FITNESS & HEALTH
Mewaspadai Penyakit Stroke dan Penanganannya Serta Peran Teknologi
Yatin Suleha
Minggu 03 November 2024 / 14:14
Jakarta: Stroke adalah salah satu kondisi medis paling mendesak dan berpotensi mengancam jiwa yang sering kali berdampak pada kualitas hidup seseorang.
Dalam menghadapi stroke, setiap detik sangat berharga, dan pemahaman yang mendalam tentang gejala, langkah-langkah penanganan, serta kolaborasi antara berbagai disiplin medis menjadi kunci untuk meningkatkan hasil perawatan.
Mengenali gejala awal stroke adalah langkah pertama yang penting untuk memastikan penanganan cepat. Gejala ini sering kali diingat dengan akronim BEFAST, yang merangkum aspek-aspek utama yang perlu diperhatikan yaitu:
B - Balance (Keseimbangan): Apakah seseorang tiba-tiba kehilangan keseimbangan atau mengalami masalah koordinasi?
E - Eyes (Penglihatan): Apakah penglihatan mendadak menjadi kabur atau hilang pada salah satu atau kedua mata?
F - Face (Wajah): Apakah salah satu sisi wajah tampak terkulai? Cobalah minta orang tersebut untuk tersenyum; jika hanya satu sisi yang bergerak, ini bisa menjadi tanda awal stroke.
A - Arms (Lengan): Tanyakan kepada orang tersebut untuk mengangkat kedua lengan. Jika salah tidak dapat diangkat atau cenderung jatuh, ini adalah sinyal yang jelas tanda awal stroke.
S - Speech (Ucapan): Jika mengalami kesulitan berbicara atau berbicara dengan cara yang tidak jelas. Minta untuk mengulang kalimat sederhana dan perhatikan kejelasan ucapannya.
T - Time (Waktu): Jika kamu melihat satu atau lebih gejala ini, segera hubungi layanan darurat. Setiap detik sangat berharga dalam menangani stroke.
.jpg)
(Penanganan yang cepat dan tepat dalam stroke dapat meminimalkan tingkat kerusakan otak dan mencegah komplikasi. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Selain gejala BEFAST, ada tanda-tanda lain yang mungkin muncul, seperti:
• Kebingungan mendadak atau kesulitan dalam memahami pembicaraan
• Gangguan penglihatan, misalnya melihat kabur atau kehilangan penglihatan di satu mata
• Kesulitan berjalan atau kehilangan keseimbangan
• Sakit kepala parah tanpa sebab yang jelas
Penting untuk diingat bahwa stroke bisa terjadi pada semua usia, bukan hanya pada orang tua. Dengan memahami gejala ini, masyarakat diharapkan dapat merespons keadaan darurat dengan lebih cepat dan tepat.
Baca juga: Inilah Makanan yang Disarankan Dokter untuk Penderita Stroke
Ketika stroke terjadi, banyak pihak yang harus bekerja sama untuk memberikan perawatan terbaik. Tim multidisiplin yang terdiri dari dokter spesialis neurologi, bedah saraf, dan radiologi serta perawat berkolaborasi untuk mengatasi kondisi kritis ini.
Tiga dokter yaitu, dr. Hendy Million Samin, Sp.S, M.Biomed, Dr. dr. Steven Tandean, M.Kes., Sp.BS, dan dr. Harley Septian, Sp.Rad, Subsp.RI (K) dari RS Siloam Dhirga Surya Medan, menerangkan pentingnya tim multidisiplin dalam penanganan stroke.
Berikut adalah gambaran peran dari masing-masing anggota tim:
Dokter spesialis neurologi sering kali menjadi anggota pertama yang terlibat. Mereka bertugas untuk mengidentifikasi jenis stroke yang dialami pasien, apakah itu iskemik (sumbatan) atau hemoragik (pendarahan). Melalui pemeriksaan fisik dan penggunaan teknologi pencitraan, mereka dapat menentukan langkah-langkah awal yang diperlukan.
Jika terdiagnosis stroke iskemik, dokter spesialis neurologi akan mengevaluasi kemungkinan terapi trombolitik untuk melarutkan gumpalan darah. Untuk stroke pendarahan, mereka harus merencanakan langkah-langkah untuk mengurangi tekanan intrakranial yang bisa berpotensi mengancam jiwa.
Dokter spesialis bedah saraf memiliki peran yang sangat vital, terutama dalam kasus stroke pendarahan. Ketika terjadi perdarahan di otak, mereka dapat melakukan prosedur bedah, seperti kraniotomi, untuk mengangkat hematoma. Ini adalah proses yang memerlukan penilaian cepat, karena setiap keputusan dapat berpengaruh besar pada pemulihan pasien.
Kerja sama antara dokter spesialis neurologi dan bedah saraf sangat penting, terutama dalam menentukan tindakan yang tepat. Diskusi terbuka mengenai kondisi pasien, risiko, dan opsi perawatan yang tersedia dapat meningkatkan hasil akhir perawatan pasien.
.jpeg)
(*ki-ka: dr. Harley Septian, Sp.Rad, Subsp.RI (K), Dr. dr. Steven Tandean, M.Kes., Sp.BS, dan dr. Hendy Million Samin, Sp.S, M.Biomed, merupakan tim multidisiplin RS Siloam Dhirga Surya Medan. Foto: Dok. Istimewa)
Radiologis juga merupakan bagian tak terpisahkan dari tim penanganan stroke. Mereka menggunakan alat pencitraan modern, seperti CT scan dan MRI untuk mendiagnosis dan menilai kerusakan otak. Informasi dari pencitraan ini sangat berharga untuk menentukan langkah selanjutnya.
Dengan teknologi canggih, radiolog dapat memberikan gambaran yang jelas tentang lokasi penyumbatan / perdarahan serta besarnya area otak yang mengalami kerusakan atau volume perdarahan.
Perawat memegang peranan penting dalam manajemen harian pasien stroke. Mereka tidak hanya memantau kondisi pasien secara berkelanjutan, tetapi juga memberikan perawatan dasar dan komunikasi yang efektif dengan anggota tim medis lainnya. Dukungan emosional dari perawat sangat berarti bagi pasien dan keluarga mereka, terutama dalam situasi yang penuh tekanan.
Stroke iskemik terjadi ketika aliran darah ke otak terhambat oleh gumpalan darah. Penanganan utama untuk kondisi ini adalah trombolisis, yang bertujuan untuk melarutkan gumpalan tersebut.
Dalam beberapa kasus, jika gumpalan darah terlalu besar atau jika trombolisis tidak efektif, intervensi endovaskular seperti trombektomi mungkin diperlukan. Keputusan ini dibuat berdasarkan evaluasi pencitraan dan kondisi umum pasien.
Stroke pendarahan, yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah di otak, memerlukan penanganan awal yang sangat berbeda dibandingkan dengan stroke iskemik. Fokus utama dalam penanganan stroke pendarahan adalah stabilisasi pasien dan pengendalian tekanan darah.
Langkah-langkah awal antara lain setelah pasien dibawa ke rumah sakit, langkah pertama adalah memastikan stabilitas vital. Monitor tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan dilakukan secara ketat. Jika pasien mengalami peningkatan tekanan intrakranial, dokter mungkin perlu memberikan obat atau melakukan intervensi bedah untuk mengurangi tekanan tersebut.
Dalam kasus perdarahan besar, keputusan untuk melakukan kraniotomi guna mengangkat hematoma atau mengontrol sumber perdarahan harus segera diambil. Ini memerlukan penilaian menyeluruh terhadap kondisi pasien, termasuk ukuran dan lokasi perdarahan.
Kemajuan teknologi telah membawa inovasi yang signifikan dalam penanganan stroke. Alat pencitraan modern, seperti CT scan dan MRI, memungkinkan diagnosis yang lebih cepat dan akurat.
