FITNESS & HEALTH
Intermitten Fasting Memengaruhi Menstruasi, Ini Penjelasannya
Aulia Putriningtias
Rabu 31 Juli 2024 / 14:09
Jakarta: Intermitten fasting merupakan praktik mengurangi asupan makanan secara signifikan atau tidak memakannya selama jangka waktu tertentu setiap hari. Diet ini dikenal efektif untuk menurunkan berat badan.
Pola makan mengacu pada periode teratur tanpa atau sangat sedikit asupan kalori. Jenis puasa ini biasanya terdiri dari puasa harian selama sekitar 16 jam, atau puasa selama 24 jam setiap hari.
Namun manfaatnya disertai efek samping, dan salah satunya mungkin terkait dengan kesehatan reproduksi kamu, Ladies. Intermitten fasting dapat memengaruhi hormon yang menyebabkan menstruasi tidak teratur dan tingkat energi rendah.
Baca juga: Intermitten Fasting atau Makan Porsi Kecil, Mana yang Lebih Baik Turunkan Berat Badan?
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Tiroid: jurnal resmi Asosiasi Tiroid Amerika pada tahun 2008, intermitten fasting dapat berdampak pada siklus menstruasi. Hal ini dikarenakan dapat memengaruhi hipotalamus.
Dokter kandungan dan ginekolog Dr. Deepa Dewan dalam Healthshots pun mengatakan bahwa intermitten fasting dapat memengaruhi siklus menstruasi dan kesehatan reproduksi secara keseluruhan dalam beberapa cara. Namun, respons setiap orang mungkin berbeda
Adapun beberapa hal di mana intermitten fasting memengaruhi siklus hormon pada wanita, antara lain:
Leptin, hormon yang diproduksi oleh sel lemak, membantu mengatur nafsu makan dan keseimbangan energi. Puasa intermiten dapat memengaruhi kadar leptin, yang dapat memengaruhi hormon reproduksi.
Kadar leptin yang rendah dapat mengganggu pelepasan hormon pelepas gonadotropin (GnRH), yang pada gilirannya memengaruhi produksi hormon luteinisasi (LH) dan hormon perangsang folikel (FSH). Keduanya penting untuk ovulasi dan mempertahankan siklus menstruasi yang teratur.
Gangguan hormonal ini dapat menyebabkan periode menstruasi yang tidak teratur atau amenore (tidak adanya menstruasi). Hal ini berpotensi memengaruhi kesuburan.
Pembatasan kalori yang ekstrem dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon, yang mengakibatkan periode menstruasi tidak teratur atau amenore (tidak menstruasi). Selain itu, wanita yang mengalami penurunan berat badan yang signifikan dapat mengalami gangguan siklus menstruasi.
Insulin mengatur gula darah dan berperan dalam kesehatan reproduksi. Puasa intermiten dapat meningkatkan sensitivitas insulin, yang dapat memengaruhi hormon reproduksi.
Di sisi lain, kortisol adalah hormon stres yang dapat memengaruhi hormon reproduksi. Intermitten fasting dapat meningkatkan kadar kortisol. Terutama jika pola puasa tersebut membuat stres atau menyebabkan defisit energi.
Puasa berkala selama atau sebelum atau setelah menstruasi merupakan pilihan pribadi. Pun, ini dapat bergantung pada bagaimana tubuh seseorang merespons puasa dan kebutuhan kesehatan spesifik mereka.
Ada hal-hal yang perlu diimbangi ketika melakukan intermitten fasting. Seperti memastikan tubuh terhidrasi dengan minum banyak air selama berpuasa. Hidrasi membantu menjaga fungsi tubuh dan dapat mengurangi rasa lapar dan lelah.
Selain itu, selama waktu makan, fokuslah pada makanan padat nutrisi yang menyediakan keseimbangan protein, lemak sehat, dan karbohidrat kompleks. Ini membantu menjaga tingkat energi tetap stabil dan mendukung kesehatan menyeluruh.
