FITNESS & HEALTH
Dampak Long Covid pada Kemampuan Pendengaran
Raka Lestari
Selasa 01 Maret 2022 / 18:21
Jakarta: Istilah long covid mungkin menjadi istilah yang cukup sering didengar pada masa pandemi seperti sekarang. Pada beberapa pasien yang sembuh dari Covid-19, seringkali masih mengalami gejala lanjutan yang disebut dengan long covid.
Sampai saat ini penyebab terjadinya long covid masih belum diketahui secara pasti, mengingat tidak semua penyintas covid-19 mengalaminya.
Gejala dari long covid sendiri bermacam-macam. Ada yang merasa lelah, anosmia, sesak napas, dan lain sebagainya. Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga ada yang mengalami adanya gangguan pendengaran pasca sembuh dari covid-19.
“Untuk long covid, memang beberapa pasien datang ke kami dengan keluhan telinga berdenging atau malah ada gangguan pendengaran,” ungkap Ketua PP PERHATI-KL, Prof. Dr. dr. Jenny Bashiruddin, Sp.THT-KL (K), dalam acara Temu Media Hari Pendengaran Sedunia 2022, Selasa, 1 Maret 2022.
“Kita harus melakukan diagnosis dulu, dengan melakukan beberapa tes. Ini gangguannya ada di mana, apakah ada gangguan di telinga luar, telinga tengah, atau telinga dalam. Kalau telinga luar bagus, telinga tengah bagus, maka problemnya di telinga dalam,” kata Prof. Jenny.
Menurut Prof. Jenny, pada pasien yang mengalami gangguan atau keluhan pendengaran setelah sembuh dari covid-19, maka akan dilakukan pemeriksaan yang bernama otoacoustic emissions. Kemudian dilihat, pendengarannya berkurang atau tidak.
“Seandainya pendengarannya berkurang dan itu tiba-tiba, maka kita bisa sebut ini tuli mendadak. Kalau tuli mendadak, maka ini merupakan emergency dalam THT dan harus kita tangani dengan betul. Dengan monitor yang ketat dan kita memberikan obat-obatan sesuai protokol tuli mendadak,” tutur Prof. Jenny.
Pada mereka yang mengalami gejala long covid, memang ada 5 gejala paling sering terjadi. Gejala tersebut di antaranya adalah:
- Kelelahan/fatigue
- Sakit kepala
- Gangguan fokus
- Rambut rontok/hair loss
- Sesak napas
Gejala lainnya, seperti batuk, perasaan tidak nyaman di dada, gangguan kardiovaskular (aritimia, miokarditis), neurologis (demensia, depresi, gangguan kecemasan, attention disorder, obsessive compulsive disorders).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Sampai saat ini penyebab terjadinya long covid masih belum diketahui secara pasti, mengingat tidak semua penyintas covid-19 mengalaminya.
Gejala dari long covid sendiri bermacam-macam. Ada yang merasa lelah, anosmia, sesak napas, dan lain sebagainya. Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga ada yang mengalami adanya gangguan pendengaran pasca sembuh dari covid-19.
“Untuk long covid, memang beberapa pasien datang ke kami dengan keluhan telinga berdenging atau malah ada gangguan pendengaran,” ungkap Ketua PP PERHATI-KL, Prof. Dr. dr. Jenny Bashiruddin, Sp.THT-KL (K), dalam acara Temu Media Hari Pendengaran Sedunia 2022, Selasa, 1 Maret 2022.
“Kita harus melakukan diagnosis dulu, dengan melakukan beberapa tes. Ini gangguannya ada di mana, apakah ada gangguan di telinga luar, telinga tengah, atau telinga dalam. Kalau telinga luar bagus, telinga tengah bagus, maka problemnya di telinga dalam,” kata Prof. Jenny.
Menurut Prof. Jenny, pada pasien yang mengalami gangguan atau keluhan pendengaran setelah sembuh dari covid-19, maka akan dilakukan pemeriksaan yang bernama otoacoustic emissions. Kemudian dilihat, pendengarannya berkurang atau tidak.
“Seandainya pendengarannya berkurang dan itu tiba-tiba, maka kita bisa sebut ini tuli mendadak. Kalau tuli mendadak, maka ini merupakan emergency dalam THT dan harus kita tangani dengan betul. Dengan monitor yang ketat dan kita memberikan obat-obatan sesuai protokol tuli mendadak,” tutur Prof. Jenny.
Pada mereka yang mengalami gejala long covid, memang ada 5 gejala paling sering terjadi. Gejala tersebut di antaranya adalah:
- Kelelahan/fatigue
- Sakit kepala
- Gangguan fokus
- Rambut rontok/hair loss
- Sesak napas
Gejala lainnya, seperti batuk, perasaan tidak nyaman di dada, gangguan kardiovaskular (aritimia, miokarditis), neurologis (demensia, depresi, gangguan kecemasan, attention disorder, obsessive compulsive disorders).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)