FITNESS & HEALTH
Anak Muda yang Suka Rebahan Berisiko Terkena Kanker Pankreas, Kok Bisa?
Antara
Jumat 05 Januari 2024 / 20:03
Jakarta: Dewasa muda disarankan menghindari gaya hidup sedenter (yang juga populer disebut rebahan). Hal ini demi mencegah terjadinya kanker pankreas.
Guru Besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, KGEH, MMB, FINASIM, FACP mengatakan gaya hidup sedenter atau gaya hidup tidak sehat ini seakan menjadi tren.
"Anak muda makannya tinggi lemak misalnya steak, minumnya juga rutin alkohol, merokok juga jadi budaya, lalu obesitas dan seringnya tidak sadar. Itu berisiko terkena kanker pankreas," kata Dr. Ari dalam diskusi daring bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) melansir Antara.
Kanker pankreas pada umumnya berpotensi terjadi pada individu usia 55 tahun ke atas. Namun, dengan perkembangan gaya hidup seperti sedenter, maka potensi dewasa muda pada usia 30-an terkena kanker pankreas juga ikut membesar.
Dokter yang juga Anggota Dewan Pertimbangan Pengurus Besar IDI itu menjelaskan, pankreas dalam tubuh merupakan kelenjar yang berkaitan erat dengan sistem pencernaan. Sebab fungsinya untuk menghasilkan enzim serta untuk menghasilkan hormon insulin.
Baca juga: Pria Sering Tak Sadar Kena Kanker Prostat, Begini Gejala Awalnya!
Apabila seseorang memiliki gaya hidup sedenter, maka organ-organ di dalam tubuh harus bekerja lebih keras untuk melakukan metabolisme, tak terkecuali pankreas. Dengan fungsinya yang vital sebagai penghasil enzim untuk pencernaan, apabila makanan maupun minuman yang dikonsumsi tidak memiliki gizi dan hanya memperberat, kinerja pankreas maka lambat laun akan terjadi masalah kesehatan termasuk salah satunya potensi kanker.
"Secara logika makanan tinggi lemak seperti daging merah membuat kinerja organ-organ tubuh menjadi lebih berat, bila melihat fungsinya pankreas itu menciptakan enzim. Kalau kinerjanya jadi lebih berat artinya bisa menyebabkan masalah, dan bisa sudah ada masalah daging-daging itu sulit tuntas dicerna, akhirnya ada peradangan kronis, lalu jadi polip, dan berujung kanker," kata Dr. Ari.
Selain menghindari gaya hidup sedenter, Dr. Ari juga menyarankan untuk rutin melakukan medical check-up (MCU) atau pemeriksaan medis umum bagi orang-orang berusia di atas 35 tahun. Hal ini untuk mencegah kanker pankreas.
Beberapa hal yang harus diperiksa di antaranya darah perifer lengkap, fungsi hati, bilirubin total, amilasi, dan Ca19-9 atau dikenal dengan pemeriksaan tumor marker. Terkhusus untuk orang-orang yang kerap mengalami nyeri ulu hati. Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan untuk memastikan ada atau tidaknya potensi terjadinya kanker pankreas.
World Cancer Research Fund International mencatat kanker pankreas menempati posisi ke-12 sebagai kanker yang umum ditemukan di dunia. Pada 2020, secara global ada sebanyak 495.000 kasus kanker pankreas.
Kanker pankreas dikenal sebagai silent killer karena tingkat kematiannya begitu tinggi setelah penderita dinyatakan memiliki kanker pankreas. Hal itu dapat dilihat dari laporan di AS lewat Surveillance Epidemiology and End Result Program (SEER) yang mengungkap pada 2020 ditemukan 57.600 kasus kanker pankreas dan sekitar 90 persen dengan total 47.050 kasus berujung kematian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Guru Besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, KGEH, MMB, FINASIM, FACP mengatakan gaya hidup sedenter atau gaya hidup tidak sehat ini seakan menjadi tren.
"Anak muda makannya tinggi lemak misalnya steak, minumnya juga rutin alkohol, merokok juga jadi budaya, lalu obesitas dan seringnya tidak sadar. Itu berisiko terkena kanker pankreas," kata Dr. Ari dalam diskusi daring bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) melansir Antara.
Kanker pankreas pada umumnya berpotensi terjadi pada individu usia 55 tahun ke atas. Namun, dengan perkembangan gaya hidup seperti sedenter, maka potensi dewasa muda pada usia 30-an terkena kanker pankreas juga ikut membesar.
Dokter yang juga Anggota Dewan Pertimbangan Pengurus Besar IDI itu menjelaskan, pankreas dalam tubuh merupakan kelenjar yang berkaitan erat dengan sistem pencernaan. Sebab fungsinya untuk menghasilkan enzim serta untuk menghasilkan hormon insulin.
Baca juga: Pria Sering Tak Sadar Kena Kanker Prostat, Begini Gejala Awalnya!
Apabila seseorang memiliki gaya hidup sedenter, maka organ-organ di dalam tubuh harus bekerja lebih keras untuk melakukan metabolisme, tak terkecuali pankreas. Dengan fungsinya yang vital sebagai penghasil enzim untuk pencernaan, apabila makanan maupun minuman yang dikonsumsi tidak memiliki gizi dan hanya memperberat, kinerja pankreas maka lambat laun akan terjadi masalah kesehatan termasuk salah satunya potensi kanker.
"Secara logika makanan tinggi lemak seperti daging merah membuat kinerja organ-organ tubuh menjadi lebih berat, bila melihat fungsinya pankreas itu menciptakan enzim. Kalau kinerjanya jadi lebih berat artinya bisa menyebabkan masalah, dan bisa sudah ada masalah daging-daging itu sulit tuntas dicerna, akhirnya ada peradangan kronis, lalu jadi polip, dan berujung kanker," kata Dr. Ari.
Selain menghindari gaya hidup sedenter, Dr. Ari juga menyarankan untuk rutin melakukan medical check-up (MCU) atau pemeriksaan medis umum bagi orang-orang berusia di atas 35 tahun. Hal ini untuk mencegah kanker pankreas.
Beberapa hal yang harus diperiksa di antaranya darah perifer lengkap, fungsi hati, bilirubin total, amilasi, dan Ca19-9 atau dikenal dengan pemeriksaan tumor marker. Terkhusus untuk orang-orang yang kerap mengalami nyeri ulu hati. Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan untuk memastikan ada atau tidaknya potensi terjadinya kanker pankreas.
World Cancer Research Fund International mencatat kanker pankreas menempati posisi ke-12 sebagai kanker yang umum ditemukan di dunia. Pada 2020, secara global ada sebanyak 495.000 kasus kanker pankreas.
Kanker pankreas dikenal sebagai silent killer karena tingkat kematiannya begitu tinggi setelah penderita dinyatakan memiliki kanker pankreas. Hal itu dapat dilihat dari laporan di AS lewat Surveillance Epidemiology and End Result Program (SEER) yang mengungkap pada 2020 ditemukan 57.600 kasus kanker pankreas dan sekitar 90 persen dengan total 47.050 kasus berujung kematian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)