FITNESS & HEALTH
Laporan Philips FHI 2023: Sektor Kesehatan di Wilayah APAC Terapkan Model Perawatan Baru
Yatin Suleha
Rabu 26 Juli 2023 / 22:27
Singapura: Jika kita mendengar kata Philips banyak dari kita langsung mengasosiasikannya dengan bola lampu, atau termasuk home appliance alias keperluan rumah tangga.
Namun Royal Philips (NYSE: PHG, AEX: PHIA) merupakan perusahaan teknologi kesehatan terkemuka yang berfokus pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat melalui berbagai inovasi. Selama dekade terakhir Philips telah berubah menjadi pemimpin yang terfokus dalam teknologi kesehatan.
Inovasi Philips yang berpusat pada pasien dan manusia memanfaatkan teknologi canggih serta wawasan klinis dan pengalaman konsumen yang mendalam, menghadirkan solusi kesehatan pribadi bagi konsumen sekaligus solusi kesehatan profesional bagi penyedia layanan kesehatan, serta pasien mereka baik yang ada di rumah sakit maupun di rumah.
Dan pada Rabu, 26 Juli 2023 bertempat The new Philips ASEAN Pacific Center di Toa Payoh, Singapura Medcom.id mendapatkan laporan indeks kesehatan bertajuk "Future Health Index (FHI) 2023: Taking Healthcare Everywhere."
Laporan edisi ke-delapan, yang menyurvei hampir 3.000 responden yang mencakup para pemimpin layanan kesehatan dan profesional kesehatan muda di 14 negara, termasuk Australia, Indonesia, dan Singapura, menunjukkan bahwa model layanan kesehatan baru muncul di APAC (ASEAN Pacific).
Model ini menggunakan teknologi dan data untuk mendekatkan perawatan kepada pasien dan memberikan perawatan dengan cara yang lebih efisien dan ramah lingkungan, bahkan saat sektor ini bergulat dengan permasalahan keuangan dan kekurangan staf yang belum pernah terjadi sebelumnya.

(Caroline Clarke, CEO dan Wakil Presiden Eksekutif, Philips APAC. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
“Selama beberapa dekade, layanan kesehatan diutamakan diberikan di fasilitas terpusat seperti rumah sakit, tetapi laporan terbaru ini menunjukkan bahwa para pemimpin layanan kesehatan di APAC membuat perubahan yang berani saat mereka mengatasi tantangan dalam hal kekurangan staf dan keuangan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Caroline Clarke, CEO dan Wakil Presiden Eksekutif, Philips APAC.
“Kabar baiknya bagi pasien adalah model ini mengutamakan mereka. Kami melihat pergeseran menuju model pemberian perawatan terdistribusi di APAC yang menggunakan teknologi dan data kesehatan digital yang cerdas dan terkoneksi untuk mendekatkan perawatan kepada pasien, di rumah atau di komunitas, di mana pun mereka berada, kapan pun-di mana pun,” ujar Caroline lagi.
Harapan besar untuk model pemberian perawatan baru untuk meningkatkan efisiensi, hasil kesehatan dan cara kerja
Selain menyoroti potensi untuk memperluas akses layanan kesehatan dan meningkatkan hasil pasien, laporan FHI mengungkapkan bahwa merangkul model perawatan baru akan membantu para pemimpin layanan kesehatan di kawasan ini untuk mendorong cara kerja yang lebih efisien dan berkelanjutan.
Adopsi model pemberian perawatan baru di APAC didukung oleh peningkatan investasi dalam teknologi kesehatan digital dan perluasan perawatan virtual ke lebih banyak area ekosistem perawatan kesehatan.
Catatan kesehatan digital saat ini menjadi area investasi teratas bagi para pemimpin layanan kesehatan APAC (48 persen). Hampir tiga perempat (74 persen) pemimpin layanan kesehatan berencana untuk berinvestasi di AI dalam tiga tahun ke depan, dipimpin oleh Singapura (84 persen), diikuti oleh Indonesia (76 persen) dan Australia (63 persen).
Terutama untuk memprediksi hasil (misalnya, memprediksi bagaimana pasien akan menanggapi rencana perawatan untuk panduan yang lebih akurat tentang jalur perawatan, dan lainnya) sebanyak (39 persen).
Untuk dukungan keputusan klinis (misalnya, dalam rekomendasi diagnosis atau pengobatan, skor peringatan dini, deteksi penyakit otomatis, pedoman keputusan klinis, dan lainnya) sebanyak (35 persen).
Dan untuk mengintegrasikan diagnostik (misalnya, membantu menghasilkan diagnosis dari berbagai sumber klinis seperti pencitraan dan patologi, riwayat klinis, dan lainnya) (33 persen).
Laporan tersebut juga menemukan bahwa para pemimpin layanan kesehatan di APAC berada di garis depan dalam penggunaan teknologi untuk mengatasi kekurangan staf yang menjadi masalah industri kesehatan global.
Dua pertiga (67 persen) dari mereka (vs 56 persen secara global) sudah menggunakan, atau berencana menggunakan, teknologi kesehatan digital untuk mengurangi dampak kekurangan tenaga kesehatan. Para pemimpin di Indonesia (77 persen) dan Singapura (75 persen) secara khusus berfokus pada hal ini.
(Konsep augmented reality Philips dan Microsoft dalam dunia medis. Foto: Dok. Instagram Philips/@philips)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Namun Royal Philips (NYSE: PHG, AEX: PHIA) merupakan perusahaan teknologi kesehatan terkemuka yang berfokus pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat melalui berbagai inovasi. Selama dekade terakhir Philips telah berubah menjadi pemimpin yang terfokus dalam teknologi kesehatan.
Inovasi Philips yang berpusat pada pasien dan manusia memanfaatkan teknologi canggih serta wawasan klinis dan pengalaman konsumen yang mendalam, menghadirkan solusi kesehatan pribadi bagi konsumen sekaligus solusi kesehatan profesional bagi penyedia layanan kesehatan, serta pasien mereka baik yang ada di rumah sakit maupun di rumah.
Dan pada Rabu, 26 Juli 2023 bertempat The new Philips ASEAN Pacific Center di Toa Payoh, Singapura Medcom.id mendapatkan laporan indeks kesehatan bertajuk "Future Health Index (FHI) 2023: Taking Healthcare Everywhere."
Laporan edisi ke-delapan, yang menyurvei hampir 3.000 responden yang mencakup para pemimpin layanan kesehatan dan profesional kesehatan muda di 14 negara, termasuk Australia, Indonesia, dan Singapura, menunjukkan bahwa model layanan kesehatan baru muncul di APAC (ASEAN Pacific).
Model ini menggunakan teknologi dan data untuk mendekatkan perawatan kepada pasien dan memberikan perawatan dengan cara yang lebih efisien dan ramah lingkungan, bahkan saat sektor ini bergulat dengan permasalahan keuangan dan kekurangan staf yang belum pernah terjadi sebelumnya.

(Caroline Clarke, CEO dan Wakil Presiden Eksekutif, Philips APAC. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
“Selama beberapa dekade, layanan kesehatan diutamakan diberikan di fasilitas terpusat seperti rumah sakit, tetapi laporan terbaru ini menunjukkan bahwa para pemimpin layanan kesehatan di APAC membuat perubahan yang berani saat mereka mengatasi tantangan dalam hal kekurangan staf dan keuangan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Caroline Clarke, CEO dan Wakil Presiden Eksekutif, Philips APAC.
“Kabar baiknya bagi pasien adalah model ini mengutamakan mereka. Kami melihat pergeseran menuju model pemberian perawatan terdistribusi di APAC yang menggunakan teknologi dan data kesehatan digital yang cerdas dan terkoneksi untuk mendekatkan perawatan kepada pasien, di rumah atau di komunitas, di mana pun mereka berada, kapan pun-di mana pun,” ujar Caroline lagi.
Harapan besar untuk model pemberian perawatan baru untuk meningkatkan efisiensi, hasil kesehatan dan cara kerja
Selain menyoroti potensi untuk memperluas akses layanan kesehatan dan meningkatkan hasil pasien, laporan FHI mengungkapkan bahwa merangkul model perawatan baru akan membantu para pemimpin layanan kesehatan di kawasan ini untuk mendorong cara kerja yang lebih efisien dan berkelanjutan.
Adopsi model pemberian perawatan baru di APAC didukung oleh peningkatan investasi dalam teknologi kesehatan digital dan perluasan perawatan virtual ke lebih banyak area ekosistem perawatan kesehatan.
Catatan kesehatan digital saat ini menjadi area investasi teratas bagi para pemimpin layanan kesehatan APAC (48 persen). Hampir tiga perempat (74 persen) pemimpin layanan kesehatan berencana untuk berinvestasi di AI dalam tiga tahun ke depan, dipimpin oleh Singapura (84 persen), diikuti oleh Indonesia (76 persen) dan Australia (63 persen).
Terutama untuk memprediksi hasil (misalnya, memprediksi bagaimana pasien akan menanggapi rencana perawatan untuk panduan yang lebih akurat tentang jalur perawatan, dan lainnya) sebanyak (39 persen).
Untuk dukungan keputusan klinis (misalnya, dalam rekomendasi diagnosis atau pengobatan, skor peringatan dini, deteksi penyakit otomatis, pedoman keputusan klinis, dan lainnya) sebanyak (35 persen).
Dan untuk mengintegrasikan diagnostik (misalnya, membantu menghasilkan diagnosis dari berbagai sumber klinis seperti pencitraan dan patologi, riwayat klinis, dan lainnya) (33 persen).
Laporan tersebut juga menemukan bahwa para pemimpin layanan kesehatan di APAC berada di garis depan dalam penggunaan teknologi untuk mengatasi kekurangan staf yang menjadi masalah industri kesehatan global.
Dua pertiga (67 persen) dari mereka (vs 56 persen secara global) sudah menggunakan, atau berencana menggunakan, teknologi kesehatan digital untuk mengurangi dampak kekurangan tenaga kesehatan. Para pemimpin di Indonesia (77 persen) dan Singapura (75 persen) secara khusus berfokus pada hal ini.
(Konsep augmented reality Philips dan Microsoft dalam dunia medis. Foto: Dok. Instagram Philips/@philips)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)