Jakarta: Istilah penyakit pneumonia di masyarakat luas mungkin lebih sering dikenal sebagai penyakit paru-paru basah. Penyakit pneumonia sudah menjadi sorotan orang banyak semenjak terjadinya wabah SARS (Severe Acute Respiratory Infection) di tahun 2002.
Namun kehadiran wabah covid-19 telah menjadikan pneumonia sebagai sorotan masyarakat kembali karena penyakit ini menjadi salah satu gejala atau komplikasi yang dirasakan banyak orang ketika terinfeksi covid -19.
Menurut WHO (World Health Organization), pneumonia merupakan penyebab kematian tertinggi pada anak-anak di dunia. Tercatat ada 740.180 anak-anak yang meninggal akibat pneumonia di tahun 2019.
Baik usia anak-anak atau orang dewasa, penyakit ini harus ditangani dengan segera karena dapat mengakibatkan seseorang kesulitan untuk bernapas. Dengan hadirnya virus SARS-CoV-2, kita menjadi lebih waspada akan kehadiran penyakit pneumonia.
Menurut dr. Astri Indah Prameswari, Sp.P, Dokter Spesialis Paru & Pernapasan dari Eka Hospital BSD, pneumonia dapat didiagnosis setelah menemui dokter dan telah melakukan serangkaian pemeriksaan.
Pada tahap awal, dokter akan menanyakan serangkaian pertanyaan terkait gejala yang kalian miliki, gaya hidup, kontak dengan orang sakit, hingga riwayat penyakit yang mungkin kalian atau anak kalian miliki.

(Dalam beberapa kasus, seseorang bisa saja mengidap penyakit pneumonia yang ringan, dokter menyebutnya “walking pneumonia” atau pneumonia berjalan. Pada kondisi ini dokter biasanya dapat menanganinya tanpa penderita dirawat inap, sehingga maaih bisa kembali beraktivitas dengan normal. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Pneumonia atau paru-paru basah adalah penyakit yang bisa disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur yang membuat peradangan pada kantong-kantong udara (alveoli) di salah satu atau kedua paru.
Infeksi tersebut menyebabkan alveoli dipenuhi oleh sebuah cairan atau nanah sehingga membuat penderita sulit bernapas.
Meski sering menyerang anak-anak, pneumonia juga bisa menyerang orang dewasa dengan gejala serta dampak yang hampir sama pada anak-anak.
Baca juga: Waspadai Pneumonia Akibat Influenza yang Merenggut Nyawa Barbie 'Shancai' Hsu
Disamping itu ada beberapa gejala di atas yang mungkin hanya dirasakan pada anak-anak, terutama balita berumur 0 - 2 tahun. Mereka bisa saja tidak menunjukan adanya tanda-tanda infeksi, namun menunjukan gejala seperti:
Namun untuk lansia diatas usia 65 tahun, pneumonia bisa memengaruhi kesehatan mental dan suhu tubuh bisa dibawah dari rata-rata. Gejala biasanya akan dirasakan selama 1 - 2 hari dan akan terus memberat jika kondisi tidak semakin membaik.
Tetapi gejala yang dirasakan setiap orang bisa berbeda-beda, tergantung dari sistem kekebalan tubuh yang dimiliki masing-masing orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Namun kehadiran wabah covid-19 telah menjadikan pneumonia sebagai sorotan masyarakat kembali karena penyakit ini menjadi salah satu gejala atau komplikasi yang dirasakan banyak orang ketika terinfeksi covid -19.
Menurut WHO (World Health Organization), pneumonia merupakan penyebab kematian tertinggi pada anak-anak di dunia. Tercatat ada 740.180 anak-anak yang meninggal akibat pneumonia di tahun 2019.
Baik usia anak-anak atau orang dewasa, penyakit ini harus ditangani dengan segera karena dapat mengakibatkan seseorang kesulitan untuk bernapas. Dengan hadirnya virus SARS-CoV-2, kita menjadi lebih waspada akan kehadiran penyakit pneumonia.
Menurut dr. Astri Indah Prameswari, Sp.P, Dokter Spesialis Paru & Pernapasan dari Eka Hospital BSD, pneumonia dapat didiagnosis setelah menemui dokter dan telah melakukan serangkaian pemeriksaan.
Pada tahap awal, dokter akan menanyakan serangkaian pertanyaan terkait gejala yang kalian miliki, gaya hidup, kontak dengan orang sakit, hingga riwayat penyakit yang mungkin kalian atau anak kalian miliki.
Apa sih pneumonia atau paru-paru basah dan apa penyebabnya?

(Dalam beberapa kasus, seseorang bisa saja mengidap penyakit pneumonia yang ringan, dokter menyebutnya “walking pneumonia” atau pneumonia berjalan. Pada kondisi ini dokter biasanya dapat menanganinya tanpa penderita dirawat inap, sehingga maaih bisa kembali beraktivitas dengan normal. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Pneumonia atau paru-paru basah adalah penyakit yang bisa disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur yang membuat peradangan pada kantong-kantong udara (alveoli) di salah satu atau kedua paru.
Infeksi tersebut menyebabkan alveoli dipenuhi oleh sebuah cairan atau nanah sehingga membuat penderita sulit bernapas.
Meski sering menyerang anak-anak, pneumonia juga bisa menyerang orang dewasa dengan gejala serta dampak yang hampir sama pada anak-anak.
Baca juga: Waspadai Pneumonia Akibat Influenza yang Merenggut Nyawa Barbie 'Shancai' Hsu
Pneumonia memiliki gejala-gajala antara lain:
- ? Batuk-batuk, bisa kering ataupun berdahak yang terkadang bisa sampai mengeluarkan darah
- ? Dada sakit dan kesulitan bernapas atau sesak napas
- ? Demam
- ? Menggigil namun badan berkeringat
- ? Badan terasa lemas
Disamping itu ada beberapa gejala di atas yang mungkin hanya dirasakan pada anak-anak, terutama balita berumur 0 - 2 tahun. Mereka bisa saja tidak menunjukan adanya tanda-tanda infeksi, namun menunjukan gejala seperti:
- ? Kehilangan nafsu makan
- ? Muntah-muntah
- ? Badan lemas dan tidak berenergi
- ? Demam dan batuk-batuk
Namun untuk lansia diatas usia 65 tahun, pneumonia bisa memengaruhi kesehatan mental dan suhu tubuh bisa dibawah dari rata-rata. Gejala biasanya akan dirasakan selama 1 - 2 hari dan akan terus memberat jika kondisi tidak semakin membaik.
Tetapi gejala yang dirasakan setiap orang bisa berbeda-beda, tergantung dari sistem kekebalan tubuh yang dimiliki masing-masing orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)