FITNESS & HEALTH
Kehadiran Mikroplastik Mengancam Lingkungan dan Kesehatan
A. Firdaus
Rabu 07 September 2022 / 19:15
Jakarta: Indonesia sudah dikenal dunia sebagai salah satu destinasi wisata bahari yang paling banyak diminati oleh wisatawan mancanegara. Kekayaan laut inilah yang menarik minat para penggiat wisata bahari, khususnya para penyelam untuk datang ke Indonesia dan menjelajahi alam bawah laut Indonesia.
Layaknya boomerang, seiring semakin banyaknya aktivitas manusia baik di darat maupun di laut sangat berpengaruh kepada kelestarian laut. Untuk itu perlu beberapa gerakan dan upaya untuk bisa tetap menjaga kelestarian laut kita.
M. Reza Cordova, peneliti Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) saat hadir di talkshow 'Sambil Menyelam Minum Sampah?' yang diselenggarakan Divers Clean Action (DCA), mengatakan ancaman mirkoplastik bisa mengganggu kelestarian hidup dan kesehatan manusia.
Reza memaparkan hasil penelitian lapangan dari program MicroSEAP. Sebuah program kolaborasi antara BRIN, DCA, dan Burung Indonesia dengan University of Portsmouth UK.
MicroSEAP adalah sebuah program riset kolaborasi untuk mendapatkan data terkait bagaimana mikroplastik memberikan dampak pada perairan, biota laut, serta memberikan rekomendasi terkait kebijakan di Indonesia dalam sudut pandang regional ASEAN.
Penelitian yang dilakukan Science Advances pada 2021 menemukan bahwa saat ini Indonesia menduduki peringkat kelima, dari sebelumnya peringkat kedua, penyumbang sampah ke lautan dunia. Diperkirakan, lebih dari 500.000 ton sampah bocor ke laut setiap tahunnya.
"Kendati demikian, tingkat mikroplastik yang ditemukan baik di air, sedimen, dan biota laut semakin meningkat. Contohnya, pada sampel kerang hijau di Jakarta, telah meningkat dari 70% mengandung mikroplastik sekarang sudah 100%. Selain itu tidak hanya di air, namun juga di udara Jakarta, mikroplastik sudah ditemukan," ucap Reza.
Dari sudut pandang kesehatan, plastik ternyata memiliki dampak buruk untuk tubuh manusia. Menyambung yang sudah disampaikan Pak Reza, maka mikroplastik bisa masuk ke tubuh manusia melalui saluran pencernaan dan pernapasan.
"Jika mikroplastik sudah masuk ke dalam tubuh, cara menurunkan efek dan risiko seperti menjadi penyebab kanker dan gangguan organ reproduksi, dan atau penyakit lainnya adalah kita dapat meningkatkan barrier tubuh kita agar dapat mengeluarkan mikroplastik, yakni: meningkatkan kesehatan pencernaan, meningkatkan fungsi sel-sel imunitas, dan meningkatkan pengeluaran cairan melalui urin dan keringat," ujar nutrisionis Dr. Rita Ramayulis, DCN, MKes.
Aktivitas manusia, termasuk kegiatan pariwisata berpotensi menghasilkan sampah dan tentu saja bisa berdampak buruk bagi kebersihan dan kelestarian lingkungan dan dirasakan pula oleh para penikmat wisata selam, diving influencer dan travel blogger.
Marischka Prudence mengatakan influencer dapat mengajak untuk mengurangi dan menanggulangi sampah melalui konten yang menarik, namun aksi bersih-bersih saja memang tidak cukup. Hal ini harus dibarengi dengan dukungan pemerintah melalui kebijakan dan implementasi yang tegas.
"Melihat pengalaman saya berkeliling Indonesia, memang peraturan terkait sampah belum merata dan belum tersosialisasi dengan baik sehingga kampanye tidak dapat maksimal dilakukan untuk mendorong perubahan perilaku baik wisatawan dan penduduk lokal," ucap Febrian, salah satu diving influencer.
