FITNESS & HEALTH
Mengenal Deteksi Kanker Lebih Dini dan Akurat dengan Teknologi Nuklir
Medcom
Jumat 14 Februari 2025 / 14:12
Jakarta: Kanker merupakan penyebab kematian kedua tertinggi di dunia setelah penyakit jantung. Tentunya berbagai metode telah dilakukan demi, paling tidak meminimalisir kanker, seperti di antaranya melakukan deteksi sejak dini.
Deteksi dini menjadi kunci dalam meningkatkan peluang keberhasilan terapi, dan teknologi nuklir hadir sebagai solusi medis yang inovatif. Seiring berkembangnya teknologi di bidang kesehatan, deteksi kanker lebih dini telah ditemukan oleh PT. Kalbe Farma Tbk (Kalbe). Salah satunya adalah Teknologi nuklir.
"Teknologi nuklir adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknik yang berkaitan dengan penggunaan energi atau bahan dari reaksi nuklir. Salah satu penerapannya di bidang kesehatan adalah penggunaan radiofarmaka untuk mendeteksi, mendiagnosis, dan mengobati penyakit, terutama kanker," ujar Ketua Perhimpunan Kedokteran Nuklir dan Teranostik Molekuler Indonesia (PKN-TMI), dr. Yustia Tuti, SpKNTM, Subsp.(K)Onk, FANMB.
Baca juga: Kemenkes Perkuat Deteksi Dini Kanker
Dokter Yustia menjelaskan bahwa radiofarmaka merupakan senyawa kimia dengan inti atom radioaktif yang digunakan dalam diagnosis dan pengobatan kanker. Radiofarmaka digunakan dalam teknologi canggih seperti Positron Emission Tomography (PET Scan) dan Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).
Salah satu radiofarmaka yang paling umum digunakan dalam PET Scan adalah F18-Fluorodeoxyglucose (FDG), analog glukosa yang mengandung isotop radioaktif Fluor-18. Sel kanker, yang memiliki metabolisme tinggi, menyerap FDG lebih banyak dibandingkan sel normal, memungkinkan PET Scan mendeteksi keberadaan dan penyebaran kanker secara akurat.
"Penyerapan F18-FDG yang lebih tinggi pada sel kanker memungkinkan PET Scan memberikan gambaran yang sangat akurat tentang lokasi dan tingkat penyebaran kanker. Prosedur ini aman karena dilakukan dengan dosis radiasi terukur dan mengikuti prinsip-prinsip keselamatan pasien," tambah dr. Yustia.
Lebih lanjut, dr. Yustia menekankan bahwa prosedur PET Scan aman jika dilakukan dengan menerapkan tiga prinsip dasar keselamatan radiasi. Pertama, justifikasi, yaitu manfaat prosedur harus lebih besar daripada risikonya.
Prinsip kedua, optimisasi, yaitu penggunaan dosis yang terukur tanpa mengurangi kualitas diagnostik. Ketiga, pemantauan, yaitu pencatatan dosis radiasi secara ketat untuk memastikan keamanan pasien.
Meskipun penggunaan PET Scan melibatkan bahan radioaktif, prosedur ini tetap aman berkat pengawasan ketat dan dosis yang terukur. Sayangnya, perkembangan kedokteran nuklir di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara maju di Asia.
Namun, Kalbe menunjukkan komitmennya dengan membangun fasilitas produksi radioisotop dan radiofarmaka, khususnya F18-FDG, untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang lebih terjangkau dan berkualitas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Deteksi dini menjadi kunci dalam meningkatkan peluang keberhasilan terapi, dan teknologi nuklir hadir sebagai solusi medis yang inovatif. Seiring berkembangnya teknologi di bidang kesehatan, deteksi kanker lebih dini telah ditemukan oleh PT. Kalbe Farma Tbk (Kalbe). Salah satunya adalah Teknologi nuklir.
"Teknologi nuklir adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknik yang berkaitan dengan penggunaan energi atau bahan dari reaksi nuklir. Salah satu penerapannya di bidang kesehatan adalah penggunaan radiofarmaka untuk mendeteksi, mendiagnosis, dan mengobati penyakit, terutama kanker," ujar Ketua Perhimpunan Kedokteran Nuklir dan Teranostik Molekuler Indonesia (PKN-TMI), dr. Yustia Tuti, SpKNTM, Subsp.(K)Onk, FANMB.
Baca juga: Kemenkes Perkuat Deteksi Dini Kanker
Dokter Yustia menjelaskan bahwa radiofarmaka merupakan senyawa kimia dengan inti atom radioaktif yang digunakan dalam diagnosis dan pengobatan kanker. Radiofarmaka digunakan dalam teknologi canggih seperti Positron Emission Tomography (PET Scan) dan Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).
Salah satu radiofarmaka yang paling umum digunakan dalam PET Scan adalah F18-Fluorodeoxyglucose (FDG), analog glukosa yang mengandung isotop radioaktif Fluor-18. Sel kanker, yang memiliki metabolisme tinggi, menyerap FDG lebih banyak dibandingkan sel normal, memungkinkan PET Scan mendeteksi keberadaan dan penyebaran kanker secara akurat.
"Penyerapan F18-FDG yang lebih tinggi pada sel kanker memungkinkan PET Scan memberikan gambaran yang sangat akurat tentang lokasi dan tingkat penyebaran kanker. Prosedur ini aman karena dilakukan dengan dosis radiasi terukur dan mengikuti prinsip-prinsip keselamatan pasien," tambah dr. Yustia.
Lebih lanjut, dr. Yustia menekankan bahwa prosedur PET Scan aman jika dilakukan dengan menerapkan tiga prinsip dasar keselamatan radiasi. Pertama, justifikasi, yaitu manfaat prosedur harus lebih besar daripada risikonya.
Prinsip kedua, optimisasi, yaitu penggunaan dosis yang terukur tanpa mengurangi kualitas diagnostik. Ketiga, pemantauan, yaitu pencatatan dosis radiasi secara ketat untuk memastikan keamanan pasien.
Meskipun penggunaan PET Scan melibatkan bahan radioaktif, prosedur ini tetap aman berkat pengawasan ketat dan dosis yang terukur. Sayangnya, perkembangan kedokteran nuklir di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara maju di Asia.
Namun, Kalbe menunjukkan komitmennya dengan membangun fasilitas produksi radioisotop dan radiofarmaka, khususnya F18-FDG, untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang lebih terjangkau dan berkualitas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)