FITNESS & HEALTH

Mengenal Metode Co-testing Pap Smear

Yatin Suleha
Minggu 06 Oktober 2024 / 15:09
Jakarta: Menurut data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2021, kanker serviks menempati peringkat kedua setelah kanker payudara, yaitu sebanyak 36.633 kasus atau 17,2% dari seluruh kanker pada wanita. Jumlah ini memiliki angka mortalitas yang tinggi sebanyak 21.003 kematian atau 19,1% dari seluruh kematian akibat kanker.

Dalam pidato pengukuhan Prof. Dr. dr. Junita Indarti, Sp.OG(K) dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran (FK), Universitas Indonesia (UI) menyampaikan, tingginya angka kejadian kanker serviks di Indonesia dipengaruhi oleh cakupan skrining yang masih rendah. 

Hingga tahun 2021, hanya 6,83% perempuan usia 30–50 tahun yang menjalani pemeriksaan skrining dengan metode IVA. Pada tahun 2023, cakupan skrining kanker serviks di Indonesia hanya mencapai 7,02% dari target 70%.

Apabila tidak ditangani dengan efektif, angka kanker serviks meningkat dan menyebabkan beban sosio-ekonomi yang besar serta penurunan kualitas hidup individu.

Baca juga: Kenapa Wanita Sebaiknya Lakukan Pemeriksaan Pap Smear?
 

Pap smear mengambil sampel sel di serviks


Dan pemeriksaan pap smear adalah prosedur untuk mendeteksi kanker leher rahim (serviks) pada wanita. Pap smear juga dapat menemukan sel-sel abnormal (sel prakanker) di leher rahim yang dapat berkembang menjadi kanker.

Pap smear dilakukan dengan mengambil sampel sel di serviks. Setelah itu, sampel sel tadi akan diteliti di laboratorium agar diketahui apakah di dalam sampel tersebut terdapat sel prakanker atau sel kanker. Pap smear juga bisa digunakan untuk mendeteksi infeksi atau peradangan pada serviks.


(Dr. Muhhamad Yusuf, SpOG (K), Onk, Dokter Konsultan Ginekologi Onkologi dari Eka Hospital BSD memaparkan, manfaat pap smear adalah untuk melihat adanya kelainan atau tidak di sel mulut rahim sebelum berkembang menjadi kanker. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)

Menurut Dr. Muhhamad Yusuf, SpOG (K), Onk, Dokter Konsultan Ginekologi Onkologi dari Eka Hospital BSD, hasil pemeriksaan pap smear hampir 90% adalah normal. 

Pada kasus pap smear abnormal, tidak selalu menandakan bahwa wanita tersebut mengidap kanker, namun perlu pemeriksaan lanjutan. 
 

Pemeriksaan co-testing pap smear 


Pemeriksaan kanker serviks secara dini melalui pemeriksaan co-testing pap smear merupakan versi terbaru dari pemeriksaan pap smear konvensional yang dapat memberikan hasil lebih akurat dan sudah banyak digunakan di negara berkembang, termasuk di Indonesia.

Co-testing pap smear merupakan bentuk baru dari pemeriksaan yang menggabungkan pemeriksaan pap smear dan tes DNA HPV. Dengan tes DNA HPV, menurut dr. Muhhamad Yusuf bisa mendeteksi adanya keberadaan virus HPV di dalam tubuh, sedangkan pemeriksaan pap smear berguna mendeteksi keberadaan sel- sel abnormal pada leher rahim yang berpotensi berubah menjadi sel kanker. 

Dengan demikian, metode co-testing pap smear dapat membantu dokter untuk mendeteksi kanker stadium awal lebih dari tes pap smear saja.

Untuk lebih menjaga kesehatan kewanitaan, Dr. Muhhamad Yusuf berpesan jangan sampai mengabaikan pemeriksaan pap smear. Melakukan tindakan pencegahan merupakan kunci awal kamu menjaga kesehatan. 

Pap smear yang dilakukan secara rutin, dapat membantu deteksi kanker serviks sedini mungkin dan mencegah akibat fatal yang bahkan bisa menyebabkan kematian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH