FITNESS & HEALTH

Aneurisma Otak, Benjolan di Pembuluh Darah yang Bisa 'Meledak' Kapan Saja

Aulia Putriningtias
Sabtu 16 September 2023 / 12:10
Jakarta: Soba Medcom, tahukah kamu bahwa September merupakan Brain Aneurysm Awareness Month atau bulan kesadaran aneurisma otak? Sebenarnya, apa itu aneurisma otak?

Aneurisma otak adalah kondisi di mana terjadi penggelembungan pembuluh darah di otak akibat melemahnya dinding pembuluh darah di suatu titik tertentu. Sayangnya, jika dibiarkan gelembung ini akan meledak secara mendadak.

"Benjolan itu dari ukuran kecil, lama-lama pecah. Seperti balon, balon yang makin besar, makin tipis lalu meletus," kata dr. Mardjono Tjahjadi, Sp. B. S, selaku Dokter Spesialis Bedah di Rumah Sakit Pondok Indah.

Ketika gelembung tersebut meletus, darah merembes keluar dan bisa merendam otak. Otak dapat mengalami kerusakan hebat karena hal ini dan bisa fatal. Selain itu, rembesan darah bisa memicu stroke pendarahan atau stroke hemoragik.

"Ada studi dari AS, kalau otak terendam darah, 50 persennya fatal. Sementara 50 persen yang hidup apa kembali normal? Enggak. 66 persen akan cacat," paparnya.
 

Apa gejala dari aneurisma otak?


Sayangnya, menurut dr. Mardjono atau kerap disapa dr. Joy, aneurisma otak tak bergejala. Maka dari itu, sering disebut sebagai silent killer. Ketika seseorang mengalami gejalanya, kemungkinan bocor gelembung tersebut bisa tinggi dan harus segera dibawa ke unit gawat darurat (UGD).

Namun, satu gejala yang paling sering dialami oleh banyak orang adalah sakit kepala hebat. Menurutnya, sakit kepala ini bukan sekadar biasa, melainkan seperti kejatuhan batu atau dipukul oleh seseorang.
 

Apa saja faktor risiko yang bisa menyebabkan aneurisma otak?


Meski terkenal tak memiliki gejala spesifik, Sobat Medcom bisa menghindarinya dengan mengenali faktor risiko. Adapun faktor risiko yang bisa sebabkan aneurisma otak, yakni:

- Kebiasaan merokok.
- Ada riwayat penyakit tekanan darah tinggi.
- Ada riwayat keluarga dengan stroke pendarahan, terutama akibat aneurisma otak.
- Usia 45 tahun ke atas.
- Jenis kelamin perempuan.
- Penggunaan kokain.
- Konsumsi alkohol berlebihan.

"Saya selalu merekomendasikan jika ada lebih dari tiga faktor risiko sebaiknya skrining, bisa MRI atau MRA," saran dr. Joy.

Dr. Joy menyarankan untuk melihat usia, kemudian gejala. Meski usia belum termasuk berisiko aneurisma otak, tetapi sudah mengalami gejala yang mengganggu, sebaiknya dilakukan pemeriksaan saja.

Pun, jika usia sudah masuk berisiko tapi tidak ada gejala, studi menyarankan agar melakukan medical check up di usia 40 tahun ke atas atau 50 tahun ke atas. Hal ini dilakukan untuk mengetahui penyakit-penyakit yang berisiko dimiliki, termasuk aneurisma.

Aulia Putriningtias

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)

MOST SEARCH