Jakarta: Menurut data, penduduk Indonesia membawa sifat Talasemia sebanyak 3 hingga 10 persen dari jumlah penduduk. Angka ini bisa membawa generasi selanjutnya terkena Talasemia kedepannya. Apa alasannya?
Kamu perlu tahu tentang Talasemia. Talasemia merupakan penyakit kelainan darah merah yang diturunkan dari kedua orang tua kepada anak dan keturunannya.
Talasemia sendiri disebabkan karena berkurangnya atau tidak terbentuknya protein pembentuk hemoglobin utama manusia. Hal itu menyebabkan eritrosit mudah pecah dan menyebabkan pasien menjadi pucat karena kekurangan darah (anemia).
Sayangnya, Talasemia ini merupakan penyakit turunan. Ketua Unit Kerja Koordinator Hematologi onkologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Teny Tjitra Sari, SpA (K). menegaskan agar pengidap Talasemia tidak menikah sesama Talasemia lainnya.
Talasemia bisa diturunkan dari perkawinan antara dua orang pembawa sifat. Seorang pembawa sifat talasemia secara kasat mata tampak sehat (tidak bergejala), hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan darah dan analisis hemoglobin.
"Talasemia ini merupakan penyakit turunan yaitu jadi diturunkan oleh kedua orang tuanya. Ini belum dapat disembuhkan," jelas dr. Teny pada Media Briefing Hari Talasemia Sedunia, Jumat, 5 Mei 2023.
Meskipun tidak bisa disembuhkan, salah satu cara mencegah terjadinya penyebaran Talasemia dengan melakukan skrining. Skrining yang dimaksud adalah melakukan pemeriksaan pada fasilitas layanan kesehatan.
Seseorang bisa tahu bahwa dirinya Talasemia hanya dengan melakukan pemeriksaan secara mendalam. Salah satu yang menjadi tanda seseorang pengidap Talasemia adalah memiliki riwayat anemia. Keluarga yang memiliki riwayat anemia pun juga sebaiknya diperiksa.
"Bisa dicegah dengan skrining. Kalau dari Indonesia teman-teman dari Kemenkes bisa menjelaskan lanjut, usia di sekitar di pubertas atau 14-15 tahunan, untuk di usia dewasa berkurang jumlahnya," lanjutnya.
Gejala yang biasa muncul pada seseorang yang mengalami Talasemia ini tergantung dari seberapa tinggi keparahannya. Beberapa gejala yang biasa ditemukan, antara lain:
- Kelelahan.
- Kelemahan.
- Kulit pucat atau kekuningan.
- Deformitas tulang wajah.
- Pertumbuhan lambat.
- Pembengkakan perut.
- Urin berwarna gelap.
"Karena ini penyakit diturunkan oleh orang tua tentu kita harus tahu apakah orang tua masing-masing misalnya memiliki atau tidak. Ini bisa kita lakukan, sebelum menikah bisa mengecek kesehatan, agar tidak melahirkan anak dengan talasemia," pungkas dr. Teny.
Aulia Putriningtias
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Kamu perlu tahu tentang Talasemia. Talasemia merupakan penyakit kelainan darah merah yang diturunkan dari kedua orang tua kepada anak dan keturunannya.
Talasemia sendiri disebabkan karena berkurangnya atau tidak terbentuknya protein pembentuk hemoglobin utama manusia. Hal itu menyebabkan eritrosit mudah pecah dan menyebabkan pasien menjadi pucat karena kekurangan darah (anemia).
Sayangnya, Talasemia ini merupakan penyakit turunan. Ketua Unit Kerja Koordinator Hematologi onkologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Teny Tjitra Sari, SpA (K). menegaskan agar pengidap Talasemia tidak menikah sesama Talasemia lainnya.
Talasemia bisa diturunkan dari perkawinan antara dua orang pembawa sifat. Seorang pembawa sifat talasemia secara kasat mata tampak sehat (tidak bergejala), hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan darah dan analisis hemoglobin.
"Talasemia ini merupakan penyakit turunan yaitu jadi diturunkan oleh kedua orang tuanya. Ini belum dapat disembuhkan," jelas dr. Teny pada Media Briefing Hari Talasemia Sedunia, Jumat, 5 Mei 2023.
Meskipun tidak bisa disembuhkan, salah satu cara mencegah terjadinya penyebaran Talasemia dengan melakukan skrining. Skrining yang dimaksud adalah melakukan pemeriksaan pada fasilitas layanan kesehatan.
Seseorang bisa tahu bahwa dirinya Talasemia hanya dengan melakukan pemeriksaan secara mendalam. Salah satu yang menjadi tanda seseorang pengidap Talasemia adalah memiliki riwayat anemia. Keluarga yang memiliki riwayat anemia pun juga sebaiknya diperiksa.
"Bisa dicegah dengan skrining. Kalau dari Indonesia teman-teman dari Kemenkes bisa menjelaskan lanjut, usia di sekitar di pubertas atau 14-15 tahunan, untuk di usia dewasa berkurang jumlahnya," lanjutnya.
Gejala yang biasa muncul pada seseorang yang mengalami Talasemia ini tergantung dari seberapa tinggi keparahannya. Beberapa gejala yang biasa ditemukan, antara lain:
- Kelelahan.
- Kelemahan.
- Kulit pucat atau kekuningan.
- Deformitas tulang wajah.
- Pertumbuhan lambat.
- Pembengkakan perut.
- Urin berwarna gelap.
"Karena ini penyakit diturunkan oleh orang tua tentu kita harus tahu apakah orang tua masing-masing misalnya memiliki atau tidak. Ini bisa kita lakukan, sebelum menikah bisa mengecek kesehatan, agar tidak melahirkan anak dengan talasemia," pungkas dr. Teny.
Aulia Putriningtias
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)