FITNESS & HEALTH
Apakah Telur Baik untuk Dikonsumsi Anak? Begini Kata Ahli
Yatin Suleha
Senin 06 Oktober 2025 / 07:05
Jakarta: Selama bertahun-tahun, telur sering kali mendapat pandangan buruk dari masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kekhawatiran para peneliti di masa lalu yang menganggap bahwa kolesterol yang ada dalam telur bisa membuat kadar kolesterol di darah naik.
Akibatnya, orang khawatir bahwa hal ini akan memicu penyakit jantung. Namun, belakangan ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) telah mengubah aturan untuk makanan yang boleh diberi label “sehat” pada kemasannya.
Perubahan ini juga memengaruhi pandangan terhadap makanan alami yang mengandung lemak sehat, seperti alpukat, minyak zaitun, dan telur.
Sekarang, telur akhirnya mendapatkan pengakuan yang layak sebagai makanan bergizi, menurut Lizzy Swick, seorang ahli gizi terdaftar yang tinggal di New Jersey.
Dilansir dari Parents, Katie Thomson, seorang ahli gizi terdaftar dari California yang juga menjabat sebagai CEO merek makanan bayi Square Baby menyatakan bahwa pembaruan dari FDA ini sudah lama dinantikan.
Menurutnya, telur sangat kaya akan nutrisi dan bisa menjadi tambahan yang sangat baik dalam makanan sehari-hari untuk orang dewasa, anak-anak, maupun bayi.
Akan tetapi, protein rendah lemak dari telur hanyalah satu bagian saja dari pola makan yang sehat secara keseluruhan.
.jpg)
(Dikutip dari Parents, Asosiasi Jantung Amerika merekomendasikan mengonsumsi satu telur per hari untuk individu sehat dengan kadar kolesterol normal. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
Pada Desember 2024, FDA mengumumkan persyaratan baru yang harus dipenuhi oleh makanan agar bisa menggunakan label “sehat” di kemasannya.
Menurut situs web resmi FDA, keputusan ini menekankan bahwa makanan yang kaya nutrisi dan hanya ditambahkan air tanpa bahan lain secara otomatis memenuhi syarat untuk klaim tersebut.
Contoh makanan yang termasuk di sini adalah alpukat, kacang-kacangan dan biji-bijian, minyak zaitun, serta telur.
Thomson menambahkan bahwa perubahan ini selaras dengan pengetahuan para ahli selama ini tentang betapa pentingnya makanan utuh dan pola makan yang seimbang.
“Sebagai ahli gizi, saya melihat ini membantu keluarga membuat pilihan yang lebih baik dengan mengidentifikasi makanan bergizi yang sebenarnya dengan sekilas,” katanya.
Dengan kata lain, label “sehat” sekarang lebih mudah dikenali, sehingga orang tua bisa dengan cepat memilih makanan yang benar-benar bermanfaat tanpa harus membaca detail panjang lebar.
Tami Best, seorang ahli gizi terdaftar yang fokus pada nutrisi fungsional dan integratif dari Top Nutrition Coaching di New York juga setuju dengan perubahan ini.
Ia menyoroti bahwa makanan-makanan yang dulu boleh diberi label “sehat” justru sering kali membawa dampak negatif bagi kesehatan.
Ia memberikan contoh seperti sereal manis yang tinggi gula, yoghurt olahan, dan camilan buah yang sebenarnya penuh tambahan gula.
“Secara umum, saya menyukai pembaruan ini dan merasa ini adalah langkah yang tepat untuk mengklarifikasi kebingungan tentang makanan apa yang bermanfaat bagi kesehatan kita dan makanan apa yang tidak,” kata Best.
Perubahan ini seperti angin segar bagi banyak orang karena sekarang makanan alami seperti telur tidak lagi dianggap sebagai musuh.
