FITNESS & HEALTH
Hari Obesitas Sedunia, Apa Pemicu dan Bagaimana Penanganannya?
Raka Lestari
Kamis 04 Maret 2021 / 13:53
Jakarta: Setiap tanggal 4 Maret diperingati sebagai Hari Obesitas Sedunia. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1 dari 3 orang dewasa Indonesia mengalami obesitas, dan 1 dari 5 anak usia 5-12 tahun mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
World Health Organization (WHO) mendefinisikan obesitas sebagai akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan, yang dapat mengganggu kesehatan. Bagi masyarakat Asia, seseorang mengalami obesitas jika memiliki indeks massa tubuh (IMT) di atas angka 25.
“Obesitas harus dipahami sebagai penyakit kronis yang kompleks, progresif, dan dapat kambuh (muncul kembali). Menganggap bahwa obesitas adalah akibat kesalahan individu karena terlalu banyak asupan dan kurang berolahraga adalah kekeliruan yang umum terjadi," ujar Ketua Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD, dalam dalam acara Diskusi Media bersama Novo Nordisk, pada Rabu, 3 Maret 2021.
Menurutnya, obesitas adalah berat badan berlebih yang diakibatkan oleh berbagai faktor genetik, psikologis, sosiokultural, ekonomi, dan lingkungan.
"Dan fakta penting lainnya adalah, begitu seseorang mengalami keadaan obesitas, keadaan ini akan menjadi masalah yang panjang, bahkan seumur hidup, dan kembalinya pertambahan berat badan umum terjadi," kata Prof. Ketut.
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia Prof. Dr. dr. Nurpudji Taslim, Sp.GK (K), MPH, menyebutkan bahwa peningkatan konsumsi makanan olahan bisa menjadi pemicu obesitas.
"Makanan olahan seperti mi instan dan camilan yang digoreng biasanya memiliki harga yang terjangkau, mudah ditemukan, dan sangat dipromosikan, padahal makanan seperti itu tidak sehat karena berkalori tinggi dan bernutrisi rendah," jelas Prof. Nurpudji.
Prof. Suastika menambahkan, “Seperti penyakit kronis lainnya, tidak ada solusi yang mudah untuk menangani obesitas. Obesitas adalah penyakit multifaktor yang membutuhkan pendekatan dari berbagai segi, termasuk pengaturan nutrisi, aktivitas fisik, intervensi psikologis, dan juga obat-obatan atau tindakan operatif apabila dibutuhkan," ujarnya.
Untuk menangani permasalahan obesitas ini, pmerintah melalui Kementerian Kesehatan Republik telah melakukan berbagai program. Salah satunya adalah Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) di masyarakat untuk memberikan edukasi tentang kebiasaan hidup sehat yaitu 'CERDIK':
1. (C) Cek kesehatan secara rutin
2. (E) Enyahkan asap rokok
3. (R) Rajin aktivitas fisik olah raga
4. (D) Diet sehat dan seimbang
5. (I) Istirahat cukup
6. (K) Kelola stres
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
World Health Organization (WHO) mendefinisikan obesitas sebagai akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan, yang dapat mengganggu kesehatan. Bagi masyarakat Asia, seseorang mengalami obesitas jika memiliki indeks massa tubuh (IMT) di atas angka 25.
“Obesitas harus dipahami sebagai penyakit kronis yang kompleks, progresif, dan dapat kambuh (muncul kembali). Menganggap bahwa obesitas adalah akibat kesalahan individu karena terlalu banyak asupan dan kurang berolahraga adalah kekeliruan yang umum terjadi," ujar Ketua Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD, dalam dalam acara Diskusi Media bersama Novo Nordisk, pada Rabu, 3 Maret 2021.
Menurutnya, obesitas adalah berat badan berlebih yang diakibatkan oleh berbagai faktor genetik, psikologis, sosiokultural, ekonomi, dan lingkungan.
"Dan fakta penting lainnya adalah, begitu seseorang mengalami keadaan obesitas, keadaan ini akan menjadi masalah yang panjang, bahkan seumur hidup, dan kembalinya pertambahan berat badan umum terjadi," kata Prof. Ketut.
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia Prof. Dr. dr. Nurpudji Taslim, Sp.GK (K), MPH, menyebutkan bahwa peningkatan konsumsi makanan olahan bisa menjadi pemicu obesitas.
"Makanan olahan seperti mi instan dan camilan yang digoreng biasanya memiliki harga yang terjangkau, mudah ditemukan, dan sangat dipromosikan, padahal makanan seperti itu tidak sehat karena berkalori tinggi dan bernutrisi rendah," jelas Prof. Nurpudji.
Prof. Suastika menambahkan, “Seperti penyakit kronis lainnya, tidak ada solusi yang mudah untuk menangani obesitas. Obesitas adalah penyakit multifaktor yang membutuhkan pendekatan dari berbagai segi, termasuk pengaturan nutrisi, aktivitas fisik, intervensi psikologis, dan juga obat-obatan atau tindakan operatif apabila dibutuhkan," ujarnya.
Untuk menangani permasalahan obesitas ini, pmerintah melalui Kementerian Kesehatan Republik telah melakukan berbagai program. Salah satunya adalah Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) di masyarakat untuk memberikan edukasi tentang kebiasaan hidup sehat yaitu 'CERDIK':
1. (C) Cek kesehatan secara rutin
2. (E) Enyahkan asap rokok
3. (R) Rajin aktivitas fisik olah raga
4. (D) Diet sehat dan seimbang
5. (I) Istirahat cukup
6. (K) Kelola stres
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)