Teknologi pencitraan yang lebih baik, seperti angiografi digital, tidak hanya meningkatkan kemampuan untuk mendiagnosis tetapi juga membantu dalam perencanaan prosedur intervensi. Radiolog dapat memvisualisasikan aliran darah ke otak dan menentukan lokasi penyumbatan dengan lebih jelas, sehingga mempercepat pengambilan keputusan.
Mengurangi risiko terkena stroke adalah langkah penting yang dapat diambil oleh individu. Beberapa langkah yang dapat dilakukan termasuk:
• Mengelola faktor risiko: Mengelola faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi sangat penting. Pengawasan rutin dan pengobatan yang tepat dapat membantu menurunkan risiko stroke.
• Gaya hidup sehat: Mengadopsi gaya hidup sehat, seperti pola makan seimbang, olahraga rutin, dan berhenti merokok, juga berperan besar dalam pencegahan stroke. Mengurangi konsumsi alkohol dan menjaga berat badan yang sehat adalah langkah-langkah tambahan yang sangat dianjurkan.
• Edukasi pribadi: Individu juga harus proaktif dalam mengedukasi diri mereka tentang tanda-tanda stroke dan pentingnya penanganan cepat. Dengan pengetahuan yang tepat, mereka dapat lebih siap untuk mengambil tindakan yang diperlukan jika gejala muncul.
Stroke merupakan kondisi yang serius dan memerlukan penanganan cepat. Pemahaman yang mendalam mengenai gejala, kolaborasi tim multidisiplin, prosedur yang tepat, dan kemajuan teknologi adalah kunci untuk meningkatkan hasil perawatan bagi pasien stroke.
Masyarakat juga perlu diberdayakan dengan informasi yang tepat untuk mengenali tanda-tanda stroke dan memahami pentingnya tindakan cepat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Dalam menghadapi stroke, setiap detik sangat berharga, dan pemahaman yang mendalam tentang gejala, langkah-langkah penanganan, serta kolaborasi antara berbagai disiplin medis menjadi kunci untuk meningkatkan hasil perawatan.
Mengenali gejala awal stroke adalah langkah pertama yang penting untuk memastikan penanganan cepat. Gejala ini sering kali diingat dengan akronim BEFAST, yang merangkum aspek-aspek utama yang perlu diperhatikan yaitu:
B - Balance (Keseimbangan): Apakah seseorang tiba-tiba kehilangan keseimbangan atau mengalami masalah koordinasi?
E - Eyes (Penglihatan): Apakah penglihatan mendadak menjadi kabur atau hilang pada salah satu atau kedua mata?
F - Face (Wajah): Apakah salah satu sisi wajah tampak terkulai? Cobalah minta orang tersebut untuk tersenyum; jika hanya satu sisi yang bergerak, ini bisa menjadi tanda awal stroke.
A - Arms (Lengan): Tanyakan kepada orang tersebut untuk mengangkat kedua lengan. Jika salah tidak dapat diangkat atau cenderung jatuh, ini adalah sinyal yang jelas tanda awal stroke.
S - Speech (Ucapan): Jika mengalami kesulitan berbicara atau berbicara dengan cara yang tidak jelas. Minta untuk mengulang kalimat sederhana dan perhatikan kejelasan ucapannya.
T - Time (Waktu): Jika kamu melihat satu atau lebih gejala ini, segera hubungi layanan darurat. Setiap detik sangat berharga dalam menangani stroke.
Gejala tambahan
.jpg)
(Penanganan yang cepat dan tepat dalam stroke dapat meminimalkan tingkat kerusakan otak dan mencegah komplikasi. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Selain gejala BEFAST, ada tanda-tanda lain yang mungkin muncul, seperti:
• Kebingungan mendadak atau kesulitan dalam memahami pembicaraan
• Gangguan penglihatan, misalnya melihat kabur atau kehilangan penglihatan di satu mata
• Kesulitan berjalan atau kehilangan keseimbangan
• Sakit kepala parah tanpa sebab yang jelas
Penting untuk diingat bahwa stroke bisa terjadi pada semua usia, bukan hanya pada orang tua. Dengan memahami gejala ini, masyarakat diharapkan dapat merespons keadaan darurat dengan lebih cepat dan tepat.
