FITNESS & HEALTH

Penyebab Migrain dan Cara Mencegahnya

Raka Lestari
Senin 07 Desember 2020 / 16:22
Jakarta: Migrain adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami nyeri kepala yang terasa berdenyut. Namun, nyeri kepala tersebut dapat dikatakan sebagai migrain jika memiliki karakter sebagai berikut: dirasakan pada satu sisi kepala, berintensitas sedang (moderate) hingga berat, berdenyut (pulsating in quality), dan dapat memburuk akibat aktivitas fisik. 

Migrain paling sering dialami sejak pubertas dan semakin banyak menyerang dengan rentang usia 35 – 45 tahun. 

"Serangan migrain dengan rasa nyeri yang mengganggu dapat berlangsung selama beberapa jam atau beberapa hari. Dalam hal ini, berbagai gejala yang dapat yang timbul dan dirasakan akibat migrain adalah mual, muntah, hipersensitif terhadap kebisingan (phonohobia), dan hipersensitif terhadap cahaya (photophobia)," ujar dr. Irawati Hawari, SpS, Dokter Saraf, RS Permata Cibubur, dalam acara Webinarr Awam: Penyebab Migrain dan Cara Pencegahannya, pada Sabtu, 5 Desember 2020. 

"Namun sebagian penderita juga dapat mengalami gejala neurologi lainnya yang disebut sebagai aura, sebelum dan/atau selama serangan nyeri kepala. Dalam hal in contohnya adalah melihat garis-garis zigzag (visual aura) atau kesulitan untuk berbicara (speech aura)," paparnya lagi.


migrain
(Dr. Irawati Hawari, SpS mengatakan serangan migrain dengan rasa nyeri yang mengganggu dapat berlangsung selama beberapa jam atau beberapa hari. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)


Hingga saat ini, belum diketahui penyebab pasti dari migrain, namun beberapa faktor yang menjadi pemicu migrain adalah kondisi stres, makanan atau minuman yang dikonsumsi, bau (odor) tertentu, waktu makan yang tidak teratur. 

Selain itu waktu tidur yang kurang ataupun lebih, aktivitas fisik atau olahraga tertentu atau berlebihan, suhu panas. Faktor pemicu lainnya yang sering terjadi pada wanita adalah terjadinya perubahan hormon, terutama saat menstruasi, ovulasi dan kehamilan.

“Berbagai terapi atau tatalaksana untuk mengobati migrain dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu farmakologi (menggunaan obat – obatan) dan non-farmakologis," jelas dr. Irawati.

Lebih jauh ia mengatakan tatalaksana dengan farmakologis dibagi atas dua kategori yaitu terapi abortif atau akut yang guna mengurangi atau menghentikan serangan yang sedang terjadi. Dan terapi profilaksis atau preventif yang bertujuan mengurangi risiko berulangnya serangan, serta mengurangi hendaya (disability). 

"Sementara tatalaksana secara non-farmakologis dapat dilakukan dengan mengubah pola/gaya hidup dan melakukan intervensi medis secara khusus jika diperlukan, misalnya transcutaneous electrical stimulation,” tambahnya lagi.

Guna mencegah terjadinya migrain, penting bagi setiap orang untuk memerhatikan beberapa faktor yaitu dengan melakukan manajemen stres dengan teknik relaksasi atau yoga, menghindari konsumsi makanan dan/atau minuman yang dapat memicu migrain.

Dan tak lupa memastikan pola makan yang teratur, menurunkan berat badan jika overweight/obesitas, dan mengatur pola tidur yang teratur dengan durasi yang cukup.

Secara keseluruhan, mengubah pola hidup secara berkesinambungan merupakan kunci utama untuk pencegahan migrain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH