FITNESS & HEALTH
Stres dan Burnout Berbeda, Ini Kata Psikolog
Aulia Putriningtias
Selasa 29 Juli 2025 / 14:43
Jakarta: Saat sedang bekerja atau beraktivitas yang penuh tekanan, kita sering kali terus berbicara mengenai 'burnout'. Banyak yang menyamakan posisi burnout dan stres.
Padahal, menurut psikolog, dua kata ini memiliki arti yang berbeda dan masyarakat perlu mengetahuinya.
Stres sendiri adalah reaksi tubuh terhadap tekanan mental atau emosional, yang biasanya muncul saat merasa kehilangan kendali atas sesuatu.
Saat stres, tubuh melepaskan hormon adrenalin dan kortisol yang memicu reaksi "fight-or-flight", di mana reaksi ini dapat menjadi positif atau juga negatif.
Baca juga: Kenali Tanda Seseorang Mengalami Burnout dan Bagaimana Solusinya?
Annisa Axelta, M.Psi. selaku Psikolog di Eka Hospital Bekasi mengatakan bahwa semua orang membutuhkan stres sebagai pacu dalam beraktvitas.
Stres selalu dianggap tidak baik, padahal itu adalah hal baik, jika tidak berlebihan. Ia mengibaratkan stres sebagai bensin yang membuat manusia dapat mendorong menjalankan aktivitasnya.
.jpg)
(Annisa Axelta, M.Psi. selaku Psikolog di Eka Hospital Bekasi. Foto: Dok. Medcom.id/Aulia Putriningtias)
"Stres itu baik, loh. Tapi kita perlu melihat berapa jumlah pada stresnya, jika terlalu tinggi dapat membahayakan," ungkap Annisa dalam temu media bersama Eka Hospital di Bekasi, Selasa, 29 Juli 2025.
Psikolog Annisa menambahkan bahwa memang kita perlu untuk mengelola stres sampai kadar optimal untuk menjaga produktivitas kita.
Namun, jika stres yang muncul berlebihan dan tidak dapat dikelola, akan mengarah kepada stres berkepanjangan. Stres berkepanjangan ini akan menyebabkan burnout dan juga kecemasan.
Burnout sendiri merupakan kondisi kelelahan fisik dan mental yang berdampak pada penurunan motivasi dan kinerja seseorang.
Kondisi ini bisa muncul karena seseorang terlalu banyak menginvestasikan emosi, intelektual, dan fisiknya pada pekerjaan tanpa adanya upaya pemulihan diri.
psikolog Annisa menambahkan bahwa biasanya burnout pada pekerjaan akan menimbulkan sinisme terhadap kerjaan yang sedang dikerjakan. Pun, ketika melakukan sesuatu yang biasanya membuat senang, tiba-tiba jadi enggan menarik dan tidak lagi menyenangkan.
"Misalnya kita suka membaca buku, sudah beli banyak buku di gerai, tetapi jadi merasa enggak fun lagi, enggak menarik lagi," tambah Annisa.
Ketika burnout datang, inilah yang benar-benar menghambat produktivitas.
Inilah yang diperingati oleh Psikolog Annisa bahwa stres perlu dicari tahu pemicunya. Karena ketika sudah sampai burnout, akan menghambat produktivitas.
Baca juga: Sedang Burnout? Simak 4 Tips Efektif Mengelola Stres di Tempat Kerja
Annisa mengatakan bahwa penting untuk memiliki support system, baik itu keluarga, teman, hingga pasangan, agar stres tersebut tidak sampai ke tahap burnout, apalagi depresi. Jika tidak memiliki satu pun, sebaiknya untuk berkonsultasi kepada psikolog terdekat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Padahal, menurut psikolog, dua kata ini memiliki arti yang berbeda dan masyarakat perlu mengetahuinya.
Stres sendiri adalah reaksi tubuh terhadap tekanan mental atau emosional, yang biasanya muncul saat merasa kehilangan kendali atas sesuatu.
Saat stres, tubuh melepaskan hormon adrenalin dan kortisol yang memicu reaksi "fight-or-flight", di mana reaksi ini dapat menjadi positif atau juga negatif.
Baca juga: Kenali Tanda Seseorang Mengalami Burnout dan Bagaimana Solusinya?
Annisa Axelta, M.Psi. selaku Psikolog di Eka Hospital Bekasi mengatakan bahwa semua orang membutuhkan stres sebagai pacu dalam beraktvitas.
Stres selalu dianggap tidak baik, padahal itu adalah hal baik, jika tidak berlebihan. Ia mengibaratkan stres sebagai bensin yang membuat manusia dapat mendorong menjalankan aktivitasnya.
.jpg)
(Annisa Axelta, M.Psi. selaku Psikolog di Eka Hospital Bekasi. Foto: Dok. Medcom.id/Aulia Putriningtias)
"Stres itu baik, loh. Tapi kita perlu melihat berapa jumlah pada stresnya, jika terlalu tinggi dapat membahayakan," ungkap Annisa dalam temu media bersama Eka Hospital di Bekasi, Selasa, 29 Juli 2025.
Psikolog Annisa menambahkan bahwa memang kita perlu untuk mengelola stres sampai kadar optimal untuk menjaga produktivitas kita.
Namun, jika stres yang muncul berlebihan dan tidak dapat dikelola, akan mengarah kepada stres berkepanjangan. Stres berkepanjangan ini akan menyebabkan burnout dan juga kecemasan.
Burnout sendiri merupakan kondisi kelelahan fisik dan mental yang berdampak pada penurunan motivasi dan kinerja seseorang.
Kondisi ini bisa muncul karena seseorang terlalu banyak menginvestasikan emosi, intelektual, dan fisiknya pada pekerjaan tanpa adanya upaya pemulihan diri.
psikolog Annisa menambahkan bahwa biasanya burnout pada pekerjaan akan menimbulkan sinisme terhadap kerjaan yang sedang dikerjakan. Pun, ketika melakukan sesuatu yang biasanya membuat senang, tiba-tiba jadi enggan menarik dan tidak lagi menyenangkan.
"Misalnya kita suka membaca buku, sudah beli banyak buku di gerai, tetapi jadi merasa enggak fun lagi, enggak menarik lagi," tambah Annisa.
Ketika burnout datang, inilah yang benar-benar menghambat produktivitas.
Inilah yang diperingati oleh Psikolog Annisa bahwa stres perlu dicari tahu pemicunya. Karena ketika sudah sampai burnout, akan menghambat produktivitas.
Baca juga: Sedang Burnout? Simak 4 Tips Efektif Mengelola Stres di Tempat Kerja
Annisa mengatakan bahwa penting untuk memiliki support system, baik itu keluarga, teman, hingga pasangan, agar stres tersebut tidak sampai ke tahap burnout, apalagi depresi. Jika tidak memiliki satu pun, sebaiknya untuk berkonsultasi kepada psikolog terdekat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)