FITNESS & HEALTH
Catat! Begini 5 Cara agar Obesitas Tidak Menjadi Diabetes
Aulia Putriningtias
Jumat 24 Januari 2025 / 16:23
Jakarta: Konsumsi makanan manis berlebihan banyak membawa petaka, salah satunya adalah obesitas. Obesitas yang tidak dikontrol dikhawatirkan terjadinya diabetes.
Konsumsi makanan manis yang berlebihan, berkontribusi pada peningkatan berat badan. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya diabetes. Diabetes menyebabkan penurunan sensitivitas tubuh terhadap insulin, yang dikenal sebagai resistensi insulin.
Awalnya, pankreas akan memproduksi lebih banyak insulin untuk mengatasi hal tersebut. Namun, jika kondisi ini berlanjut, pankreas akan mengalami kelelahan dan berujung pada terjadinya diabetes.
Perjalanan obesitas menjadi diabetes terjadi melalui beberapa tahap. Tahap awal, akibat resistensi insulin, gula darah mulai meningkat tetapi belum menimbulkan gejala.
Pada tahap tersebut disebut pre-diabetes yaitu kadar gula darah puasa dan atau sesudah makan berada di atas kisaran normal. Namun, belum sampai pada kriteria diabetes.
Baca juga: 6 Trik Turunkan Kadar Gula Darah Tanpa Insulin
Tahap berikutnya disebut diabetes, yaitu kadar gula darah puasa dan atau sesudah makan sudah sampai pada angka yang sesuai dengan kriteria diabetes. Pada tahap ini, mulai ada gejala, antara lain sering buang air kecil, banyak minum, banyak makan, tetapi berat badan turun.
Bagi pengidap obesitas, hal pertama yang perlu diketahui adalah mencari tahu faktor penyebab kegemukan berlebih yang dialaminya. Ini berguna dalam menangani obesitas yang dialaminya.
Menurut Prof. Dr. dr. Imam Subekti, Sp. P.D, Subsp. E.M.D. (K), FINASIM selaku Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Endokrinologi Metabolik dan Diabetes Rumah Sakit Pondok Indah, menurunkan berat badan bukan sekadar menghindarkan diri dari diabetes saja.
%2C%20FINASIM%20(1).jpg)
Prof. Dr. dr. Imam Subekti, Sp. P.D, Subsp. E.M.D. (K), FINASIM. Dok. RSPI
Menurunkan berat badan dapat memperkecil berbagai risiko penyakit. Hal ini seperti serangan jantung, darah tinggi, kolesterol, dan sebagainya.
Secara umum, ada lima hal yang perlu dilakukan untuk menurunkan berat badan menurut Prof. Imam, antara lain:
Perlu dihitung total kalori yang dibutuhkan untuk aktivitas harian, sehingga dapat ditentukan asupan yang diperlukan untuk terapi diet penurunan berat badan. Penghitungan ini diharapkan dapat menurunkan kalori sebesar 500 – 1.000 kilo kalori per hari.
Aktivitas fisik dilakukan setidaknya tiga kali dalam satu minggu dengan durasi setidaknya 30 menit. Durasi dapat dinaikkan menjadi 45 menit sementara sesi ditingkatkan menjadi lima kali dalam seminggu.
"Aktivitas yang direkomendasikan adalah yang bersifat aerobik. Aktivitas aerobik bisa dilakukan seperti jalan atau joging, renang, bersepeda, atau senam," ucap Prof. Imam.
Obesitas bukanlah kondisi yang terjadi tiba-tiba, melainkan dalam durasi yang panjang. Karenanya, diperlukan komitmen secara terus-menerus untuk melakukan perubahan terhadap gaya hidup yang dijalani.
Obat sering kali diperlukan jika program pengaturan makan (terapi diet) dan aktivitas fisik belum berhasil mencapai target penurunan berat badan. Namun, obat hanya dilakukan dengan konsultasi kepada dokter.