Baca juga: Inilah Makanan yang Disarankan Dokter untuk Penderita Stroke
Ketika stroke terjadi, banyak pihak yang harus bekerja sama untuk memberikan perawatan terbaik. Tim multidisiplin yang terdiri dari dokter spesialis neurologi, bedah saraf, dan radiologi serta perawat berkolaborasi untuk mengatasi kondisi kritis ini.
Tiga dokter yaitu, dr. Hendy Million Samin, Sp.S, M.Biomed, Dr. dr. Steven Tandean, M.Kes., Sp.BS, dan dr. Harley Septian, Sp.Rad, Subsp.RI (K) dari RS Siloam Dhirga Surya Medan, menerangkan pentingnya tim multidisiplin dalam penanganan stroke.
Berikut adalah gambaran peran dari masing-masing anggota tim:
1. Dokter Spesialis Neurologi
Dokter spesialis neurologi sering kali menjadi anggota pertama yang terlibat. Mereka bertugas untuk mengidentifikasi jenis stroke yang dialami pasien, apakah itu iskemik (sumbatan) atau hemoragik (pendarahan). Melalui pemeriksaan fisik dan penggunaan teknologi pencitraan, mereka dapat menentukan langkah-langkah awal yang diperlukan.
Jika terdiagnosis stroke iskemik, dokter spesialis neurologi akan mengevaluasi kemungkinan terapi trombolitik untuk melarutkan gumpalan darah. Untuk stroke pendarahan, mereka harus merencanakan langkah-langkah untuk mengurangi tekanan intrakranial yang bisa berpotensi mengancam jiwa.
2. Dokter Spesialis Bedah Saraf
Dokter spesialis bedah saraf memiliki peran yang sangat vital, terutama dalam kasus stroke pendarahan. Ketika terjadi perdarahan di otak, mereka dapat melakukan prosedur bedah, seperti kraniotomi, untuk mengangkat hematoma. Ini adalah proses yang memerlukan penilaian cepat, karena setiap keputusan dapat berpengaruh besar pada pemulihan pasien.
Kerja sama antara dokter spesialis neurologi dan bedah saraf sangat penting, terutama dalam menentukan tindakan yang tepat. Diskusi terbuka mengenai kondisi pasien, risiko, dan opsi perawatan yang tersedia dapat meningkatkan hasil akhir perawatan pasien.
.jpeg)
(*ki-ka: dr. Harley Septian, Sp.Rad, Subsp.RI (K), Dr. dr. Steven Tandean, M.Kes., Sp.BS, dan dr. Hendy Million Samin, Sp.S, M.Biomed, merupakan tim multidisiplin RS Siloam Dhirga Surya Medan. Foto: Dok. Istimewa)
3. Dokter Spesialis Radiologi
Radiologis juga merupakan bagian tak terpisahkan dari tim penanganan stroke. Mereka menggunakan alat pencitraan modern, seperti CT scan dan MRI untuk mendiagnosis dan menilai kerusakan otak. Informasi dari pencitraan ini sangat berharga untuk menentukan langkah selanjutnya.
Dengan teknologi canggih, radiolog dapat memberikan gambaran yang jelas tentang lokasi penyumbatan / perdarahan serta besarnya area otak yang mengalami kerusakan atau volume perdarahan.
4. Peran Perawat
Perawat memegang peranan penting dalam manajemen harian pasien stroke. Mereka tidak hanya memantau kondisi pasien secara berkelanjutan, tetapi juga memberikan perawatan dasar dan komunikasi yang efektif dengan anggota tim medis lainnya. Dukungan emosional dari perawat sangat berarti bagi pasien dan keluarga mereka, terutama dalam situasi yang penuh tekanan.
Tata laksana stroke iskemik
Stroke iskemik terjadi ketika aliran darah ke otak terhambat oleh gumpalan darah. Penanganan utama untuk kondisi ini adalah trombolisis, yang bertujuan untuk melarutkan gumpalan tersebut.
(Stroke merupakan kondisi gawat darurat yang perlu ditangani segera karena sel otak dapat mati hanya dalam hitungan menit. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
- Proses Trombosis
Proses trombolisis dimulai dengan evaluasi awal oleh dokter. Setelah diagnosis stroke iskemik ditegakkan, dokter harus memutuskan apakah pasien memenuhi kriteria untuk menerima terapi trombolitik. Ini biasanya harus dilakukan dalam waktu 4,5 jam setelah gejala muncul, sehingga penanganan cepat sangat penting.Dalam beberapa kasus, jika gumpalan darah terlalu besar atau jika trombolisis tidak efektif, intervensi endovaskular seperti trombektomi mungkin diperlukan. Keputusan ini dibuat berdasarkan evaluasi pencitraan dan kondisi umum pasien.
Penanganan awal untuk stroke pendarahan
Stroke pendarahan, yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah di otak, memerlukan penanganan awal yang sangat berbeda dibandingkan dengan stroke iskemik. Fokus utama dalam penanganan stroke pendarahan adalah stabilisasi pasien dan pengendalian tekanan darah.
Langkah-langkah awal antara lain setelah pasien dibawa ke rumah sakit, langkah pertama adalah memastikan stabilitas vital. Monitor tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan dilakukan secara ketat. Jika pasien mengalami peningkatan tekanan intrakranial, dokter mungkin perlu memberikan obat atau melakukan intervensi bedah untuk mengurangi tekanan tersebut.
Dalam kasus perdarahan besar, keputusan untuk melakukan kraniotomi guna mengangkat hematoma atau mengontrol sumber perdarahan harus segera diambil. Ini memerlukan penilaian menyeluruh terhadap kondisi pasien, termasuk ukuran dan lokasi perdarahan.
Kemajuan teknologi telah membawa inovasi yang signifikan dalam penanganan stroke. Alat pencitraan modern, seperti CT scan dan MRI, memungkinkan diagnosis yang lebih cepat dan akurat.
Teknologi pencitraan yang lebih baik, seperti angiografi digital, tidak hanya meningkatkan kemampuan untuk mendiagnosis tetapi juga membantu dalam perencanaan prosedur intervensi. Radiolog dapat memvisualisasikan aliran darah ke otak dan menentukan lokasi penyumbatan dengan lebih jelas, sehingga mempercepat pengambilan keputusan.
Cegah stroke
Mengurangi risiko terkena stroke adalah langkah penting yang dapat diambil oleh individu. Beberapa langkah yang dapat dilakukan termasuk:
• Mengelola faktor risiko: Mengelola faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi sangat penting. Pengawasan rutin dan pengobatan yang tepat dapat membantu menurunkan risiko stroke.
• Gaya hidup sehat: Mengadopsi gaya hidup sehat, seperti pola makan seimbang, olahraga rutin, dan berhenti merokok, juga berperan besar dalam pencegahan stroke. Mengurangi konsumsi alkohol dan menjaga berat badan yang sehat adalah langkah-langkah tambahan yang sangat dianjurkan.
• Edukasi pribadi: Individu juga harus proaktif dalam mengedukasi diri mereka tentang tanda-tanda stroke dan pentingnya penanganan cepat. Dengan pengetahuan yang tepat, mereka dapat lebih siap untuk mengambil tindakan yang diperlukan jika gejala muncul.
Stroke merupakan kondisi yang serius dan memerlukan penanganan cepat. Pemahaman yang mendalam mengenai gejala, kolaborasi tim multidisiplin, prosedur yang tepat, dan kemajuan teknologi adalah kunci untuk meningkatkan hasil perawatan bagi pasien stroke.
Masyarakat juga perlu diberdayakan dengan informasi yang tepat untuk mengenali tanda-tanda stroke dan memahami pentingnya tindakan cepat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)