FITNESS & HEALTH
Transplantasi Sel Punca Hematopoietik, Harapan Baru Pasien Kanker Darah
A. Firdaus
Selasa 20 Mei 2025 / 10:12
Jakarta: MRCCC Siloam Hospitals Semanggi kembali mengadakan Siloam Oncology Summit ke-5 yang berlangsung di Jakarta, 16-18 Mei 2025. Acara ini diikuti oleh 700 partisipan yang terdiri dari dokter subspesialis, dokter spesialis, dokter umum, radiografer, perawat, perwakilan rumah sakit, dan lain-lain yang terkait dengan manajemen kanker.
Siloam Oncology Summit ke-5, menurut Dr. Edy Gunawan, MARS, Executive Director MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, merupakan rangkaian kegiatan yang memposisikan diri Siloam bukan hanya sebagai rumah sakit, tapi berperan menanggulangi besarnya beban kanker di Indonesia.
"Data kanker 60-70% terdiagnosis dalam stadium lanjut inilah yang bikin berat beban pembiayaan. Pengobatan lebih kompleks, outputnya tidak sebaik jika deteksi dan penanganan sejak dini,” jelas dr. Edy dalam keterangan pers.
Salah satu sesi simposium Hematology Malignanc, membahas tentang transplantasi sel punca untuk terapi pasien kanker hematologi atau kanker darah.
Baca juga: Kabar Baik dari Inggris, Penelitian Mahasiswa Indonesia Soal Sel Punca Raih Hak Paten
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hematologi Onkologi Medik dari MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, dr. Nadia Ayu Mulansari, SpPD-KHOM, menjelaskan, transplantasi sel punca hematopoietik (Hematopoietic Stem Cell Transplantation/HSCT) kini menjadi salah satu harapan utama bagi pasien kanker darah.
Prosedur medis ini terbukti efektif dalam membantu pemulihan penderita leukemia, limfoma, mieloma multipel, hingga penyakit kelainan darah seperti anemia aplastik dan talasemia.
"Transplantasi sel punca hematopoietik pada dasarnya bertujuan mengganti sumsum tulang yang rusak akibat kanker atau kelainan darah, dengan sel punca yang sehat," kata dr. Nadia.
Dr. Nadia menambahkan, ada dua jenis transplantasi sel punca untuk keganasan hematologi yang umum dilakukan:
- Menggunakan sel punca dari tubuh pasien sendiri.
- Biasanya dilakukan pada pasien yang masih memungkinkan untuk sembuh atau pengendalian penyakit.
- Sel punca diambil dan disimpan.
- Pasien menjalani kemoterapi dosis tinggi untuk menghancurkan sel kanker.
- Sel punca kemudian dikembalikan ke tubuh untuk memulihkan fungsi sumsum tulang.
- Menggunakan sel punca dari donor yang cocok secara genetik.
- Umumnya dilakukan pada pasien leukemia atau kelainan genetik yang menyebabkan kerusakan sumsum tulang.
- Donor bisa berasal dari anggota keluarga atau pencarian donor melalui bank donor internasional.
"Keberhasilan transplantasi sangat bergantung pada kondisi penyakit, usia pasien, serta kecocokan donor. Transplantasi ini bisa memberikan remisi jangka panjang, bahkan kesembuhan," kata dr. Nadia.
Selain menghancurkan sel kanker, terapi ini juga meregenerasi sistem imun pasien, memberi peluang tubuh untuk melawan sel kanker yang tersisa.
Meskipun menjanjikan, transplantasi sel punca memiliki tantangan besar:
Hanya sekitar 25–30% pasien memiliki donor cocok dari keluarga. Selebihnya harus mencari donor dari luar.
"Edukasi masyarakat tentang pentingnya menjadi donor sangat krusial. Ketersediaan donor bisa menentukan hidup dan mati pasien," ujar dr. Nadia.