"Sehingga ketika mengedepankan peraturan merata dan perubahan perilaku yang baik dari seluruh lapisan masyarakat, kita tidak lagi menyelam sambil minum sampah," kata Febrian sebagai penutup dari talkshow tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Layaknya boomerang, seiring semakin banyaknya aktivitas manusia baik di darat maupun di laut sangat berpengaruh kepada kelestarian laut. Untuk itu perlu beberapa gerakan dan upaya untuk bisa tetap menjaga kelestarian laut kita.
M. Reza Cordova, peneliti Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) saat hadir di talkshow 'Sambil Menyelam Minum Sampah?' yang diselenggarakan Divers Clean Action (DCA), mengatakan ancaman mirkoplastik bisa mengganggu kelestarian hidup dan kesehatan manusia.
Reza memaparkan hasil penelitian lapangan dari program MicroSEAP. Sebuah program kolaborasi antara BRIN, DCA, dan Burung Indonesia dengan University of Portsmouth UK.
MicroSEAP adalah sebuah program riset kolaborasi untuk mendapatkan data terkait bagaimana mikroplastik memberikan dampak pada perairan, biota laut, serta memberikan rekomendasi terkait kebijakan di Indonesia dalam sudut pandang regional ASEAN.
Penelitian yang dilakukan Science Advances pada 2021 menemukan bahwa saat ini Indonesia menduduki peringkat kelima, dari sebelumnya peringkat kedua, penyumbang sampah ke lautan dunia. Diperkirakan, lebih dari 500.000 ton sampah bocor ke laut setiap tahunnya.
"Kendati demikian, tingkat mikroplastik yang ditemukan baik di air, sedimen, dan biota laut semakin meningkat. Contohnya, pada sampel kerang hijau di Jakarta, telah meningkat dari 70% mengandung mikroplastik sekarang sudah 100%. Selain itu tidak hanya di air, namun juga di udara Jakarta, mikroplastik sudah ditemukan," ucap Reza.
Dari sudut pandang kesehatan, plastik ternyata memiliki dampak buruk untuk tubuh manusia. Menyambung yang sudah disampaikan Pak Reza, maka mikroplastik bisa masuk ke tubuh manusia melalui saluran pencernaan dan pernapasan.
"Jika mikroplastik sudah masuk ke dalam tubuh, cara menurunkan efek dan risiko seperti menjadi penyebab kanker dan gangguan organ reproduksi, dan atau penyakit lainnya adalah kita dapat meningkatkan barrier tubuh kita agar dapat mengeluarkan mikroplastik, yakni: meningkatkan kesehatan pencernaan, meningkatkan fungsi sel-sel imunitas, dan meningkatkan pengeluaran cairan melalui urin dan keringat," ujar nutrisionis Dr. Rita Ramayulis, DCN, MKes.
Aktivitas manusia, termasuk kegiatan pariwisata berpotensi menghasilkan sampah dan tentu saja bisa berdampak buruk bagi kebersihan dan kelestarian lingkungan dan dirasakan pula oleh para penikmat wisata selam, diving influencer dan travel blogger.
Marischka Prudence mengatakan influencer dapat mengajak untuk mengurangi dan menanggulangi sampah melalui konten yang menarik, namun aksi bersih-bersih saja memang tidak cukup. Hal ini harus dibarengi dengan dukungan pemerintah melalui kebijakan dan implementasi yang tegas.
"Melihat pengalaman saya berkeliling Indonesia, memang peraturan terkait sampah belum merata dan belum tersosialisasi dengan baik sehingga kampanye tidak dapat maksimal dilakukan untuk mendorong perubahan perilaku baik wisatawan dan penduduk lokal," ucap Febrian, salah satu diving influencer.
"Sehingga ketika mengedepankan peraturan merata dan perubahan perilaku yang baik dari seluruh lapisan masyarakat, kita tidak lagi menyelam sambil minum sampah," kata Febrian sebagai penutup dari talkshow tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)