FITNESS & HEALTH
Fakta tentang Strip Tes Ovulasi yang Perlu Kamu Ketahui
Yatin Suleha
Selasa 07 Oktober 2025 / 12:05
Jakarta: Strip tes ovulasi yang juga dikenal sebagai kit prediktor ovulasi adalah alat yang digunakan untuk mengetahui kapan seseorang sedang mengalami ovulasi.
Tes ini sangat berguna bagi mereka yang ingin hamil atau sebaliknya, ingin menghindari kehamilan, karena akurasinya bisa mencapai 99% dalam mengidentifikasi masa subur.
Meskipun tes ini dianggap sebagai metode yang paling mudah dan dapat diandalkan untuk melacak ovulasi, penting untuk diingat bahwa tes ini mungkin tidak efektif untuk semua orang.
Tes prediksi ovulasi adalah strip kecil yang digunakan dengan cara membasahi strip tersebut dengan urine untuk membantu mengetahui kapan waktu paling subur dalam sebulan. Kit tes ovulasi biasanya berisi beberapa strip kertas atau bisa juga berbentuk seperti tes kehamilan.
Cara penggunaannya bisa dengan langsung mengarahkan ujung strip ke aliran urine saat buang air kecil, atau dengan menampung urine dalam cangkir lalu mencelupkan strip ke dalam urine tersebut.
Tes ini bekerja dengan mengukur kadar hormon luteinizing (LH) dalam urine. Hormon LH ini biasanya dilepaskan dalam jumlah rendah sepanjang siklus menstruasi, namun meningkat tajam sebelum ovulasi.
Peningkatan hormon LH ini yang memicu ovarium untuk melepaskan sel telur dan memulai proses ovulasi. Dengan menggunakan strip tes ovulasi, seseorang dapat melacak siklusnya dan merencanakan hubungan seksual pada waktu yang tepat untuk peluang terbaik hamil.
Sebaliknya, jika tujuannya adalah menghindari kehamilan, mereka bisa merencanakan untuk menahan diri selama masa subur tersebut.
.jpg)
(Pentingnya membaca petunjuk pada kemasan tes ovulasi karena beberapa tes harus dilakukan pada waktu yang sama setiap hari agar hasilnya akurat. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
Kit prediktor ovulasi mendeteksi lonjakan hormon LH dalam urine. Saat ovulasi mendekat, kadar LH melonjak untuk mendorong sel telur mencapai tahap akhir kematangan.
Lonjakan ini disebut lonjakan LH dan biasanya terjadi sekitar 36 jam sebelum ovulasi. Kemungkinan kehamilan paling tinggi terjadi ketika sperma sudah berada di tuba falopi saat ovulasi berlangsung.
Oleh karena itu, idealnya berhubungan seks dilakukan tiga hingga lima hari sebelum ovulasi agar sperma punya waktu untuk berpindah dari serviks ke tuba falopi.
Karena kit prediktor ovulasi mendeteksi lonjakan LH yang terjadi 12 hingga 36 jam sebelum ovulasi, tes ini membantu mengetahui kapan waktu terbaik untuk berhubungan seks agar bisa hamil atau kapan harus menghindarinya.
Para ahli merekomendasikan melakukan tes ovulasi di pagi hari karena kadar LH biasanya paling tinggi pada waktu tersebut.
Dilansir dari Parents, DeAnna Young, M.D., Direktur Medis Regional Obstetri dan Ginekologi di Scripps Coastal Medical Center di San Diego memperingatkan agar tidak melakukan tes terlalu pagi.
“Saya biasanya merekomendasikan menggunakan urine dari buang air kecil kedua di pagi hari,” katanya.
Hal ini karena urine pertama di pagi hari biasanya sangat pekat dan bisa menyebabkan hasil positif palsu.
Selain itu, Rachel Barr, M.D., seorang ginekolog bersertifikat, menekankan pentingnya membaca petunjuk pada kemasan tes ovulasi karena beberapa tes harus dilakukan pada waktu yang sama setiap hari agar hasilnya akurat.
Secillia Nur Hafifah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Tes ini sangat berguna bagi mereka yang ingin hamil atau sebaliknya, ingin menghindari kehamilan, karena akurasinya bisa mencapai 99% dalam mengidentifikasi masa subur.
Meskipun tes ini dianggap sebagai metode yang paling mudah dan dapat diandalkan untuk melacak ovulasi, penting untuk diingat bahwa tes ini mungkin tidak efektif untuk semua orang.
Baca Juga :
Bolehkan Ibu Hamil Menelan Sperma?
Apa itu strip tes ovulasi?
Tes prediksi ovulasi adalah strip kecil yang digunakan dengan cara membasahi strip tersebut dengan urine untuk membantu mengetahui kapan waktu paling subur dalam sebulan. Kit tes ovulasi biasanya berisi beberapa strip kertas atau bisa juga berbentuk seperti tes kehamilan.
Cara penggunaannya bisa dengan langsung mengarahkan ujung strip ke aliran urine saat buang air kecil, atau dengan menampung urine dalam cangkir lalu mencelupkan strip ke dalam urine tersebut.
Tes ini bekerja dengan mengukur kadar hormon luteinizing (LH) dalam urine. Hormon LH ini biasanya dilepaskan dalam jumlah rendah sepanjang siklus menstruasi, namun meningkat tajam sebelum ovulasi.
Peningkatan hormon LH ini yang memicu ovarium untuk melepaskan sel telur dan memulai proses ovulasi. Dengan menggunakan strip tes ovulasi, seseorang dapat melacak siklusnya dan merencanakan hubungan seksual pada waktu yang tepat untuk peluang terbaik hamil.
Sebaliknya, jika tujuannya adalah menghindari kehamilan, mereka bisa merencanakan untuk menahan diri selama masa subur tersebut.
Bagaimana tes ovulasi bekerja?
.jpg)
(Pentingnya membaca petunjuk pada kemasan tes ovulasi karena beberapa tes harus dilakukan pada waktu yang sama setiap hari agar hasilnya akurat. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
Kit prediktor ovulasi mendeteksi lonjakan hormon LH dalam urine. Saat ovulasi mendekat, kadar LH melonjak untuk mendorong sel telur mencapai tahap akhir kematangan.
Lonjakan ini disebut lonjakan LH dan biasanya terjadi sekitar 36 jam sebelum ovulasi. Kemungkinan kehamilan paling tinggi terjadi ketika sperma sudah berada di tuba falopi saat ovulasi berlangsung.
Oleh karena itu, idealnya berhubungan seks dilakukan tiga hingga lima hari sebelum ovulasi agar sperma punya waktu untuk berpindah dari serviks ke tuba falopi.
Karena kit prediktor ovulasi mendeteksi lonjakan LH yang terjadi 12 hingga 36 jam sebelum ovulasi, tes ini membantu mengetahui kapan waktu terbaik untuk berhubungan seks agar bisa hamil atau kapan harus menghindarinya.
Kapan waktu terbaik menggunakan strip tes ovulasi?
Para ahli merekomendasikan melakukan tes ovulasi di pagi hari karena kadar LH biasanya paling tinggi pada waktu tersebut.
Dilansir dari Parents, DeAnna Young, M.D., Direktur Medis Regional Obstetri dan Ginekologi di Scripps Coastal Medical Center di San Diego memperingatkan agar tidak melakukan tes terlalu pagi.
“Saya biasanya merekomendasikan menggunakan urine dari buang air kecil kedua di pagi hari,” katanya.
Baca Juga :
Penyebab Penis Nyeri saat Berhubungan Intim
Hal ini karena urine pertama di pagi hari biasanya sangat pekat dan bisa menyebabkan hasil positif palsu.
Selain itu, Rachel Barr, M.D., seorang ginekolog bersertifikat, menekankan pentingnya membaca petunjuk pada kemasan tes ovulasi karena beberapa tes harus dilakukan pada waktu yang sama setiap hari agar hasilnya akurat.
Secillia Nur Hafifah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)