Transplantasi berisiko menimbulkan efek samping serius seperti infeksi, penolakan transplantasi (graft versus host disease), hingga komplikasi jangka panjang. "Oleh karena itu, pemantauan intensif setelah prosedur sangat dibutuhkan," pungkas dr. Nadia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Siloam Oncology Summit ke-5, menurut Dr. Edy Gunawan, MARS, Executive Director MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, merupakan rangkaian kegiatan yang memposisikan diri Siloam bukan hanya sebagai rumah sakit, tapi berperan menanggulangi besarnya beban kanker di Indonesia.
"Data kanker 60-70% terdiagnosis dalam stadium lanjut inilah yang bikin berat beban pembiayaan. Pengobatan lebih kompleks, outputnya tidak sebaik jika deteksi dan penanganan sejak dini,” jelas dr. Edy dalam keterangan pers.
Salah satu sesi simposium Hematology Malignanc, membahas tentang transplantasi sel punca untuk terapi pasien kanker hematologi atau kanker darah.
Baca juga: Kabar Baik dari Inggris, Penelitian Mahasiswa Indonesia Soal Sel Punca Raih Hak Paten
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hematologi Onkologi Medik dari MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, dr. Nadia Ayu Mulansari, SpPD-KHOM, menjelaskan, transplantasi sel punca hematopoietik (Hematopoietic Stem Cell Transplantation/HSCT) kini menjadi salah satu harapan utama bagi pasien kanker darah.
Prosedur medis ini terbukti efektif dalam membantu pemulihan penderita leukemia, limfoma, mieloma multipel, hingga penyakit kelainan darah seperti anemia aplastik dan talasemia.
"Transplantasi sel punca hematopoietik pada dasarnya bertujuan mengganti sumsum tulang yang rusak akibat kanker atau kelainan darah, dengan sel punca yang sehat," kata dr. Nadia.
Jenis transplantasi sel punca
Dr. Nadia menambahkan, ada dua jenis transplantasi sel punca untuk keganasan hematologi yang umum dilakukan:
1. Transplantasi Autologus
- Menggunakan sel punca dari tubuh pasien sendiri.
- Biasanya dilakukan pada pasien yang masih memungkinkan untuk sembuh atau pengendalian penyakit.
- Sel punca diambil dan disimpan.
- Pasien menjalani kemoterapi dosis tinggi untuk menghancurkan sel kanker.
- Sel punca kemudian dikembalikan ke tubuh untuk memulihkan fungsi sumsum tulang.
2. Transplantasi Alogenik
- Menggunakan sel punca dari donor yang cocok secara genetik.
- Umumnya dilakukan pada pasien leukemia atau kelainan genetik yang menyebabkan kerusakan sumsum tulang.
- Donor bisa berasal dari anggota keluarga atau pencarian donor melalui bank donor internasional.
"Keberhasilan transplantasi sangat bergantung pada kondisi penyakit, usia pasien, serta kecocokan donor. Transplantasi ini bisa memberikan remisi jangka panjang, bahkan kesembuhan," kata dr. Nadia.
Selain menghancurkan sel kanker, terapi ini juga meregenerasi sistem imun pasien, memberi peluang tubuh untuk melawan sel kanker yang tersisa.
Meskipun menjanjikan, transplantasi sel punca memiliki tantangan besar:
1. Ketersediaan Donor
Hanya sekitar 25–30% pasien memiliki donor cocok dari keluarga. Selebihnya harus mencari donor dari luar.
"Edukasi masyarakat tentang pentingnya menjadi donor sangat krusial. Ketersediaan donor bisa menentukan hidup dan mati pasien," ujar dr. Nadia.
2. Efek Samping
Transplantasi berisiko menimbulkan efek samping serius seperti infeksi, penolakan transplantasi (graft versus host disease), hingga komplikasi jangka panjang. "Oleh karena itu, pemantauan intensif setelah prosedur sangat dibutuhkan," pungkas dr. Nadia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)