FITNESS & HEALTH

Cemas Boleh, tapi Jangan Berkepanjangan, Penyakit Jantung Akibatnya!

Mia Vale
Selasa 24 September 2024 / 14:05
Jakarta: Seseorang mengalami stres itu biasa. Namun stres yang terus-menerus dan berkepanjangan dapat memengaruhi kesejahteraan secara keseluruhan, baik fisik dan psikologis.

Jika stres hanya berlangsung sebentar, hal ini dapat membantu kinerja dalam memenuhi tenggat waktu utama, wawancara untuk pekerjaan baru, atau mencapai tujuan lain. 

Stres dan dampaknya pada tubuh juga bisa menyelamatkan nyawa saat menghadapi bahaya. Stres jangka panjang bisa disebabkan oleh banyak hal, misal, kesulitan pekerjaan, kesulitan keuangan atau perselisihan keluarga adalah cerita yang berbeda.

“Iritabilitas, kecemasan, depresi, perenungan dan insomnia atau terbangun di tengah malam dengan kesedihan dapat disebabkan oleh stres kronis," jelas Dr. Ernesto L. Schiffrin, kepala dokter di Rumah Sakit Umum Sir Mortimer B. Davis-Jewish di Montreal. 

Stres yang berkepanjangan menukil dari Heart, tidak hanya menimbulkan dampak emosional dan psikologis, tetapi juga dapat menimbulkan gejala fisik. Itu mungkin termasuk sakit kepala, sakit perut, otot tegang dan nyeri, susah tidur, dan energi rendah. Bahkan berdampak pada kesehatan jantung.
 

Hubungan kecemasan dan penyakit jantung


Memang kaitan mengenai kecemasan atau stres yang berkepanjangan dengan penyakit jantung, belum diteliti sepenuhnya. Namun, Una D McCann, M.D., direktur Program Gangguan Kecemasan di Johns Hopkins Bayview Medical Center, yakin adanya hubungan yang kuat. 

“Menurut pandangan dan pengalaman klinis pribadi saya, gangguan kecemasan dapat berperan besar dalam penyakit jantung,” ujar McCann.

Dirinya percaya bahwa pengamatan yang cermat terhadap kecemasan akan mengungkap dampak buruknya terhadap penyakit jantung, baik sebagai faktor penyebab maupun hambatan dalam pemulihan.


(Dalam laman resmi Johns Hopkins Medicine dipaparkan, saat seseorang merasa cemas, tubuh mereka bereaksi dengan cara yang dapat memberikan tekanan ekstra pada jantung mereka. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
 

Stres berpotensi sebabkan sakit jantung


Stres dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, yang dapat menimbulkan risiko serangan jantung dan stroke. Stres juga dapat berkontribusi terhadap risiko penyakit kardiovaskular seperti merokok, makan berlebihan, dan kurang aktivitas fisik.

“Stres kronis telah terbukti berhubungan dengan peningkatan kejadian kardiovaskular,” tandas Schiffrin menukil laman John Hopkins Medicine. Temuan ini menggambarkan mekanisme stres emosional yang dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular pada manusia.
 

Pengaruh stres terhadap jantung


“Stres jangka panjang—atau kronis—dapat menyebabkan tingkat peradangan yang lebih tinggi di tubuh yang berkontribusi terhadap peningkatan penumpukan plak di arteri—dan hal ini dapat menyebabkan masalah seperti penyakit arteri koroner,” tegas Rachel Lampert, MD, ahli jantung Yale Medicine. 

Penyakit arteri koroner dapat menyebabkan serangan jantung, irama jantung tidak normal, dan gagal jantung.

Selain itu, stres mendorong peningkatan katekolamin, hormon yang dibuat di kelenjar adrenal. Salah satu katekolamin adalah adrenalin, hormon “lawan atau lari (fight or fligt)”, yang meningkatkan kewaspadaan mental selama situasi stres. 

Namun adrenalin juga menyebabkan jantung berdetak lebih cepat dan meningkatkan tekanan darah. Jika terlalu banyak, lama kelamaan dapat merusak jantung.

Pada orang dengan masalah jantung yang sudah ada sebelumnya, seperti aritmia (irama jantung tidak normal), stres yang tiba-tiba dapat memperburuk gejalanya, Dr Lampert menambahkan.

Namun stres juga bisa berdampak tidak langsung pada jantung. Saat orang merasa tidak bisa lepas dari stres kronis yang mereka alami, mereka mungkin mengatasinya dengan beralih ke perilaku tidak sehat.
 

Stres pengaruhnya beda pada tiap orang


Terkait stres, setiap orang berbeda-beda—dan hal yang sama juga berlaku pada penyakit jantung, jelas Allison Gaffey, PhD, psikolog Yale Medicine yang berspesialisasi dalam kardiologi.

Stres juga dapat menyebabkan gejala, seperti jantung berdebar kencang, itulah yang biasanya dirasakan tubuh Anda saat Anda kewalahan. 

Yang terpenting, siapa pun yang mengalami gejala baru atau berulang harus berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui sejauh mana masalah jantung mungkin—atau mungkin tidak—menyebabkan gejala tersebut. 

Yang pasti, siapa pun yang khawatir dengan tingkat stresnya harus membicarakannya saat mengunjungi psikiater atau psikolog, bahkan ke ahli jantung. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH