FITNESS & HEALTH
Ini 5 Penyebab Klaustrofobia, Fobia Terhadap Tempat Terbatas
Aulia Putriningtias
Senin 10 Juni 2024 / 11:05
Jakarta: Beberapa orang memiliki fobia terhadap tempat-tempat terbatas seperti ruangan kecil, keramaian, gua, dan banyak situasi lainnya. Ini dikenal sebagai klaustrofobia.
Klaustrophobia adalah jenis gangguan kecemasan yang ditandai dengan rasa takut yang tidak rasional terhadap ruang tertutup. Ketakutan ini dapat melemahkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari, menyebabkan individu menghindari tempat atau situasi tertentu.
Seperti fobia lainnya, klaustrofobia dapat bervariasi tingkat keparahannya pada setiap orang. Fobia ini adalah salah satu fobia paling umum yang dapat membuat kamu merasa seperti sedang mengalami serangan panik.
Bagi sebagian orang, klaustrofobia dapat hilang dengan sendirinya. Namun, beberapa mungkin memerlukan terapi untuk menangani dan mengatasi gejalanya.
.jpg)
(Claustrophobia termasuk dalam salah satu jenis fobia spesifik, seperti fobia darah atau fobia laba-laba. Rasa takut dan cemas yang dialami penderita klaustrofobia perlu ditangani dengan tepat saat sudah mengganggu aktivitas sehari-hari. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Berikut adalah beberapa gejala umum klaustrofobia berdasarkan penelitian yang diterbitkan di StatPearls Journal.
Klaustrophobia dapat muncul dari kombinasi faktor genetik, lingkungan, dan psikologis. Berikut beberapa potensi penyebab klaustrophobia, dilansir dalam Healthshots, yakni:
Jika keluargamu ada yang mengidap fobia ini, kamu bisa saja mendapatkannya. Faktor genetik dapat memengaruhi cara otak merespons rasa takut dan stres, sehingga membuat kamu lebih sensitif terhadap perasaan terjebak di ruang terbatas.
Pengalaman traumatis yang melibatkan ruang tertutup dapat memicu klaustrofobia. Misalnya, terjebak di dalam lift atau mengalami insiden hampir tenggelam dapat menimbulkan rasa takut yang berkepanjangan terhadap ruang terbatas.
Pengalaman-pengalaman tersebut dapat membekas di pikiran. Selain itu, ini juga dapat menimbulkan respons rasa takut yang berlebihan ketika menghadapi situasi serupa di masa depan.
Secara tidak sadar, klaustrofobia dapat dipelajari oleh anak-anak melalui anggota keluarga mereka. Jika orang tua atau anggota keluarga dekat menunjukkan ketakutan atau penghindaran terhadap ruang tertutup, seorang anak mungkin belajar mengasosiasikan ruang tersebut dengan bahaya dan mengembangkan respons fobia serupa.
Tak hanya terjadi melalui keluarga terdekat, menyaksikan orang lain mengalami serangan panik atau kecemasan ekstrem di ruang terbatas dapat berkontribusi terhadap berkembangnya klaustrofobia.
Beberapa individu mungkin mengalami peningkatan proses sensorik. Hal ini dapat membuat mereka lebih sensitif terhadap rangsangan seperti perasaan terkekang atau dibatasi. Hipersensitivitas ini dapat berkontribusi pada perkembangan klaustrofobia. Hal ini dikarenakan sensasi terkurung dalam ruang sempit mungkin terasa membebani atau menyesakkan.
Klaustrophobia sering kali muncul bersamaan dengan gangguan kecemasan lainnya. Hal ini seperti gangguan panik atau gangguan kecemasan umum. Jika kamu merasakan gejala-gejala di atas saat menghadapi situasi ruangan sempit dan terbatas dan sudah menganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya untuk langsung berkonsultasi terhadap ahli. Kamu akan dibantu untuk meminimalisir munculnya fobia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Klaustrophobia adalah jenis gangguan kecemasan yang ditandai dengan rasa takut yang tidak rasional terhadap ruang tertutup. Ketakutan ini dapat melemahkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari, menyebabkan individu menghindari tempat atau situasi tertentu.
Seperti fobia lainnya, klaustrofobia dapat bervariasi tingkat keparahannya pada setiap orang. Fobia ini adalah salah satu fobia paling umum yang dapat membuat kamu merasa seperti sedang mengalami serangan panik.
Bagi sebagian orang, klaustrofobia dapat hilang dengan sendirinya. Namun, beberapa mungkin memerlukan terapi untuk menangani dan mengatasi gejalanya.
Apa saja gejala klaustrofobia?
.jpg)
(Claustrophobia termasuk dalam salah satu jenis fobia spesifik, seperti fobia darah atau fobia laba-laba. Rasa takut dan cemas yang dialami penderita klaustrofobia perlu ditangani dengan tepat saat sudah mengganggu aktivitas sehari-hari. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Berikut adalah beberapa gejala umum klaustrofobia berdasarkan penelitian yang diterbitkan di StatPearls Journal.
- - Berkeringat atau gemetar
- - Sesak di dada atau detak jantung cepat
- - Kesulitan bernapas atau bernapas cepat
- - Menggigil atau terasa panas
- - Perasaan tersedak
- - Sakit perut
- - Pusing atau sakit kepala ringan
- - Mulut kering
- - Merasa bingung atau disorientasi
- - Mati rasa atau kesemutan
- - Telinga berdenging
Mengapa seseorang mengalami klaustrofobia?
Klaustrophobia dapat muncul dari kombinasi faktor genetik, lingkungan, dan psikologis. Berikut beberapa potensi penyebab klaustrophobia, dilansir dalam Healthshots, yakni:
1. Genetika
Jika keluargamu ada yang mengidap fobia ini, kamu bisa saja mendapatkannya. Faktor genetik dapat memengaruhi cara otak merespons rasa takut dan stres, sehingga membuat kamu lebih sensitif terhadap perasaan terjebak di ruang terbatas.
2. Pengalaman traumatis
Pengalaman traumatis yang melibatkan ruang tertutup dapat memicu klaustrofobia. Misalnya, terjebak di dalam lift atau mengalami insiden hampir tenggelam dapat menimbulkan rasa takut yang berkepanjangan terhadap ruang terbatas.
Pengalaman-pengalaman tersebut dapat membekas di pikiran. Selain itu, ini juga dapat menimbulkan respons rasa takut yang berlebihan ketika menghadapi situasi serupa di masa depan.
3. Perilaku dipelajari
Secara tidak sadar, klaustrofobia dapat dipelajari oleh anak-anak melalui anggota keluarga mereka. Jika orang tua atau anggota keluarga dekat menunjukkan ketakutan atau penghindaran terhadap ruang tertutup, seorang anak mungkin belajar mengasosiasikan ruang tersebut dengan bahaya dan mengembangkan respons fobia serupa.
Tak hanya terjadi melalui keluarga terdekat, menyaksikan orang lain mengalami serangan panik atau kecemasan ekstrem di ruang terbatas dapat berkontribusi terhadap berkembangnya klaustrofobia.
4. Perbedaan pemrosesan sensorik
Beberapa individu mungkin mengalami peningkatan proses sensorik. Hal ini dapat membuat mereka lebih sensitif terhadap rangsangan seperti perasaan terkekang atau dibatasi. Hipersensitivitas ini dapat berkontribusi pada perkembangan klaustrofobia. Hal ini dikarenakan sensasi terkurung dalam ruang sempit mungkin terasa membebani atau menyesakkan.
5. Gangguan kecemasan lain
Klaustrophobia sering kali muncul bersamaan dengan gangguan kecemasan lainnya. Hal ini seperti gangguan panik atau gangguan kecemasan umum. Jika kamu merasakan gejala-gejala di atas saat menghadapi situasi ruangan sempit dan terbatas dan sudah menganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya untuk langsung berkonsultasi terhadap ahli. Kamu akan dibantu untuk meminimalisir munculnya fobia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)