Jika cara pertama hingga keempat tidak berhasil, dapat dipertimbangkan (jika memenuhi syarat) untuk menjalani tindakan bedah bariatrik. Tindakan bedah bariatrik adalah operasi pemotongan usus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Konsumsi makanan manis yang berlebihan, berkontribusi pada peningkatan berat badan. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya diabetes. Diabetes menyebabkan penurunan sensitivitas tubuh terhadap insulin, yang dikenal sebagai resistensi insulin.
Awalnya, pankreas akan memproduksi lebih banyak insulin untuk mengatasi hal tersebut. Namun, jika kondisi ini berlanjut, pankreas akan mengalami kelelahan dan berujung pada terjadinya diabetes.
Tahapan obesitas menjadi diabetes seperti apa?
Perjalanan obesitas menjadi diabetes terjadi melalui beberapa tahap. Tahap awal, akibat resistensi insulin, gula darah mulai meningkat tetapi belum menimbulkan gejala.
Pada tahap tersebut disebut pre-diabetes yaitu kadar gula darah puasa dan atau sesudah makan berada di atas kisaran normal. Namun, belum sampai pada kriteria diabetes.
Baca juga: 6 Trik Turunkan Kadar Gula Darah Tanpa Insulin
Tahap berikutnya disebut diabetes, yaitu kadar gula darah puasa dan atau sesudah makan sudah sampai pada angka yang sesuai dengan kriteria diabetes. Pada tahap ini, mulai ada gejala, antara lain sering buang air kecil, banyak minum, banyak makan, tetapi berat badan turun.
Bagaimana agar obesitas tak menjadi diabetes?
Bagi pengidap obesitas, hal pertama yang perlu diketahui adalah mencari tahu faktor penyebab kegemukan berlebih yang dialaminya. Ini berguna dalam menangani obesitas yang dialaminya.
Menurut Prof. Dr. dr. Imam Subekti, Sp. P.D, Subsp. E.M.D. (K), FINASIM selaku Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Endokrinologi Metabolik dan Diabetes Rumah Sakit Pondok Indah, menurunkan berat badan bukan sekadar menghindarkan diri dari diabetes saja.
%2C%20FINASIM%20(1).jpg)
Prof. Dr. dr. Imam Subekti, Sp. P.D, Subsp. E.M.D. (K), FINASIM. Dok. RSPI
Menurunkan berat badan dapat memperkecil berbagai risiko penyakit. Hal ini seperti serangan jantung, darah tinggi, kolesterol, dan sebagainya.
Secara umum, ada lima hal yang perlu dilakukan untuk menurunkan berat badan menurut Prof. Imam, antara lain:
1. Mengatur pola makan
Perlu dihitung total kalori yang dibutuhkan untuk aktivitas harian, sehingga dapat ditentukan asupan yang diperlukan untuk terapi diet penurunan berat badan. Penghitungan ini diharapkan dapat menurunkan kalori sebesar 500 – 1.000 kilo kalori per hari.
2. Lakukan aktivitas fisik rutin
Aktivitas fisik dilakukan setidaknya tiga kali dalam satu minggu dengan durasi setidaknya 30 menit. Durasi dapat dinaikkan menjadi 45 menit sementara sesi ditingkatkan menjadi lima kali dalam seminggu.
"Aktivitas yang direkomendasikan adalah yang bersifat aerobik. Aktivitas aerobik bisa dilakukan seperti jalan atau joging, renang, bersepeda, atau senam," ucap Prof. Imam.
3. Perubahan perilaku
Obesitas bukanlah kondisi yang terjadi tiba-tiba, melainkan dalam durasi yang panjang. Karenanya, diperlukan komitmen secara terus-menerus untuk melakukan perubahan terhadap gaya hidup yang dijalani.
4. Penggunaan obat
Obat sering kali diperlukan jika program pengaturan makan (terapi diet) dan aktivitas fisik belum berhasil mencapai target penurunan berat badan. Namun, obat hanya dilakukan dengan konsultasi kepada dokter.
5. Bedah bariatrik
Jika cara pertama hingga keempat tidak berhasil, dapat dipertimbangkan (jika memenuhi syarat) untuk menjalani tindakan bedah bariatrik. Tindakan bedah bariatrik adalah operasi pemotongan usus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)