FITNESS & HEALTH

Cerita Indra Rudiansyah Terlibat Pembuatan Vaksin AstraZeneca

Raka Lestari
Kamis 29 Juli 2021 / 22:49
Jakarta: Vaksin AstraZeneca menjadi salah satu jenis vaksin yang digunakan di Indonesia. Vaksin ini dikembangkan oleh Universitas Oxford yang bekerja sama dengan AstraZeneca. Namun, siapa sangka bahwa salah satu mahasiswa asal Indonesia juga memiliki andil dalam proses pengembangan vaksin tersebut.

Dia adalah Indra Rudiansyah, mahasiswa asal Indonesia yang sedang menuntut ilmu di Universitas Oxford tergabung dalam tim Jenner Institute. Tim tersebut menangani proses uji klinis vaksin AstraZeneca di Pusat Vaksin Oxford, bersama dengan Profesor Sarah Gilbert yang merupakan Kepala Institute Jenner Oxford University.

Indra Rudiansyah juga merupakan alumni Beswan Djarum sebagai penerima program Djarum Beasiswa Plus angkatan 2011/2012, dari Bakti Pendidikan Djarum Foundation.
 

Bagaimana cerita awal keterlibatan Indra dalam vaksin AstraZeneca? 


Indra mengaku pada awalnya ia adalah mahasiswa yang sedang mengambil program doktoral di Univeristas Oxford. Dalam studinya tersebut, ia meneliti topik utama vaksin malaria. 

Namun, ketika sedang melakukan penelitian mengenai vaksin malaria ternyata ada penelitian tentang vaksin covid-19. Dan menurut Indra, pada saat itu para peneliti senior sudah menemukan beberapa kandidat vaksin yang sedang dikembangkan.

“Pada fase clinical trial butuh banyak orang untuk yang membantu. Saya dapat tugas untuk membantu memoritoring respons saat uji klinis,” ujar Indra dalam acara bincang media bersama Indra Rudiansyah dan dr. Ursula Penny Putrikrislia, bertajuk 'Fakta Seputar Vaksin dan Upaya Menuju Kekebalan Komunal.'

Dan setelah tahap uji klinis, barulah vaksin AstraZeneca memasuki proses manufacturing skala besar.
 

Bagaimana sih proses produksi dan gambaran umum kandungan vaksin AstraZeneca? 


“Pada dasarnya vaksin adalah bagian dari virus/seluruh virus yang dinonaktifkan untuk membantu mengajari tubuh untuk melawan virus tersebut. Vaksin jenis inactivated menggunakan teknologi virus yang dimatikan. Vaksin yang dihasilkan memiliki kunci untuk melawan virus tersebut,” jelas Indra.

Ia juga menjelaskan bahwa sebelum divaksinasi, tubuh kita punya seperangkat sistem imun yang belum mengenali virus Sars-COV-2. 

“Dengan vaksinasi (inactivated atau yang diproduksi dalam lab), dimasukkan ke dalam tubuh untuk belajar menghadapi infeksi virus yang sebenarnya. Dan saat terjadi infeksi, tubuh kita sudah menarget virus tersebut untuk dilemahkan,” tutur Indra.


indra
(Indra menekankan bahwa vaksin yang ada saat ini sudah sangat baik karena tujuannya untuk menciptakan kekebalan kelompok atau herd immunity. Foto: Dok. Istimewa)
 

Apa saja suka duka meneliti vaksin?


“Sukanya karena sesuai passion, challenging dan sambil belajar dari teknologi dan ilmu baru. Sedangkan dukanya, karena pembuatannya tidak gampang, rentan kegagalan. Contoh vaksin malaria, dari 12 contoh model hanya 1-2 yang punya sinyal prospektif yang masih harus diteliti dan dalami lagi,” ungkap Indra. 

Vaksin AstraZeneca sendiri menggunakan teknologi viral vector yang masih tergolong teknologi baru. Dan untuk menjamin kualitas vaksinnya, pihak AstraZeneca selalu melakukan monitor terhadap pabrik mereka yang ada di seluruh dunia. 
 

Apa persamaan dan perbedaan vaksin AstraZeneca dengan vaksin lain, misalnya Pfizer dan Moderna?


“Persamaannya sama-sama menarget protein tertentu dari virusnya. Protein yang masuk dikodekan dalam tubuh kita. Kemudian itu dijadikan sebagai blue print dalam tubuh untuk ditandai sebagai benda asing. Jadi bisa membentuk antibodi saat virus yang sebenarnya masuk ke tubuh kita,” jelas Indra. 

Sedangkan pebedaannya, Indra menjelaskan bahwa metode penyampaian protein virus, pada AstraZeneca menggunakan viral vector yang dimasukkan ke virus lain dan kemudian dimasukkan ke dalam tubuh tanpa menimbulkan penyakit. 

“Kalau Pfizer dan Moderna menggunakan material genetik yang dimasukan ke liquid nano partikel yang bentuknya seperti selubung, bukan ke virus lain. Sehingga nanti akan menyatu dengan tubuh,” jelasnya. 
 

Apa nih, pesan untuk masyarakat yang memilih-milih vaksin?


“Vaksin yang terbaik adalah vaksin yang tersedia saat ini, jadi bisa menyelamtakan kehidupan manusia diberbagai sektor (ekonomi, kesehatan, dsb). Efek KIPI dari vaksin AstraZeneca sangat wajar, bisa minum paracetamol untuk meringankan gejala,” kata Indra. 

Ia juga menekankan bahwa, vaksin yang ada saat ini sudah sangat baik karena tujuannya untuk menciptakan kekebalan kelompok. “Sangat penting untuk divaksinasi, agar kita bisa keluar dari situasi pandemi seperti saat ini,” papar Indra. 

“Ada dua cara untuk mencapai herd immunity, yaitu terpapar secara natural dan melalui vaksinasi. Sebagian populasi rentan untuk terpapar, punya kemungkinan untuk meninggal dan menimbulkan korban jiwa," ungkap lelaki berkacamata ini.

"Tapi jika kelompok yang sudah divaksinasi, virus tidak punya inangnya lagi sehingga memperkecil kemungkinan untuk bermutasi,” pesan Indra. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH