FITNESS & HEALTH
Hari Kesehatan Mental Sedunia, WHO: 'Pikiran Kami, Hak Kami'
Yatin Suleha
Selasa 10 Oktober 2023 / 16:06
Jakarta: Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar.
Dalam laman resmi WHO melalui paparan tren Penyakit Tidak Menular (PTM) dan faktor risiko yang memengaruhi remaja di Indonesia saat ini, yaitu jumlah penduduk remaja (10-19 tahun) sebanyak 46 juta jiwa, peningkatan kesehatan dan kesejahteraan remaja sangatlah penting bagi Indonesia untuk dapat menuai keuntungan demografis sepenuhnya.
Beberapa jenis penyakit tidak menular (PTM) dan faktor risikonya telah menjadi penyebab utama kematian dan DALYs di kelompok populasi ini. Perhitungan DALYs loss (Disability Adjusted Life Year) adalah penjumlahan dari kematian prematur (YLLs) dan tahun hidup dengan kondisi disabilitas (YLDs).
Berdasarkan bukti yang diperoleh melalui metode penelitian sekunder dari WHO tersebut, profil remaja ini menampilkan tren PTM dan faktor risiko yang memengaruhi remaja di Indonesia saat ini. Indikator utama yang mencakup DALYs dan angka mortalitas ditampilkan untuk isu-isu kritikal, seperti penggunaan tembakau, kesehatan mental, serta dampak pandemi covid-19 pada kesejahteraan remaja.
.jpg)
(Apa saja faktor penyebab kesehatan mental? Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan mental dan menyebabkan gangguan mental dibagi menjadi tiga, yaitu faktor biologi, faktor kehidupan, dan faktor keluarga. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Hari Kesehatan Mental Sedunia tahun 2023 merupakan kesempatan bagi masyarakat untuk bersatu dalam tema ‘Kesehatan mental adalah hak asasi manusia universal’ untuk meningkatkan pengetahuan, meningkatkan kesadaran, dan mendorong tindakan yang mendorong dan melindungi kesehatan mental setiap orang sebagai hak asasi manusia universal.
Kesehatan mental adalah hak asasi manusia yang mendasar bagi semua orang. Setiap orang, siapapun dan di manapun berada, berhak atas standar kesehatan jiwa tertinggi yang dapat dicapai.
Hal ini mencakup hak untuk dilindungi dari risiko kesehatan mental, hak atas layanan yang tersedia, dapat diakses, dapat diterima, dan berkualitas baik, serta hak atas kebebasan, kemandirian dan inklusi dalam masyarakat.
Kesehatan mental yang baik sangat penting untuk kesehatan dan kesejahteraan kita secara keseluruhan. Namun 1 dari 8 orang di seluruh dunia hidup dengan kondisi kesehatan mental, yang dapat berdampak pada kesehatan fisik, kesejahteraan, cara mereka berhubungan dengan orang lain, dan penghidupan mereka. Kondisi kesehatan mental juga memengaruhi semakin banyak remaja dan generasi muda.
Memiliki kondisi kesehatan mental tidak boleh menjadi alasan untuk menghilangkan hak asasi seseorang atau mengecualikan mereka dari pengambilan keputusan mengenai kesehatan mereka sendiri.
"Namun di seluruh dunia, orang-orang dengan kondisi kesehatan mental terus mengalami berbagai pelanggaran hak asasi manusia. Banyak dari mereka yang dikucilkan dari kehidupan bermasyarakat dan mengalami diskriminasi, sementara masih banyak lagi yang tidak dapat mengakses layanan kesehatan mental yang mereka perlukan atau hanya dapat mengakses layanan yang melanggar hak asasi mereka," tegas WHO.
