FITNESS & HEALTH
Moms, Hati-hati! Masa MPASI Rentan Terkena Anemia Defisiensi
Aulia Putriningtias
Kamis 28 November 2024 / 16:00
Jakarta: Pentingnya zat besi bagi tumbuh kembang anak perlu diterapkan sejak dini. Namun, banyak Moms yang masih belum menyadari anak di masa MPASI (Makanan Pendamping ASI) rentan terkena anemia defisiensi.
Prevalensi kasus anemia defisiensi besi rentan dialami pada akhir usia bayi hingga awal masa kanak-kanak. Penyebabnya mulai dari pengaruh zat besi saat ibu hamil hingga kurangnya asupan zat tersebut saat masa kanak-kanak.
Menurut Dokter Spesialis Anak dan Konsultan Tumbuh Kembang, Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K), zat besi juga merupakan mikronutrien yang penting bagi perkembangan otak dan imunitas tubuh. Sebaiknya anak-anak tidak mengalami kekurangan zat besi.
Pada kenyataannya, berdasarkan Riskesdas tahun 2018, jumlah anak usia 1-4 tahun yang mengalami anemia sebanyak 38,5 persen, usia 5-14 tahun 26,8 persen, dan 15-24 tahun 32 persen.
Anemia defisiensi besi paling berisiko dialami oleh terutama bayi lahir prematur atau lahir dengan berat badan rendah (BBLR).
"Usia rentan anemia defisiensi besi pada anak di usia 6-23 bulan. Krusial di pemberian MPASI pertama, di mana ibu-ibu kurang tepat memilih sumber zat besi pada bahan makanan MPASI," ungkap Prof. Rini dalam temu media di Jakarta, Kamis, 28 November 2024.

(Menurut Prof. Rini, sudah banyak ibu-ibu yang mulai mengetahui dan mengerti peran zat besi. Namun, ibu perlu menghindari makanan penghambat zat besi, di antaranya asam fitat, tanin atau polifenol, kalsium dan asam oksalat. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Anemia defisiensi dipengaruhi pula dengan pola makan. Apalagi, pada masa MPASI, anak-anak mulai mengenal berbagai rasa dan saatnya banyak mengenalkan makanan.
Namun, pemberian MPASI yang tidak memerhatikan nutrisi, cenderung membuat anemia defisiensi dapat terjadi pada anak-anak. Prof. Rini pun turut menjelaskan, zat besi terbagi dalam dua bentuk, yaitu heme dan non-heme. Besi heme bersumber dari hewani, sementara besi non-heme bersumber dari nabati.
Berikut beberapa makanan dengan zat besi yang cocok diberikan kepada keluarga:
Menurut Prof. Rini, sudah banyak ibu-ibu yang mulai mengetahui dan mengerti peran zat besi. Namun, ibu perlu menghindari makanan penghambat zat besi, di antaranya asam fitat, tanin atau polifenol, kalsium dan asam oksalat. Jadi, sebaiknya tidak memberi anak teh, kopi, yang bisa menghambat penyerapan zat besi.
"Sekarang ibu-ibu cukup kritis, cukup rajin, punya buku MPASI banyak. Tapi, tetap enggak benar menyajikannya. Jadi, mungkin harus diedukasi lagi," ungkap Prof. Rini.
Selain persoalan nutrisi dari makanan, ia turut merekomendasikan suplementasi besi bisa diberikan kepada anak-anak mulai usia balita, terutama usia 0-2 tahun. Tidak lupa lakukan pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) dilakukan mulai usia dua tahun sampai remaja kelak, guna mengetahui anemia atau tidak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Prevalensi kasus anemia defisiensi besi rentan dialami pada akhir usia bayi hingga awal masa kanak-kanak. Penyebabnya mulai dari pengaruh zat besi saat ibu hamil hingga kurangnya asupan zat tersebut saat masa kanak-kanak.
Menurut Dokter Spesialis Anak dan Konsultan Tumbuh Kembang, Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K), zat besi juga merupakan mikronutrien yang penting bagi perkembangan otak dan imunitas tubuh. Sebaiknya anak-anak tidak mengalami kekurangan zat besi.
Pada kenyataannya, berdasarkan Riskesdas tahun 2018, jumlah anak usia 1-4 tahun yang mengalami anemia sebanyak 38,5 persen, usia 5-14 tahun 26,8 persen, dan 15-24 tahun 32 persen.
Anemia defisiensi besi paling berisiko dialami oleh terutama bayi lahir prematur atau lahir dengan berat badan rendah (BBLR).
"Usia rentan anemia defisiensi besi pada anak di usia 6-23 bulan. Krusial di pemberian MPASI pertama, di mana ibu-ibu kurang tepat memilih sumber zat besi pada bahan makanan MPASI," ungkap Prof. Rini dalam temu media di Jakarta, Kamis, 28 November 2024.

(Menurut Prof. Rini, sudah banyak ibu-ibu yang mulai mengetahui dan mengerti peran zat besi. Namun, ibu perlu menghindari makanan penghambat zat besi, di antaranya asam fitat, tanin atau polifenol, kalsium dan asam oksalat. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Anemia defisiensi dipengaruhi pula dengan pola makan. Apalagi, pada masa MPASI, anak-anak mulai mengenal berbagai rasa dan saatnya banyak mengenalkan makanan.
Namun, pemberian MPASI yang tidak memerhatikan nutrisi, cenderung membuat anemia defisiensi dapat terjadi pada anak-anak. Prof. Rini pun turut menjelaskan, zat besi terbagi dalam dua bentuk, yaitu heme dan non-heme. Besi heme bersumber dari hewani, sementara besi non-heme bersumber dari nabati.
Makanan dengan zat besi yang cocok
Berikut beberapa makanan dengan zat besi yang cocok diberikan kepada keluarga:
- - Daging (sapi, domba, rusa) dan unggas (ayam, itik, bebek, burung)
- - Hati sapi atau hati ayam
- - Seafood (berbagai jenis ikan dan kerang)
- - Sayuran hijau terutama berwarna pekat (bayam, sawi hijau, brokoli)
- - Tahu dan tempe
- - Kacang-kacangan (kacang merah, kacang kedelai, almond, kacang polong, buncis)
- - Biji-bijian (kacang mete, pistachio, biji bunga matahari, biji labu)
Menurut Prof. Rini, sudah banyak ibu-ibu yang mulai mengetahui dan mengerti peran zat besi. Namun, ibu perlu menghindari makanan penghambat zat besi, di antaranya asam fitat, tanin atau polifenol, kalsium dan asam oksalat. Jadi, sebaiknya tidak memberi anak teh, kopi, yang bisa menghambat penyerapan zat besi.
"Sekarang ibu-ibu cukup kritis, cukup rajin, punya buku MPASI banyak. Tapi, tetap enggak benar menyajikannya. Jadi, mungkin harus diedukasi lagi," ungkap Prof. Rini.
Selain persoalan nutrisi dari makanan, ia turut merekomendasikan suplementasi besi bisa diberikan kepada anak-anak mulai usia balita, terutama usia 0-2 tahun. Tidak lupa lakukan pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) dilakukan mulai usia dua tahun sampai remaja kelak, guna mengetahui anemia atau tidak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)