Sebaliknya, mereka diakui sebagai bagian dari diet sehat yang bisa membantu mencegah berbagai masalah kesehatan jangka panjang, seperti obesitas atau diabetes, dengan cara yang lebih alami dan berkelanjutan.
Secillia Nur Hafifah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Akibatnya, orang khawatir bahwa hal ini akan memicu penyakit jantung. Namun, belakangan ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) telah mengubah aturan untuk makanan yang boleh diberi label “sehat” pada kemasannya.
Perubahan ini juga memengaruhi pandangan terhadap makanan alami yang mengandung lemak sehat, seperti alpukat, minyak zaitun, dan telur.
Sekarang, telur akhirnya mendapatkan pengakuan yang layak sebagai makanan bergizi, menurut Lizzy Swick, seorang ahli gizi terdaftar yang tinggal di New Jersey.
Dilansir dari Parents, Katie Thomson, seorang ahli gizi terdaftar dari California yang juga menjabat sebagai CEO merek makanan bayi Square Baby menyatakan bahwa pembaruan dari FDA ini sudah lama dinantikan.
Menurutnya, telur sangat kaya akan nutrisi dan bisa menjadi tambahan yang sangat baik dalam makanan sehari-hari untuk orang dewasa, anak-anak, maupun bayi.
Akan tetapi, protein rendah lemak dari telur hanyalah satu bagian saja dari pola makan yang sehat secara keseluruhan.
Mengapa FDA mengubah pendapatnya tentang telur?
.jpg)
(Dikutip dari Parents, Asosiasi Jantung Amerika merekomendasikan mengonsumsi satu telur per hari untuk individu sehat dengan kadar kolesterol normal. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
Pada Desember 2024, FDA mengumumkan persyaratan baru yang harus dipenuhi oleh makanan agar bisa menggunakan label “sehat” di kemasannya.
Menurut situs web resmi FDA, keputusan ini menekankan bahwa makanan yang kaya nutrisi dan hanya ditambahkan air tanpa bahan lain secara otomatis memenuhi syarat untuk klaim tersebut.
Contoh makanan yang termasuk di sini adalah alpukat, kacang-kacangan dan biji-bijian, minyak zaitun, serta telur.
Thomson menambahkan bahwa perubahan ini selaras dengan pengetahuan para ahli selama ini tentang betapa pentingnya makanan utuh dan pola makan yang seimbang.
“Sebagai ahli gizi, saya melihat ini membantu keluarga membuat pilihan yang lebih baik dengan mengidentifikasi makanan bergizi yang sebenarnya dengan sekilas,” katanya.
Dengan kata lain, label “sehat” sekarang lebih mudah dikenali, sehingga orang tua bisa dengan cepat memilih makanan yang benar-benar bermanfaat tanpa harus membaca detail panjang lebar.
Tami Best, seorang ahli gizi terdaftar yang fokus pada nutrisi fungsional dan integratif dari Top Nutrition Coaching di New York juga setuju dengan perubahan ini.
Ia menyoroti bahwa makanan-makanan yang dulu boleh diberi label “sehat” justru sering kali membawa dampak negatif bagi kesehatan.
Ia memberikan contoh seperti sereal manis yang tinggi gula, yoghurt olahan, dan camilan buah yang sebenarnya penuh tambahan gula.
“Secara umum, saya menyukai pembaruan ini dan merasa ini adalah langkah yang tepat untuk mengklarifikasi kebingungan tentang makanan apa yang bermanfaat bagi kesehatan kita dan makanan apa yang tidak,” kata Best.
Perubahan ini seperti angin segar bagi banyak orang karena sekarang makanan alami seperti telur tidak lagi dianggap sebagai musuh.
Sebaliknya, mereka diakui sebagai bagian dari diet sehat yang bisa membantu mencegah berbagai masalah kesehatan jangka panjang, seperti obesitas atau diabetes, dengan cara yang lebih alami dan berkelanjutan.
Secillia Nur Hafifah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)