Lalu mulailah untuk melakukan diet intermitten fasting secara perlahan atau dalam waktu pendek. Ini dapat membantu agar tubuhmu terbiasa dengan melakukan diet.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Pola makan mengacu pada periode teratur tanpa atau sangat sedikit asupan kalori. Jenis puasa ini biasanya terdiri dari puasa harian selama sekitar 16 jam, atau puasa selama 24 jam setiap hari.
Namun manfaatnya disertai efek samping, dan salah satunya mungkin terkait dengan kesehatan reproduksi kamu, Ladies. Intermitten fasting dapat memengaruhi hormon yang menyebabkan menstruasi tidak teratur dan tingkat energi rendah.
Baca juga: Intermitten Fasting atau Makan Porsi Kecil, Mana yang Lebih Baik Turunkan Berat Badan?
Bagaimana intermitten fasting memengaruhi menstruasi?
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Tiroid: jurnal resmi Asosiasi Tiroid Amerika pada tahun 2008, intermitten fasting dapat berdampak pada siklus menstruasi. Hal ini dikarenakan dapat memengaruhi hipotalamus.
Dokter kandungan dan ginekolog Dr. Deepa Dewan dalam Healthshots pun mengatakan bahwa intermitten fasting dapat memengaruhi siklus menstruasi dan kesehatan reproduksi secara keseluruhan dalam beberapa cara. Namun, respons setiap orang mungkin berbeda
Adapun beberapa hal di mana intermitten fasting memengaruhi siklus hormon pada wanita, antara lain:
1. Efek pada hormon leptin
Leptin, hormon yang diproduksi oleh sel lemak, membantu mengatur nafsu makan dan keseimbangan energi. Puasa intermiten dapat memengaruhi kadar leptin, yang dapat memengaruhi hormon reproduksi.
Kadar leptin yang rendah dapat mengganggu pelepasan hormon pelepas gonadotropin (GnRH), yang pada gilirannya memengaruhi produksi hormon luteinisasi (LH) dan hormon perangsang folikel (FSH). Keduanya penting untuk ovulasi dan mempertahankan siklus menstruasi yang teratur.
Gangguan hormonal ini dapat menyebabkan periode menstruasi yang tidak teratur atau amenore (tidak adanya menstruasi). Hal ini berpotensi memengaruhi kesuburan.
2. Efek pada penurunan badan
Pembatasan kalori yang ekstrem dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon, yang mengakibatkan periode menstruasi tidak teratur atau amenore (tidak menstruasi). Selain itu, wanita yang mengalami penurunan berat badan yang signifikan dapat mengalami gangguan siklus menstruasi.
3. Dampak pada insulin dan kortisol
Insulin mengatur gula darah dan berperan dalam kesehatan reproduksi. Puasa intermiten dapat meningkatkan sensitivitas insulin, yang dapat memengaruhi hormon reproduksi.
Di sisi lain, kortisol adalah hormon stres yang dapat memengaruhi hormon reproduksi. Intermitten fasting dapat meningkatkan kadar kortisol. Terutama jika pola puasa tersebut membuat stres atau menyebabkan defisit energi.
Haruskah wanita menghindari intermitten fasting?
Puasa berkala selama atau sebelum atau setelah menstruasi merupakan pilihan pribadi. Pun, ini dapat bergantung pada bagaimana tubuh seseorang merespons puasa dan kebutuhan kesehatan spesifik mereka.
Ada hal-hal yang perlu diimbangi ketika melakukan intermitten fasting. Seperti memastikan tubuh terhidrasi dengan minum banyak air selama berpuasa. Hidrasi membantu menjaga fungsi tubuh dan dapat mengurangi rasa lapar dan lelah.
Selain itu, selama waktu makan, fokuslah pada makanan padat nutrisi yang menyediakan keseimbangan protein, lemak sehat, dan karbohidrat kompleks. Ini membantu menjaga tingkat energi tetap stabil dan mendukung kesehatan menyeluruh.
Lalu mulailah untuk melakukan diet intermitten fasting secara perlahan atau dalam waktu pendek. Ini dapat membantu agar tubuhmu terbiasa dengan melakukan diet.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)