FITNESS & HEALTH

5 Faktor yang Dapat Pengaruhi Orgasme pada Wanita

Mia Vale
Selasa 16 Agustus 2022 / 20:28
Jakarta: Menurut blog PsychologyToday, berkisar 25 persen wanita mengalami kesulitan mencapai orgasme atau belum pernah mengalaminya. Bahkan, wanita yang sedang orgasme, frekuensinya hanya berkisat 50-70 persen saja. 

Ada sejumlah faktor fisiologis yang dapat menghambat hasrat seksual wanita dan kemampuannya untuk mencapai klimaks, seperti ketidakseimbangan hormon, testosteron rendah, obat-obatan seperti anti-depresan, anatominya (jarak antara klitoris dan vagina), dan tentu saja, masalah pasangan. 

Nah, melansir dari laman Psychalive, ada lima faktor psikologis yang cenderung berdampak negatif pada hasrat seksual, gairah, dan kapasitas orgasme wanita. Dan ini bisa menjadi dasar dan memahami dalam membantu wanita mencapai kehidupan seksual yang lebih "kaya" dan lebih memuaskan. 
 

1. Pikiran terhadap tubuh sendiri


Kadang kaum hawa kerap merasa insecure terhadap tubuhnya sendiri. Dan ini bisa mengganggu jalannya aktivitas seksual, utamanya saat mendekati orgasme. Ada saja yang mereka pikirkan, entah karena payudaranya kecil tidak seperti orang lain, berpikir kalau vagina mereka kering, tidak bersih, dan lainnya. 

Ketika wanita memiliki pikiran negatif tentang berbagai bagian tubuh mereka, mereka merasa sulit untuk menikmati sentuhan di area tertentu. Akibatnya, mereka akan lebih sulit untuk menikmati seks sepenuhnya.



(Penyintas kekerasan seksual berisiko tinggi mengalami perasaan cemas, stres, atau takut. Jika perasaan tersebut menjadi semakin parah, berlangsung lebih dari beberapa minggu, atau mengganggu kehidupan sehari-hari, kondisi ini mungkin dikenal sebagai post-traumatic stress disorder (PTSD). Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
 

2. Terkenang trauma dan pelecehan


Menjadi dekat secara seksual dengan pasangan dan bebas mengalami orgasme cenderung memicu kenangan yang tidak diinginkan pada wanita yang sejarahnya termasuk pelecehan seksual atau penganiayaan.

Diperkirakan bahwa satu dari tiga sampai empat wanita dilecehkan secara seksual atau mengalami beberapa jenis kontak seksual yang tidak pantas dengan kerabat atau orang asing sebelum mereka berusia 18 tahun. 

Dalam kasus ini, aktivitas seksual dapat secara tidak sadar dikaitkan dengan pelaku, terutama ketika pelaku anggota keluarga, dan seks menjadi rasa bersalah, diwarnai dengan rasa sakit emosional, dan tidak dapat diterima dalam pikiran wanita. 
 

3. Takut menjadi rentan


Seorang wanita mungkin menikmati hubungan seksual biasa, tetapi sebagai suatu hubungan menjadi lebih bermakna dan intim, dicintai dan diakui secara positif dapat mengancam untuk mengganggu keseimbangan psikologis seseorang dengan menusuk pertahanan inti.  

Menggabungkan seks dan cinta mengarah pada perasaan rentan dan menimbulkan kecemasan karena banyak wanita dan pria takut berkomitmen penuh pada pasangan, terutama jika mereka sebelumnya telah terluka secara emosional.
 

4. Menganggap seks itu buruk


Banyak wanita telah memperoleh pandangan yang menyimpang tentang seks di awal kehidupan selama proses sosialisasi. Akibatnya, para wanita melihat beberapa tindakan seks dapat diterima namun yang lain buruk. Maka, saat wanita mengambil sikap ini, mereka cenderung melihat seks sebagai terlarang, memalukan dan buruk. 

Mereka merasa bersalah karena menginginkan, mencari atau mengalami kesenangan dalam bercinta, dan mengharapkan konsekuensi negatif atau hukuman yang sebenarnya. 
 

5. Takut kehilangan kontrol


Wanita yang sangat bergantung pada mempertahankan kontrol sebagai mekanisme pertahanan perlindungan diri cenderung resistif terhadap hubungan seksual yang ekspresif secara bebas. Akibatnya, mereka kerap takut untuk membuat suara, bergerak, atau bahkan ketakutan akan buang air kecil saat melepaskannya. 

Disosiasi ini dapat menghambat respons perasaan menyenangkan dalam interaksi di sini dan saat ini selama berhubungan seks. Disosiasi adalah mekanisme pertahanan alam bawah sadar yang membantu seseorang melindungi aspek emosional dirinya dari peristiwa traumatis atau menakutkan dengan cara melupakan atau menjauhkan diri dari situasi atau memori yang menyakitkan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH