FITNESS & HEALTH
Ini yang Jadi Salah Satu Faktor Risiko Utama Kanker Empedu
A. Firdaus
Rabu 09 Juli 2025 / 10:12
Jakarta: Batu empedu menjadi salah satu faktor risiko dari terjadinya kanker empedu. Hal itu dikatakan Dokter Spesialis Hematologi Onkologi Prof. DR. dr. Ikhwan Rinaldi, SpPD-KHOM, M.Epid, M.Pd.Ked, FACP, FINASIM.
"Kalau ada batu empedu keluar melewati saluran empedu bikin lecet-lecet saluran empedu ini. Bikin peradangan," kata Prof. Ikhwan melansir Antara.
Dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI) itu menjelaskan batu empedu lebih sering ditemukan pada kasus kanker kandung empedu, dibandingkan kanker saluran empedu.
Risiko yang dimiliki pasien akan meningkat seiring dengan ukuran batu empedu. Sebab menurut Prtof Ikhwan, batu yang besar dan dikeluarkan lewat saluran empedu akan membuat saluran itu menjadi lecet hingga terjadi peradangan.
"Sekarang ini di kedokteran kalau orang ada batu di kantong empedu tidak selalu dilakukan pengangkatan kantong empedu. Kalau memang dia ada keluhan yang nyeri banget sampai guling-gulingan, itu biasanya karena saluran, batu empedunya melewati saluran jadi sakit banget, berdarah, luka, baru dia dioperasi," kata Prof. Ikhwan.
Baca juga: Cegah Batu Empedu, Salah Satunya dengan Kurangi Makanan Tinggi Lemak
Prof. Ikhwan juga mengatakan, batu empedu ditemukan pada 70 sampai 90 persen kasus kanker kandung empedu. Namun insiden keseluruhan kanker kandung empedu pada pasien dengan batu empedu hanya sekitar 0,5 sampai dengan tiga persen.
"Mekanisme pasti bagaimana batu empedu dapat menyebabkan kanker kandung empedu masih belum diketahui, tetapi diduga kerusakan dan iritasi pada dinding kandung empedu yang terus menerus mungkin berperan," kata Prof. Ikhwan.
Faktor risiko lainnya yang disebut Prof. Ikhwan yaitu Hepatitis B dan Hepatitis C yang prevalensi infeksinya diketahui lebih tinggi pada negara berpendapatan rendah dan menengah terutama di Asia Tenggara, China, dan Korea.
Penderitanya berisiko tinggi terkena kanker hati maupun kanker empedu. Di Indonesia, Profesor Ilmu Epidemiologi UI itu berpendapat bahwa vaksin Hepatitis B sudah tersedia bagi masyarakat. Hanya saja vaksin untuk Hepatitis C belum ada.
Kemudian, infeksi cacing hati kronis juga dapat dikaitkan dengan terjadinya kanker empedu di wilayah Asia dan Eropa Timur, di mana infestasi cacing hati banyak ditemukan.
"Di Indonesia mungkin sudah tidak terlalu banyak, kalian pernah dengar orang cacingan sekarang? sudah jarang ya, kenapa? karena rumahnya sudah seperti gedung, tidak langsung ketemu tanah," katanya.
Prof. Ikhwan juga menyebut diabetes melitus sebagai salah satu faktor risiko. Sebab pria dan wanita dengan penyakit diabetes melitus tipe 2 memiliki peningkatan risiko kanker kandung empedu.
"Selain itu obesitas dan penyakit autoimun turut berperan menjadi penyebab seseorang terkena kanker empedu," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
"Kalau ada batu empedu keluar melewati saluran empedu bikin lecet-lecet saluran empedu ini. Bikin peradangan," kata Prof. Ikhwan melansir Antara.
Dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI) itu menjelaskan batu empedu lebih sering ditemukan pada kasus kanker kandung empedu, dibandingkan kanker saluran empedu.
Risiko yang dimiliki pasien akan meningkat seiring dengan ukuran batu empedu. Sebab menurut Prtof Ikhwan, batu yang besar dan dikeluarkan lewat saluran empedu akan membuat saluran itu menjadi lecet hingga terjadi peradangan.
"Sekarang ini di kedokteran kalau orang ada batu di kantong empedu tidak selalu dilakukan pengangkatan kantong empedu. Kalau memang dia ada keluhan yang nyeri banget sampai guling-gulingan, itu biasanya karena saluran, batu empedunya melewati saluran jadi sakit banget, berdarah, luka, baru dia dioperasi," kata Prof. Ikhwan.
Baca juga: Cegah Batu Empedu, Salah Satunya dengan Kurangi Makanan Tinggi Lemak
Prof. Ikhwan juga mengatakan, batu empedu ditemukan pada 70 sampai 90 persen kasus kanker kandung empedu. Namun insiden keseluruhan kanker kandung empedu pada pasien dengan batu empedu hanya sekitar 0,5 sampai dengan tiga persen.
"Mekanisme pasti bagaimana batu empedu dapat menyebabkan kanker kandung empedu masih belum diketahui, tetapi diduga kerusakan dan iritasi pada dinding kandung empedu yang terus menerus mungkin berperan," kata Prof. Ikhwan.
Faktor risiko lainnya yang disebut Prof. Ikhwan yaitu Hepatitis B dan Hepatitis C yang prevalensi infeksinya diketahui lebih tinggi pada negara berpendapatan rendah dan menengah terutama di Asia Tenggara, China, dan Korea.
Penderitanya berisiko tinggi terkena kanker hati maupun kanker empedu. Di Indonesia, Profesor Ilmu Epidemiologi UI itu berpendapat bahwa vaksin Hepatitis B sudah tersedia bagi masyarakat. Hanya saja vaksin untuk Hepatitis C belum ada.
Kemudian, infeksi cacing hati kronis juga dapat dikaitkan dengan terjadinya kanker empedu di wilayah Asia dan Eropa Timur, di mana infestasi cacing hati banyak ditemukan.
"Di Indonesia mungkin sudah tidak terlalu banyak, kalian pernah dengar orang cacingan sekarang? sudah jarang ya, kenapa? karena rumahnya sudah seperti gedung, tidak langsung ketemu tanah," katanya.
Prof. Ikhwan juga menyebut diabetes melitus sebagai salah satu faktor risiko. Sebab pria dan wanita dengan penyakit diabetes melitus tipe 2 memiliki peningkatan risiko kanker kandung empedu.
"Selain itu obesitas dan penyakit autoimun turut berperan menjadi penyebab seseorang terkena kanker empedu," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)