Paten ini berkaitan dengan formulasi media pengembangbiakan sel punca terinduksi non hewani (xeno-free) yang bisa dipakai untuk memproduksi sel imun. Khususnya makrofag, sel dendritik, sel jantung, sel paru-paru, dan sel hati untuk memodelkan suatu penyakit.
Paten ini diberikan oleh pemerintah Inggris yang diajukan melalui The University of Nottingham. Paten yang dihasilkan oleh Rizal Azis ini sangat bermafaat untuk komunitas sains yang menggeluti dunia sel punca, karena hanya dengan menggunakan satu formulasi media maka bisa menghasilkan berbagai jenis sel yang diinginkan.
“Selain itu, paten ini dapat dipakai memperbanyak jenis sel yang diinginkan untuk aplikasi klinis sel punca karena bebas dari komponen hewan,” ujar Professor Hannan dalam keterangan tertulis yang diterima Medcom.id, Jumat, 4 Oktober 2024.
Rizal yang merupakan dosen Teknik Biomedik di Universitas Indonesia (UI) itu menjelaskan pengobatan berbasis sel selama ini selalu menggunakan media hewani yang rentan kontaminasi. “Temuan terbaru ini memberikan keamanan lebih tinggi, konsistensi, dan efisiensi dalam produksi sel, yang sangat penting untuk penerapan klinis,” ujar dia.
Selama ini, pengobatan dengan sel punca masih menjadi kontroversial karena biayanya mahal. Selain itu, tingkat keberhasilannya masih diperdebatkan dan efek samping pengobatan sulit diprediksi.
Para dokter selalu menggunakan media pengembangbiakan sel punca yang mengandung unsur hewan. Media temuan Rizal dapat mengurangi risiko-risiko tersebut.
“Media xeno-free yang kami kembangkan adalah langkah maju dalam memastikan bahwa terapi sel lebih aman dan dapat diandalkan dengan penghapusan risiko dari komponen hewan, kami mampu menawarkan teknologi yang lebih sesuai untuk aplikasi klinis skala besar,” ungkap Rizal.
Ada banyak keunggulan media non hewani. Pertama, bebas komponen hewan (Xeno-Free) yang mengurangi risiko kontaminasi pathogen dalam aplikasi klinis.
Kedua, komposisi media dapat diketahui sehingga memberi hasil pengobatan yang konsisten dan dapat diandalkan. Ketiga, media ini fleksibel dan beragam.
Sehingga, dapat menjadi bagian dari pengobatan hati, paru-paru, pembuluh darah, sel imun, jantung dan pankreas. Keempat, produk ini dapat diproduksi dalam skala besar dengan mudah sehingga lebih murah daripada produk sejenis.
Keberhasilan besar di dunia pengobatan sel punca ini telah menarik minat dari tujuh perusahaan bioteknologi internasional di Inggris, Kanada, dan Jerman. Mereka berminat membeli hak paten produk ini agar dapat diproduksi secara luas.
Rizal juga berhasil membuat sel punca terinduksi dari pasien orang Indonesia yang merupakan pasien talasemia dan pasien normal. Sel punca terinduksi ini diberi nama RI (Republic of Indonesia) cells.
Penemuan ini akan meningkatkan level keberhasilan pengobatan berbasis sel untuk orang Indonesia ke depannya tanpa harus menggunakan sel punca terinduksi dari negara lain seperti Korea, Jepang dan Inggris yang memiliki susunan genetis berbeda dengan orang Indonesia.
Melalui penggunaan sel punca terinduksi bergenetik Indonesia, dokter dan peneliti dapat merancang pengobatan, memodelkan penyakit dan uji coba obat yang disesuaikan dengan kondisi genetik pasien Indonesia.
“Pengembangan sel punca terinduksi ini adalah langkah besar dalam memungkinkan penelitian yang lebih relevan secara genetik untuk populasi Indonesia, ini memungkinkan kami untuk lebih memahami penyakit genetik dan mengembangkan terapi yang dipersonalisasi,” ungkap Rizal.
Penelitian ini melibatkan berbagai pakar di bidang kedokteran dan bioteknologi. Rizal mendapatkan dukungan dari Prof. Wahyu Widowati (Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha), Prof. Ahmad Faried (Kedokteran, Universitas Padjajaran) dan Dr. Ita Nainggolan (BRIN).
Sementara itu, tim Inggris melibatkan Prof. Nick Hannan (University of Nottingham) yang berpengalaman luas dalam biologi sel dan penelitian sel punca, serta fokus pada pengembangan terapi regeneratif.
Baca juga: Inovasi Baru Terapi Sel Punca demi Tingkatkan Kualitas Hidup |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News