasan dan kekhawatiran dalam jumlah yang dapat dikendalikan membantu mempersiapkan kita menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari,” ujar Psikolog klinis, Adam Borland, PsyD.
Stres bukan sekadar perasaan. Kondisi stres akan memicu beberapa reaksi, seperti meningkatnya tekanan darah, pembuluh darah menyempit, dan napas lebih cepat.
Perlu diketahui, saat stres, tubuh melepas hormon korisol dan adrenalin yang membuat kerja jantung menjadi lebih cepat. Hormon tersebut juga mampu meluapkan energi secara percuma sehingga kamu merasa mudah lelah.
Inilah mengapa stres dapat menyebabkan sejumlah gejala fisik dan penyakit. Gejala-gejala ini biasanya hilang setelah tingkat stres menurun. Nah, penyakit apa saja yang bisa hinggap ketika stres kamu meningkat?
.jpg)
(Stres yang berlebihan terkadang memengaruhi sistem pencernaan dan membuat seseorang mengalami mag atau GERD. Foto: Ilustrasi/Freepik.com)
Bukti menunjukkan bahwa stres bisa memengaruhi perut dan usus besar. Stres dapat menyebabkan berbagai gejala gastrointestinal, termasuk, sakit perut, mual, gangguan pencernaan, diare, sembelit.
Stres juga terbukti memperburuk gejala sindrom iritasi usus besar (IBS), dan mungkin menjadi salah satu penyebab utama IBS. Jika kamu menderita refluks asam lambung disertai mulas, stres dapat memperburuk gejala dengan meningkatkan sensitivitas kamu terhadap asam lambung.
Stres pemicu umum sakit kepala, termasuk sakit kepala tegang dan migrain. Sebuah penelitian yang dinukil dari laman Healthline menemukan bahwa bersantai setelah mengalami masa stres dapat menyebabkan episode sakit kepala migrain akut dalam 24 jam berikutnya.
Dikutip dari American Heart Association, stres dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, yang dapat menimbulkan risiko serangan jantung dan stroke. Stres juga dapat berkontribusi pada risiko penyakit kardiovaskular yang dipicu oleh kebiasaan merokok, makan berlebihan, dan kurangnya aktivitas fisik.
Penelitian telah menemukan bahwa kadar kortisol yang lebih tinggi yang disebabkan oleh stres kronis dapat memengaruhi beberapa faktor yang berkontribusi terhadap penambahan berat badan, termasuk kurang tidur, yang semakin meningkatkan kadar kortisol dan menyebabkan peningkatan lemak perut. Hal ini juga berkontribusi terhadap gizi buruk dengan meningkatkan keinginan Anda terhadap makanan manis dan karbohidrat olahan.
Penelitian telah menghubungkan stres kronis dan stres akut dalam periode pendek dengan depresi. Stres membuat beberapa bahan kimia otak tidak seimbang, termasuk serotonin, dopamin, dan norepinefrin. Ini juga meningkatkan kadar kortisol.
Semua ini terkait dengan depresi dan rasa cemas. Ketika ketidakseimbangan kimiawi jenis ini terjadi, hal ini berdampak negatif pada suasana hati, pola tidur, nafsu makan, dorongan seks.
Jika kamu kesulitan mengelola stres, bicarakan dengan dokter untuk mendapatkan bantuan profesional. Seorang konselor atau terapis (psikolog) dapat membantu mengidentifikasi sumber stres dan mengajari strategi mengatasi stres yang dapat membantu mengatasi stres dengan lebih baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
"Stres dalam jumlah tertentu dapat membantu kamu tetap waspada. Mengalami kecemasan dan kekhawatiran dalam jumlah yang dapat dikendalikan membantu mempersiapkan kita menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari,” ujar Psikolog klinis, Adam Borland, PsyD.
Stres bukan sekadar perasaan. Kondisi stres akan memicu beberapa reaksi, seperti meningkatnya tekanan darah, pembuluh darah menyempit, dan napas lebih cepat.
Perlu diketahui, saat stres, tubuh melepas hormon korisol dan adrenalin yang membuat kerja jantung menjadi lebih cepat. Hormon tersebut juga mampu meluapkan energi secara percuma sehingga kamu merasa mudah lelah.
Inilah mengapa stres dapat menyebabkan sejumlah gejala fisik dan penyakit. Gejala-gejala ini biasanya hilang setelah tingkat stres menurun. Nah, penyakit apa saja yang bisa hinggap ketika stres kamu meningkat?
1. Masalah perut
.jpg)
(Stres yang berlebihan terkadang memengaruhi sistem pencernaan dan membuat seseorang mengalami mag atau GERD. Foto: Ilustrasi/Freepik.com)
Bukti menunjukkan bahwa stres bisa memengaruhi perut dan usus besar. Stres dapat menyebabkan berbagai gejala gastrointestinal, termasuk, sakit perut, mual, gangguan pencernaan, diare, sembelit.
Stres juga terbukti memperburuk gejala sindrom iritasi usus besar (IBS), dan mungkin menjadi salah satu penyebab utama IBS. Jika kamu menderita refluks asam lambung disertai mulas, stres dapat memperburuk gejala dengan meningkatkan sensitivitas kamu terhadap asam lambung.
2. Sakit kepala dan migrain
Stres pemicu umum sakit kepala, termasuk sakit kepala tegang dan migrain. Sebuah penelitian yang dinukil dari laman Healthline menemukan bahwa bersantai setelah mengalami masa stres dapat menyebabkan episode sakit kepala migrain akut dalam 24 jam berikutnya.
3. Sakit jantung
Dikutip dari American Heart Association, stres dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, yang dapat menimbulkan risiko serangan jantung dan stroke. Stres juga dapat berkontribusi pada risiko penyakit kardiovaskular yang dipicu oleh kebiasaan merokok, makan berlebihan, dan kurangnya aktivitas fisik.
4. Obesitas
Penelitian telah menemukan bahwa kadar kortisol yang lebih tinggi yang disebabkan oleh stres kronis dapat memengaruhi beberapa faktor yang berkontribusi terhadap penambahan berat badan, termasuk kurang tidur, yang semakin meningkatkan kadar kortisol dan menyebabkan peningkatan lemak perut. Hal ini juga berkontribusi terhadap gizi buruk dengan meningkatkan keinginan Anda terhadap makanan manis dan karbohidrat olahan.
5. Depresi dan kecemasan
Penelitian telah menghubungkan stres kronis dan stres akut dalam periode pendek dengan depresi. Stres membuat beberapa bahan kimia otak tidak seimbang, termasuk serotonin, dopamin, dan norepinefrin. Ini juga meningkatkan kadar kortisol.
Semua ini terkait dengan depresi dan rasa cemas. Ketika ketidakseimbangan kimiawi jenis ini terjadi, hal ini berdampak negatif pada suasana hati, pola tidur, nafsu makan, dorongan seks.
Jika kamu kesulitan mengelola stres, bicarakan dengan dokter untuk mendapatkan bantuan profesional. Seorang konselor atau terapis (psikolog) dapat membantu mengidentifikasi sumber stres dan mengajari strategi mengatasi stres yang dapat membantu mengatasi stres dengan lebih baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)