"WHO terus bekerja sama dengan mitranya untuk memastikan kesehatan mental dihargai, dipromosikan, dan dilindungi, dan tindakan segera diambil agar setiap orang dapat menggunakan hak asasi mereka dan mengakses layanan kesehatan mental berkualitas yang mereka butuhkan," tegas WHO dalam laman resminya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Dalam laman resmi WHO melalui paparan tren Penyakit Tidak Menular (PTM) dan faktor risiko yang memengaruhi remaja di Indonesia saat ini, yaitu jumlah penduduk remaja (10-19 tahun) sebanyak 46 juta jiwa, peningkatan kesehatan dan kesejahteraan remaja sangatlah penting bagi Indonesia untuk dapat menuai keuntungan demografis sepenuhnya.
Beberapa jenis penyakit tidak menular (PTM) dan faktor risikonya telah menjadi penyebab utama kematian dan DALYs di kelompok populasi ini. Perhitungan DALYs loss (Disability Adjusted Life Year) adalah penjumlahan dari kematian prematur (YLLs) dan tahun hidup dengan kondisi disabilitas (YLDs).
Berdasarkan bukti yang diperoleh melalui metode penelitian sekunder dari WHO tersebut, profil remaja ini menampilkan tren PTM dan faktor risiko yang memengaruhi remaja di Indonesia saat ini. Indikator utama yang mencakup DALYs dan angka mortalitas ditampilkan untuk isu-isu kritikal, seperti penggunaan tembakau, kesehatan mental, serta dampak pandemi covid-19 pada kesejahteraan remaja.
Kata WHO soal Hari Kesehatan Mental Sedunia
.jpg)
(Apa saja faktor penyebab kesehatan mental? Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan mental dan menyebabkan gangguan mental dibagi menjadi tiga, yaitu faktor biologi, faktor kehidupan, dan faktor keluarga. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Hari Kesehatan Mental Sedunia tahun 2023 merupakan kesempatan bagi masyarakat untuk bersatu dalam tema ‘Kesehatan mental adalah hak asasi manusia universal’ untuk meningkatkan pengetahuan, meningkatkan kesadaran, dan mendorong tindakan yang mendorong dan melindungi kesehatan mental setiap orang sebagai hak asasi manusia universal.
Kesehatan mental adalah hak asasi manusia yang mendasar bagi semua orang. Setiap orang, siapapun dan di manapun berada, berhak atas standar kesehatan jiwa tertinggi yang dapat dicapai.
Hal ini mencakup hak untuk dilindungi dari risiko kesehatan mental, hak atas layanan yang tersedia, dapat diakses, dapat diterima, dan berkualitas baik, serta hak atas kebebasan, kemandirian dan inklusi dalam masyarakat.
Kesehatan mental yang baik sangat penting untuk kesehatan dan kesejahteraan kita secara keseluruhan. Namun 1 dari 8 orang di seluruh dunia hidup dengan kondisi kesehatan mental, yang dapat berdampak pada kesehatan fisik, kesejahteraan, cara mereka berhubungan dengan orang lain, dan penghidupan mereka. Kondisi kesehatan mental juga memengaruhi semakin banyak remaja dan generasi muda.
Memiliki kondisi kesehatan mental tidak boleh menjadi alasan untuk menghilangkan hak asasi seseorang atau mengecualikan mereka dari pengambilan keputusan mengenai kesehatan mereka sendiri.
"Namun di seluruh dunia, orang-orang dengan kondisi kesehatan mental terus mengalami berbagai pelanggaran hak asasi manusia. Banyak dari mereka yang dikucilkan dari kehidupan bermasyarakat dan mengalami diskriminasi, sementara masih banyak lagi yang tidak dapat mengakses layanan kesehatan mental yang mereka perlukan atau hanya dapat mengakses layanan yang melanggar hak asasi mereka," tegas WHO.
"WHO terus bekerja sama dengan mitranya untuk memastikan kesehatan mental dihargai, dipromosikan, dan dilindungi, dan tindakan segera diambil agar setiap orang dapat menggunakan hak asasi mereka dan mengakses layanan kesehatan mental berkualitas yang mereka butuhkan," tegas WHO dalam laman resminya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)