FITNESS & HEALTH
Temuan Studi: Hilangnya Penciuman Dipreduksi Terjadi Peningkatan Risiko Gagal Jantung
Mia Vale
Senin 24 Februari 2025 / 08:07
Jakarta: Seiring bertambahnya usia, tidak jarang seseorang mengalami hilangnya indra penciuman. Penelitian menunjukkan hampir satu dari empat orang mengalami gangguan penciuman pada awal usia 50-an, dan lebih dari setengahnya mengalami gangguan penciuman setelah usia 80 tahun.
Apalagi selama pandemi covid-19 silam, banyak orang kehilangan indra penciuman karena virus tersebut. Dan ternyata, sebelum covid-19 pun, para ilmuwan menemukan bahwa hilangnya penciuman dapat membantu memprediksi atau bahkan berkontribusi terhadap perkembangan gagal jantung.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of American Heart Association menyelidiki peran buruknya indra penciuman terhadap kesehatan orang dewasa yang menua.
Para peneliti menganalisis data dari 2.537 orang di National Institute on Aging’s Health ABC Study yang dimulai pada tahun 1997 dan 1998. Ketika partisipan mendaftar dalam penelitian ini, mereka adalah orang dewasa yang sehat, berusia 70 hingga 79 tahun, dan tinggal di daerah sekitar Pittsburgh dan Memphis, Tennessee.
.jpg)
(Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of American Heart Association yang dilansir dari Prevention telah menyelidiki peran buruknya indra penciuman terhadap kesehatan orang dewasa yang menua. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Peserta dipantau sejak indra penciuman mereka diuji pada kunjungan klinik selama tiga tahun pada tahun 1999 atau 2000 hingga 12 tahun, atau hingga mereka mengalami penyakit kardiovaskular atau meninggal.
Indra penciuman diuji dengan meminta peserta mengendus dan mengidentifikasi 12 item dari sebuah daftar. 1 poin diberikan untuk setiap jawaban yang benar dengan skor 0 hingga 12.
Baca juga: Olahraga Pukul 08 Sampai 11Pagi, Sangat Baik untuk Kesehatan Jantung
Para peneliti mendefinisikan indra penciuman yang “buruk” jika mendapat skor delapan atau kurang, indra penciuman “sedang” bagi mereka yang mendapat skor sembilan hingga 10, dan “baik” bagi mereka yang mendapat skor 11 hingga 12.
Para peneliti yang dikutip dari laman Prevention, mencari hubungan antara indra penciuman yang buruk dan serangan jantung, stroke, angina, kematian akibat penyakit jantung koroner, atau gagal jantung kongestif. Peserta dianggap mengalami gagal jantung jika dirawat di rumah sakit semalaman karena kondisi tersebut.
Mereka yang memiliki indra penciuman yang buruk memiliki risiko 30 persen lebih tinggi terkena gagal jantung kongestif dibandingkan peserta dengan indra penciuman yang “baik” (mereka yang mendapat skor setidaknya 11 atau 12), demikian temuan studi tersebut.
Honglei Chen, M.D., Ph.D., penulis utama studi tersebut dan seorang profesor di departemen epidemiologi dan biostatistik di Michigan State University College of Human Medicine, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa masih belum jelas apakah indra penciuman yang buruk mungkin berkontribusi terhadap perkembangan gagal jantung atau hanya sekadar prediksi saja.
Data sebelumnya menunjukkan bahwa indra penciuman yang buruk dikaitkan dengan penebalan arteri dan plak arteri. Hal ini menunjukkan "hilangnya penciuman mungkin merupakan penanda aterosklerosis, penumpukan plak secara bertahap di arteri dan penyebab utama penyakit kardiovaskular," ujar Mariell Jessup, M.D., F.A.H.A., kepala sains dan medis untuk American Heart Association.
Lebih jauh lagi, ketika indra penciuman tidak kuat, umumnya kita akan membuat pilihan makanan yang buruk di mana memperburuk faktor risiko yang ada, dibandingkan memilih makanan yang sehat dan padat nutrisi. Tentunya kondisi ini dapat berkontribusi terhadap penyakit kardiovaskular dari waktu ke waktu.
Karena hilangnya indra penciuman sangat terkait dengan penuaan, seperti halnya sindrom gagal jantung kongestif (CHF), interpretasi paling jelas dari hasil ini adalah bahwa beberapa individu menua lebih cepat dibandingkan yang lain, jelas Richard Wright, M.D., ahli jantung bersertifikat di Providence Saint John’s Health Center.
“Orang-orang seperti ini mungkin kehilangan indra penciuman dan fungsi jantungnya lebih cepat dibandingkan orang lain, dan oleh karena itu korelasi yang diamati dari kedua kondisi klinis ini mungkin disebabkan oleh perbedaan tingkat penuaan, mirip dengan munculnya uban pada berbagai usia,” imbuh Dr Wright.
Perlu diketahui, seiring bertambahnya usia, indra penciuman kita mungkin mulai menurun secara bertahap. "Dan sebagian disebabkan oleh degenerasi saraf, yang biasanya berhubungan dengan penyakit seperti demensia dan penyakit Parkinson," tutur Dr Jessup.
Penelitian ini menurut Jonathan Fialkow, M.D., wakil direktur kardiologi klinis di Miami Cardiac & Vascular Institute, bagian dari Baptist Health, menarik. Naamun para peneliti memerlukan lebih banyak penelitian sebelum mereka dapat mengambil tindakan berdasarkan penelitian ini.
Jika mengalami perubahan mendadak pada kesehatan atau tiba-tiba menyadari bahwa aroma favoritmu tidak begitu kuat, bahkan bila tidak bisa mencium sama sekali, pastikan untuk membuat janji bertemu dengan dokter. Jangan lupa catat kapan perubahan itu terjadi dan ada gejala lain juga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Apalagi selama pandemi covid-19 silam, banyak orang kehilangan indra penciuman karena virus tersebut. Dan ternyata, sebelum covid-19 pun, para ilmuwan menemukan bahwa hilangnya penciuman dapat membantu memprediksi atau bahkan berkontribusi terhadap perkembangan gagal jantung.
Dilakukan penelitian
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of American Heart Association menyelidiki peran buruknya indra penciuman terhadap kesehatan orang dewasa yang menua.
Para peneliti menganalisis data dari 2.537 orang di National Institute on Aging’s Health ABC Study yang dimulai pada tahun 1997 dan 1998. Ketika partisipan mendaftar dalam penelitian ini, mereka adalah orang dewasa yang sehat, berusia 70 hingga 79 tahun, dan tinggal di daerah sekitar Pittsburgh dan Memphis, Tennessee.
.jpg)
(Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of American Heart Association yang dilansir dari Prevention telah menyelidiki peran buruknya indra penciuman terhadap kesehatan orang dewasa yang menua. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Peserta dipantau sejak indra penciuman mereka diuji pada kunjungan klinik selama tiga tahun pada tahun 1999 atau 2000 hingga 12 tahun, atau hingga mereka mengalami penyakit kardiovaskular atau meninggal.
Indra penciuman diuji dengan meminta peserta mengendus dan mengidentifikasi 12 item dari sebuah daftar. 1 poin diberikan untuk setiap jawaban yang benar dengan skor 0 hingga 12.
Baca juga: Olahraga Pukul 08 Sampai 11Pagi, Sangat Baik untuk Kesehatan Jantung
Dampak penciuman yang buruk
Para peneliti mendefinisikan indra penciuman yang “buruk” jika mendapat skor delapan atau kurang, indra penciuman “sedang” bagi mereka yang mendapat skor sembilan hingga 10, dan “baik” bagi mereka yang mendapat skor 11 hingga 12.
Para peneliti yang dikutip dari laman Prevention, mencari hubungan antara indra penciuman yang buruk dan serangan jantung, stroke, angina, kematian akibat penyakit jantung koroner, atau gagal jantung kongestif. Peserta dianggap mengalami gagal jantung jika dirawat di rumah sakit semalaman karena kondisi tersebut.
Mereka yang memiliki indra penciuman yang buruk memiliki risiko 30 persen lebih tinggi terkena gagal jantung kongestif dibandingkan peserta dengan indra penciuman yang “baik” (mereka yang mendapat skor setidaknya 11 atau 12), demikian temuan studi tersebut.
Honglei Chen, M.D., Ph.D., penulis utama studi tersebut dan seorang profesor di departemen epidemiologi dan biostatistik di Michigan State University College of Human Medicine, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa masih belum jelas apakah indra penciuman yang buruk mungkin berkontribusi terhadap perkembangan gagal jantung atau hanya sekadar prediksi saja.
Hilangnya penciuman dan risiko gagal jantung
Data sebelumnya menunjukkan bahwa indra penciuman yang buruk dikaitkan dengan penebalan arteri dan plak arteri. Hal ini menunjukkan "hilangnya penciuman mungkin merupakan penanda aterosklerosis, penumpukan plak secara bertahap di arteri dan penyebab utama penyakit kardiovaskular," ujar Mariell Jessup, M.D., F.A.H.A., kepala sains dan medis untuk American Heart Association.
Lebih jauh lagi, ketika indra penciuman tidak kuat, umumnya kita akan membuat pilihan makanan yang buruk di mana memperburuk faktor risiko yang ada, dibandingkan memilih makanan yang sehat dan padat nutrisi. Tentunya kondisi ini dapat berkontribusi terhadap penyakit kardiovaskular dari waktu ke waktu.
Karena hilangnya indra penciuman sangat terkait dengan penuaan, seperti halnya sindrom gagal jantung kongestif (CHF), interpretasi paling jelas dari hasil ini adalah bahwa beberapa individu menua lebih cepat dibandingkan yang lain, jelas Richard Wright, M.D., ahli jantung bersertifikat di Providence Saint John’s Health Center.
“Orang-orang seperti ini mungkin kehilangan indra penciuman dan fungsi jantungnya lebih cepat dibandingkan orang lain, dan oleh karena itu korelasi yang diamati dari kedua kondisi klinis ini mungkin disebabkan oleh perbedaan tingkat penuaan, mirip dengan munculnya uban pada berbagai usia,” imbuh Dr Wright.
Perlu diketahui, seiring bertambahnya usia, indra penciuman kita mungkin mulai menurun secara bertahap. "Dan sebagian disebabkan oleh degenerasi saraf, yang biasanya berhubungan dengan penyakit seperti demensia dan penyakit Parkinson," tutur Dr Jessup.
Penelitian ini menurut Jonathan Fialkow, M.D., wakil direktur kardiologi klinis di Miami Cardiac & Vascular Institute, bagian dari Baptist Health, menarik. Naamun para peneliti memerlukan lebih banyak penelitian sebelum mereka dapat mengambil tindakan berdasarkan penelitian ini.
Jika mengalami perubahan mendadak pada kesehatan atau tiba-tiba menyadari bahwa aroma favoritmu tidak begitu kuat, bahkan bila tidak bisa mencium sama sekali, pastikan untuk membuat janji bertemu dengan dokter. Jangan lupa catat kapan perubahan itu terjadi dan ada gejala lain juga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)