FITNESS & HEALTH

Apakah Vaksin Covid-19 Aman untuk Anak yang Memiliki Diabetes?

Raka Lestari
Jumat 03 September 2021 / 06:15
Jakarta: Diabetes merupakan salah satu penyakit komorbid yang bisa memperberat kondisi seseorang ketika terinfeksi covid-19. Dan tidak hanya pada orang dewasa saja, covid-19 juga bisa dialami oleh anak-anak. Meskipun demikian, kondisi diabetes tidak menjadi kendala untuk anak mendapatkan vaksin covid-19.

Menurut Dr Dan DeSalvo, ahli endokrin pediatric, vaksin covid-19 aman dan efektif untuk anak-anak yang memiliki diabetes tipe 1. Mendapatkan vaksin tidak hanya kunci untuk kesehatan pribadi, tetapi juga tindakan untuk mencapai kekebalan kelompok dan mengakhiri pandemi covid-19.

Apalagi saat ini, anak-anak dan remaja sudah mulai ada yang melakukan sekolah tatap muka dan kegiatan-kegiatan lainnya. Maka risiko mereka untuk terkena covid-19 dengan atau tanpa gejala akan meningkat. Selain itu, kemungkinan penyebaran virus pada orang yang belum mendapatkan vaksinasi juga akan meningkat.

Penting untuk dicatat adalah bahwa anak-anak mungkin memiliki risiko yang rendah untuk terinfeksi covid-19 atau mengalami penyakit yang parah jika terinfeksi. Namun, sejumlah kecil anak yang terjangkit covid-19 mengalamii kondisi yang disebut Multisystem Inflammatory Syndrome (MIS-C). Adalah kondisi di mana bagian tubuh yang berbeda dapat meradang, termasuk jantung, paru-paru, ginjal, otak, kulit, mata, atau organ gastrointestinal.

Meskipun sebagian besar anak yang tertular covid-19 tidak mengalami gejala parah atau akibat dari penyakit tersebut, penting untuk tetap waspada dan mencari bantuan jika gejalanya mulai parah.

Seperti kadar gula darah mulai tidak terkendali, atau keton menetap. Ingatlah bahwa keton dapat masuk ke dalam sistem dan DKA (diabetic ketoacidosis) dapat terjadi bahkan jika kadar gula darah tampak normal.

“Seperti halnya penyakit penyerta lainnya, manajemen yang tepat ketika kondisi memburuk adalah kunci terpenting untuk mencegah DKA ketika terinfeksi covid-19. Ini bisa dilakukan dengan pemantauan glukosa darah dan keton yang sering (idealnya dengan monitor glukosa kontinu (CGM) jika tersedia), hidrasi, dan pemberian insulin,” ujar Dr DeSalvo.

DKA kemungkinan besar terjadi jika berhenti menggunakan insulin dalam konteks penyakit. Jadi diupayakan jangan berhenti menggunakan insulin dan mungkin perlu minum cairan yang mengandung karbohidrat untuk kadar glukosa di bawah 180 mg/dL sehingga dapat melanjutkan penggunaan insulin.

“Hidrasi dan insulin adalah kunci dalam membersihkan keton. Ketahui cara menghubungi tim perawatan diabetes dan hubungi mereka jika ada pertanyaan atau kekhawatiran tentang manajemen saat sakit. Tinjau rencana perawatan saat sakit di kunjungan klinik sehingga dapat melakukan persiapan,” tutup Dr DeSalvo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH