FITNESS & HEALTH
Alasan Psikologis Mengapa Seseorang Bergosip
Raka Lestari
Selasa 31 Agustus 2021 / 11:20
Jakarta: Bergosip menjadi suatu hal yang cukup sering dilakukan oleh banyak orang, terutama pada waktu senggang mereka. Bahkan, sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Social Psychological and Personality Science menemukan bahwa seseorang menghabiskan sekitar 52 menit per hari hanya untuk bergosip.
Berdasarkan penelitian tersebut, definisi dari bergosip adalah membicarakan tentang seseorang yang sedang tidak ada di sekitar mereka.
Menurut Mark Leary, PhD, seorang profesor psikologi dan ilmu saraf di Duke University yang memiliki spesialisasi dalam psikologi sosial dan pribadi, menjelaskan bergosip adalah sifat naluriah manusia, karena kehidupan kita berakar dalam kelompok. Manusia tidak hanya hidup dalam satu kelompok tetapi juga bergantung pada orang-orang dalam kelompok untuk bertahan.
"Karena hal itu, manusia perlu memiliki informasi sebanyak mungkin tentang orang-orang di sekitar mereka untuk mengetahui seperti apa kehidupan orang lain, siapa yang bisa dipercaya dan tidak, siapa yang melanggar aturan kelompok, siapa berteman dengan siapa, bagaimana kepribadian dan pandangan orang lain, dan sebagainya," kata Leary.
Gosip, menurut Leary, tidak hanya mengajarkan kita tentang orang yang menjadi subjek pembicaraan, tetapi juga tentang orang yang berbicara.
"Saya bisa belajar hal-hal tentang sikap, kepercayaan, dan caramu berurusan dengan orang lain dengan melihat siapa dan apa yang kamu gosipkan. Bahkan hanya dengan mendengar gosip dapat memberitahukan kepada saya mengenai apa yang mereka anggap penting, apakah mereka dapat dipercaya, dan lainnya,” ujar Leary.
Selain itu, bergosip juga dapat meningkatkan ikatan sosial. Sebuah studi pada 2014 yang diterbitkan dalam jurnal Psychological Science menemukan bahwa gosip meningkatkan kerja sama kelompok dan membuat anggota menjadi tidak terlalu egois.
Penelitian tersebut juga menemukan bahwa gosip dapat berfungsi sebagai cara mengidentifikasi dan mengucilkan anggota kelompok yang tidak dapat dipercaya. Namun bergosip juga bisa menjadi sesuatu yang bersifat negatif.
"Bergosip dapat memiliki dampak negatif bagi mereka yang menjadi objek," kata Leary.
Dampak negatif tersebut bisa juga berdampak bagi mereka yang melakukannya. Seperti jika target mengetahui bahwa dirinya sedang dibicarakan atau orang-orang dapat menyimpulkan bahwa mereka yang menjadi penggosip adalah seseorang yang tidak dapat dipercaya yang selalu sibuk mengurusi urusan orang lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Berdasarkan penelitian tersebut, definisi dari bergosip adalah membicarakan tentang seseorang yang sedang tidak ada di sekitar mereka.
Menurut Mark Leary, PhD, seorang profesor psikologi dan ilmu saraf di Duke University yang memiliki spesialisasi dalam psikologi sosial dan pribadi, menjelaskan bergosip adalah sifat naluriah manusia, karena kehidupan kita berakar dalam kelompok. Manusia tidak hanya hidup dalam satu kelompok tetapi juga bergantung pada orang-orang dalam kelompok untuk bertahan.
"Karena hal itu, manusia perlu memiliki informasi sebanyak mungkin tentang orang-orang di sekitar mereka untuk mengetahui seperti apa kehidupan orang lain, siapa yang bisa dipercaya dan tidak, siapa yang melanggar aturan kelompok, siapa berteman dengan siapa, bagaimana kepribadian dan pandangan orang lain, dan sebagainya," kata Leary.
Gosip, menurut Leary, tidak hanya mengajarkan kita tentang orang yang menjadi subjek pembicaraan, tetapi juga tentang orang yang berbicara.
"Saya bisa belajar hal-hal tentang sikap, kepercayaan, dan caramu berurusan dengan orang lain dengan melihat siapa dan apa yang kamu gosipkan. Bahkan hanya dengan mendengar gosip dapat memberitahukan kepada saya mengenai apa yang mereka anggap penting, apakah mereka dapat dipercaya, dan lainnya,” ujar Leary.
Selain itu, bergosip juga dapat meningkatkan ikatan sosial. Sebuah studi pada 2014 yang diterbitkan dalam jurnal Psychological Science menemukan bahwa gosip meningkatkan kerja sama kelompok dan membuat anggota menjadi tidak terlalu egois.
Penelitian tersebut juga menemukan bahwa gosip dapat berfungsi sebagai cara mengidentifikasi dan mengucilkan anggota kelompok yang tidak dapat dipercaya. Namun bergosip juga bisa menjadi sesuatu yang bersifat negatif.
"Bergosip dapat memiliki dampak negatif bagi mereka yang menjadi objek," kata Leary.
Dampak negatif tersebut bisa juga berdampak bagi mereka yang melakukannya. Seperti jika target mengetahui bahwa dirinya sedang dibicarakan atau orang-orang dapat menyimpulkan bahwa mereka yang menjadi penggosip adalah seseorang yang tidak dapat dipercaya yang selalu sibuk mengurusi urusan orang lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)