FITNESS & HEALTH
Mengenal Alergi dan Gejala yang Ditimbulkan
Yuni Yuli Yanti
Selasa 11 Oktober 2022 / 08:00
Jakarta: Alergi merupakan suatu perubahan reaksi atau respons pertahanan tubuh yang menolak dan tidak tahan terhadap zat-zat asing pemicu alergi. Zat-zat asing itu disebut dengan alergen. Sementara, kekebalan tubuh atau antibodi menyerang apa pun yang menurutnya dapat membahayakan tubuh, termasuk alergen. Namun reaksinya kadang berlebihan dan malah menimbulkan hal-hal kurang nyaman bagi penderitanya.
Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, SpPD, K-AI, dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Alergi Imunologi Klinik menjelaskan alergi merupakan hal yang sering ditemukan pada pasien. Ada beberapa cara alergen masuk ke dalam tubuh, yaitu lewat inhalan (saluran napas), ingestan (saluran cerna), injektan (suntikan) dan kontak langsung dengan kulit. Respons pada alergi itu bisa berbeda-beda, tergantung dari sumber alergen dan bagaimana cara alergen itu masuk ke tubuh.
"Reaksi alergi yang umum dijumpai, bisa berupa alergi kulit seperti urtikaria (biduran) dan alergi pernafasan berupa rinitis alergi. jelas Prof. Iris dalam acara Virtual Media Briefing dengan tema 'Alergi reda lebih cepat, tetap produktif tanpa khawatir! #IncidalUntukPejuangAlergi', Kamis (6/10).
Prof. Iris menyebutkan gejala atau reaksi alergi memiliki tingkat keparahan yang bervariasi. Mulai dari yang umum sampai yang parah (anafilaksis). Reaksi umum alergi bisa berupa:
- bersin dan hidung gatal, berair atau tersumbat (rinitis alergi)
- mata gatal, merah, berair (konjungtivitis)
- sesak napas dan batuk
- ruam merah yang menonjol dan gatal
- bibir, lidah, mata atau wajah bengkak
- sakit perut, merasa sakit, muntah atau diare
- kulit kering, merah dan pecah-pecah.

(Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, SpPD, K-AI. Foto: Dok. Istimewa)
"Salah satu cara melihat tingkat keparahan alergi bisa menggunakan SCORAD (Score of atopic dermatitis), suatu indeks yang bisa menilai derajat keparahan inflamasi Dermatitis Atopik
dengan menilai luas luka, tanda inflamasi (eritema, indurasi, ekskoriasi, papul, likenifikasi),
keluhan gatal dan gangguan tidur," jelas Prof. Iris.
Lebih lanjut, Prof. Iris menambahkan komplikasi dari alergi tentu beragam tergantung dari bentuk reaksinya. Rinitis alergi jika tidak diobati dapat menyebabkan sinusitis, otitis media, polip nasal, apnea. Asma bronkial dapat berkomplikasi menjadi pneumotoraks, emfisema subkutan.
Sedangkan, dermatitis atopik bisa berkomplikasi menjadi infeksi sekunder yang disebabkan oleh Staphylococcus, eksim herpetikum, dermatitis kontak sekunder (karena antibiotik), dermatitis tangan (melalui kontak yang berlebihan dengan air). Komplikasi atopi yang terjadi pada mata yaitu keratokonjungtivitis atopik, keratoconus dan katarak atopik.
"Berikutnya, meskipun jarang terjadi, alergi juga dapat menyebabkan reaksi yang sangat parah, yang disebut anafilaksis atau syok anafilaksis yang dapat mengancam jiwa. Hal ini bisa menyebabkan gagal napas akut dan dalam beberapa kasus yang parah ditemukan edema laring akut, bronkospasme, hipotensi, sianosis dan syok" tutup Prof. Iris.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(yyy)
Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, SpPD, K-AI, dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Alergi Imunologi Klinik menjelaskan alergi merupakan hal yang sering ditemukan pada pasien. Ada beberapa cara alergen masuk ke dalam tubuh, yaitu lewat inhalan (saluran napas), ingestan (saluran cerna), injektan (suntikan) dan kontak langsung dengan kulit. Respons pada alergi itu bisa berbeda-beda, tergantung dari sumber alergen dan bagaimana cara alergen itu masuk ke tubuh.
"Reaksi alergi yang umum dijumpai, bisa berupa alergi kulit seperti urtikaria (biduran) dan alergi pernafasan berupa rinitis alergi. jelas Prof. Iris dalam acara Virtual Media Briefing dengan tema 'Alergi reda lebih cepat, tetap produktif tanpa khawatir! #IncidalUntukPejuangAlergi', Kamis (6/10).
Prof. Iris menyebutkan gejala atau reaksi alergi memiliki tingkat keparahan yang bervariasi. Mulai dari yang umum sampai yang parah (anafilaksis). Reaksi umum alergi bisa berupa:
- bersin dan hidung gatal, berair atau tersumbat (rinitis alergi)
- mata gatal, merah, berair (konjungtivitis)
- sesak napas dan batuk
- ruam merah yang menonjol dan gatal
- bibir, lidah, mata atau wajah bengkak
- sakit perut, merasa sakit, muntah atau diare
- kulit kering, merah dan pecah-pecah.

(Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, SpPD, K-AI. Foto: Dok. Istimewa)
"Salah satu cara melihat tingkat keparahan alergi bisa menggunakan SCORAD (Score of atopic dermatitis), suatu indeks yang bisa menilai derajat keparahan inflamasi Dermatitis Atopik
dengan menilai luas luka, tanda inflamasi (eritema, indurasi, ekskoriasi, papul, likenifikasi),
keluhan gatal dan gangguan tidur," jelas Prof. Iris.
Lebih lanjut, Prof. Iris menambahkan komplikasi dari alergi tentu beragam tergantung dari bentuk reaksinya. Rinitis alergi jika tidak diobati dapat menyebabkan sinusitis, otitis media, polip nasal, apnea. Asma bronkial dapat berkomplikasi menjadi pneumotoraks, emfisema subkutan.
Sedangkan, dermatitis atopik bisa berkomplikasi menjadi infeksi sekunder yang disebabkan oleh Staphylococcus, eksim herpetikum, dermatitis kontak sekunder (karena antibiotik), dermatitis tangan (melalui kontak yang berlebihan dengan air). Komplikasi atopi yang terjadi pada mata yaitu keratokonjungtivitis atopik, keratoconus dan katarak atopik.
"Berikutnya, meskipun jarang terjadi, alergi juga dapat menyebabkan reaksi yang sangat parah, yang disebut anafilaksis atau syok anafilaksis yang dapat mengancam jiwa. Hal ini bisa menyebabkan gagal napas akut dan dalam beberapa kasus yang parah ditemukan edema laring akut, bronkospasme, hipotensi, sianosis dan syok" tutup Prof. Iris.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(yyy)